ACEHTREND.CO, Aceh Singkil — Kamis (24/12), masyarakat Gosong Telaga, Singkil Utara, seperti lazimnya sebagian umat Islam, memperingati hari maulid Nabi Muhammad SAW 1437 H.
Sebagaimana biasanya peringatan maulid, selalu dibarengi pelaksanaan kenduri. Di Gosong Telaga juga demikian. Namun Di Gosong Telaga, Sebelum kenduri dimulai, ada prosesi yang sangat menggelitik dan unik. Agaknya, prosesi ini sesuatu yang langka dan perlu dilestarikan.
Yaitu, pembacaan kitab Barjanji berupa kisah Rasulullah SAW di masjid oleh kaum bapak sembari diiringi gendang rebana. Orang Gosong Telaga, menyebutnya dengan badiki (berzikir) atau “menyanyikan” Syaraful Anam, kitab Barjanzi.
Yang tak kala menggelitik dan unik. Pagi hari menjelang dhuha, masyarakat terutama yang ahli membaca kitab Syaraful Anam, mengadakan arak-arakan bunga dengan menggunakan gendang yang terbuat dari kulit kambing.
Bunga tadi, dirangkai pada wadah yang dibuat berundak-undak seperti miniatur masjid.
Lantas miniatur madjid tadi, diarak seperti mengarak pengantin ke liling kampung sembari pengarak terutama kaum bapak, mengiringinya dengan kumandang lagu-lagu pujian kepada Rasulullah dari kitab Barjanji.
Sedangkan kaum ibu, mengantar atau memasukan sedekah berupa uang alakadar pada wadah miniatur masjid tadi seraya membaca shalawat pada nabi secara pelan.
Perarakan dimulai dari masjid, lalu mengitari kampung. Setelah sampai ke ujung jalan, perarakan kembali ke masjid. Dan miniatur masjid yang diarak dan telah berisi uang tadi diboyong ke dalam masjid dan dihitung.
Setelah dihitung, jumlah uang diumumkan kepada masyarakat dan diserahkan kepada panitia pembangunan untuk digunakan penambah dana pembangunan masjid.
Sedangkan masyarakat yang ikut mengarak, dipersilakan memasuki masjid guna mencicipi hidangan juada, berupa kue-kue yang diantar oleh masyarakat dan telah diatur sedemikian rupa.
Menjaga Kebersamaan
Bagi masyarakat Gosong Telaga peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau sering disebut dengan Maulid, bukanlah peringatan hari biasa atau kenduri biasa.
Peringatan yang selalu dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal tersebut, juga tidak hanya digelar untuk memperingati hari kelahiran Nabi semata, tapi juga sebagai kegiatan untuk menjaga kebersamaan dan kekompakkan.
Pada peringatan Maulid, warga memasak berbagai jenis makanan di rumah masing-masing, lalu membawanya dan disajikan di masjid. Lantas makanan itu dicicipi secara bersama-sama.
Dalam pelaksanaan kenduri ini, terlihat pemimpin baik formal maupun nonformal membaur dengan masyarakat. Antara masyarakat dan pemimpin tanpa ada sekat atau jurang pemisah.
Di Gosong Telaga yang terdiri dari tiga kampung yaitu, Gosong Telaga Utara, Gosong Telaga Selatan, dan Gosong Telaga Timur ini, telah ratusan tahun masyarakat menjaga kebersamaan dan kekompakkan lewat peringatan Maulid.
Tokoh masyarakat Gosong Telaga, Darlis kepada aceHTrend, Kamis (24/12) Menyebutkan, perayaan Maulid Nabi bermanfaat bagi masyarakat.
Antara lain, melalui maulid kebersamaan di antara masyarakat dapat terjalin lebih erat karena seluruh warga berkumpul di masjid.
“Di sini hubungan antara masyarakat dari segala elemen, miskin-kaya terjalin dengan baik sehingga kebersamaan dan kekompakkan juga terus terbuhul erat,” ujar Darlis.[]