ACEHTREND.CO, Banda Aceh — Film adalah bahasa paling gampang untuk diserap pelbagai kalangan. Menguasai film adalah jalan mudah menggenggam peradaban. Terassore kali ini mengangkat dunia perfilman sebagai topik diskusi utama. Memperbincangkan bagaimana pergelutan sineas dengan kenyataan sosial dan kaitannya dengan modal. Perbincangan ini dikemas dalam tema THE SINEMAOP, Sineas dan Realitas.
Acara diskusi rutin saban bulan Komunitas Kanot Bu ini dilaksanakan di Bivak Emperom, Jl. Cut Nyak Dhien, No. 362, Gp. Emperom, Kec. Jaya Baru, Kota Banda Aceh, Samping Kantor BKSDA, Selasa (29/12/2015) mulai pukul 16.30 WIB.
Maop dalam bahasa Aceh bermakna hantu yang tak tervisualisasikan hingga kini atau mungkin sampai kiamat nanti. Maop tak terkonstruksi oleh siapa pun visualnya.
Dunia perfilman atau sinema di Aceh tak ubahnya Maop. Di tengah arus informasi canggih sekarang ini minat anak muda di Aceh masuk dan bergelut dalam dunia perfilman semakin membumi. Ini bisa dilihat dari tumbuhnya komunitas-komunitas indipenden yang khusus berkhidmat dalam ranah perfilman, juga bisa dilihat dari event-event festival film dokumenter yang tiap tahun diselenggarakan oleh Aceh Documentary Competition, misalnya.
Kehadiran dan keberadaan komunitas-komunitas atau event-event yang di satu pihak telah mampu memancing kreativitas anak muda dalam berkarya. Khususnya di dunia perfilman dokumenter dianggap masih belum cukup. Kehadirannya di tengah realitas sosial tanpa koridor dan belum berpola.
Ketiadaan bioskop, nyenyaknya pemerintah di tengah gencarnya anak muda memproduksi film secara independen, adalah dua hal yang mengganjal dalam benak kita dewasa ini. Untuk itu, memperbincangkannya di Terassore adalah sebuah upaya kecil menjebol tembok-tembok itu.
Dilaksanakan di Bivak Emperom, acara TerasSore yang merupakan acara diskusi saban bulan Komunitas Kanot Bu, akan diisi oleh dua sineas nasional sebagai pembicaranya. Ismail Basbeth dan Tedika Puri Amanda.
Mulai kecemplung dalam lautan perfilman sejak tahun 2006 di Jogja-Netpac Asian Film Festival, Ismail Basbeth memproduksi film pendek pertamanya berjudul Hide and Sleep pada 2008. Setelah banyak memproduksi film alternatif dan terlibat dalam banyak project perfilman di berbagai negara, Januari lalu sineas yang mirip Nicolas Cage ini telah memproduk film panjang pertamanya yang berjudul Another Trip To The Moon yang masuk dalam kompetisi Tiger Award Internasional Film Festival Rotterdam 2015 di Belanda. Sementara film berjudul “Mencari Hilal” adalah film panjang keduanya yang sekarang sedang berwara-wiri tayang di bioskop tanah air. Mencari Hilal menjadi salah satu nominasi film terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2015.
Tedika Puri Amanda adalah alumni Eagle Award Documentary tahun 2007. Pernah menggarap film dokumenter berjudul “Temani Aku Bunda”, alumni Universitas Muhammadiyah Malang ini berhasil meraih penghargaan Film Terbaik Juri Communal Tembi/Festival Film Dokumenter pada 2009. Tak hanya menjadi sineas dokumenter, Tedika juga aktif dalam beberapa produksi iklan. Salah satunya, iklan Suara Pembaharu bersama Media Group. Saat ini Tedika menjabat Head Development Program dan Business di Yayasan Eagle Institute.
Pengarah Acara
Tepank Fajriman