• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Jika Darat Memisahkan Laut Menyatukan

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Minggu, 28/02/2016 - 00:00 WIB
di BUDAYA, SPECIAL
A A
Share on FacebookShare on Twitter

MENATAP laut kehidupan, manusia menyatakan keterbatasan adalah nihil. Situasi daratan yang selalu dibatasi oleh wilayah kekuasaan, adat, pemerintahan dan sebagainya pada saatnya menjadi nihil. Reaksi terhadap nihilnya batas-batas oleh jarak hanya dimungkinkan dengan manusia mau dan mampu memandang bahwa lautanlah yang menyatukan.

Alasan pemerintah menyiasati Indonesia agar kembali berjaya di lautan bukanlah pepesan kosong. Tindakan pemerintah yang didasarkan memandang lebih luas wilayah kesatuan dan persatuan ke-Indonesia-an itu sendiri merupakan azas kembali kepada konteks kejayaan masa lalu yang tentu saja guna meraih “jaya” kembali di masa depan.

Laut adalah wilayah yang penuh kekayaan. Selama ini, citraan tentang laut sering banyak ditemui pada lukisan-lukisan terkait alam pesisir. Replika laut dalam berbagai karya kesenian dan kebudayaan alangkah jamak memandang semata dari segi keindahannya belaka, namun siapa tahu di sebalik keindahan yang dipandang secara majemuk itu terdapat azas-azas lain, menghamparkan keluasan dari berbagai segi tiada batas.

Pada saat manusia mengalami perbenturan identitas, perbenturan citra dan bahkan persinggungan kekuasaan akibat daratan yang dipandang sempit itu, laut adalah alternatif. Jayanya suatu bangsa tidak bisa lepas dari jayanya bangsa tersebut menjejaki dan menguasai lautan yang dimilikinya. Namun apakah sesungguhnya rasa memiliki tersebut? Memiliki dan memilih untuk terus mempertahankannya.

BACAAN LAINNYA

Sie Reubôh Simbol Diplomasi Budaya dan Agama

Sie Reubôh Simbol Diplomasi Budaya dan Agama

13/04/2021 - 13:34 WIB
Ramadan Ajang Introspeksi Diri

Menjadikan Ramadan Momentum Muhasabah Diri

13/04/2021 - 12:10 WIB
Anggota DPRA Gandeng ARC Kembangkan Nilam di Lhoong Aceh Besar

Anggota DPRA Gandeng ARC Kembangkan Nilam di Lhoong Aceh Besar

13/04/2021 - 11:35 WIB
Satbrimob Polda Aceh Bagikan Sembako untuk Duafa

Satbrimob Polda Aceh Bagikan Sembako untuk Duafa

13/04/2021 - 05:12 WIB

Di darat, manusia saling berebut lahan, menyatakan kelola dan berhak atas hasil apapun di atas tanah yang dikuasai. Hujan tidak turun untuk mereka saja yang menanam, hujan juga milik mereka yang tidak memiliki tanah. Kekuasaan terhadap tanah yang sesungguhnya milik Tuhan selanjutnya menghadirkan kesombongan, kesembronoan, kekeliruan terhadap kelola buta. Kekuasaan yang sedemikian itu kepada darat telah menghancurkan nilai-nilai kebudayaan turunan dari bangsa penakluk lautan ini. Demikian artinya kemampuan anak cucu keturunan bangsa penakluk lautan itu sesungguhnya menurun. Manja terhadap apa yang diwarisi, para pemilik dan penerus kepemilikan tanah selanjutnya menciptakan niat mengucilkan dunia yang maha luas ini.

Kebudayaan adalah seperangkat kebiasaan yang menciptakan ketinggian akal dan ilmu pengetahuan dalam menciptakan kemaslahatan sesama makhluk hidup, tidak semata-mata makhluk jenis manusia belaka. Kebudayaan pada kanvas lautan yang digambarkan Tuhan itu melalui ayat-ayat penciptaan langit dan bumi serta segala isinya menuntun kebijaksanaan dan keadilan. Kebudayaan yang merefleksikan laut adalah peluang menciptakan kesejahteraan bersama, menembus batas, memunculkan harapan, menghadirkan rasa damai, bukan rasa takut karena batasan daratan yang cenderung dibuat-buat itu. Lautan adalah kasih sayang yang menggelorakan kebudayaan suatu bangsa. Kemajuan teknologi manusia mendamaikan daratan yang terpisah adalah kebudayaan, kemajuan pemikiran manusia melintasi abad-abad yang pernah berlayar di keluasan lautan itulah kebudayaan.

Manusia Indonesia memiliki sejarah penguasaan lautan sejak dahulu kala. Laut bagi bangsa Indonesia yang mendiami wilayah kesatuaan daratan dan lautan ini adalah kejayaan terpendam. Sikap bangsa Indonesia untuk kembali menghargai warisan (laut) inilah yang dimaksud sikap kebudayaan asli bangsa. Sudah sekian lama sikap ini terkubur oleh pandangan-pandangan kebudayaan yang sempit dalam memandang apa dan bagaimana ketinggian harkat dan martabat sebuah bangsa. Bagaimanapun peliknya sejarah Indonesia dalam masa-masa perjuangan dan masa-masa pembangunan tidak bisa dilepaskan dari lautan. Keberadaan laut semestinya menginspirasi para seniman dan budayawan untuk kembali bersemangat menggali harta terpendam. Keadaan daratan yang kian penuh sesak jangan sampai mengaburkan pandangan luas kepada makna “tanah” dan “air” yang sering diucapkan Indonesia dalam lagu-lagu kebangsaan.

Tanah yang terlalu lama direplikasi sebagai wilayah kekuasaan sebaiknya biarkan disirami hujan kedewasaan dalam menggagas masa depan “air”, masa depan lautan. Kepercayaan diri bangsa untuk menghadapi lautan milik bersama sudah saatnya dikembalikan. Ketika taman laut menjadi tujuan wisatawan manca negera, ketika nyiur udara yang meniupi kulit tropis daratan Indonesia menjadi “nilai” dicari oleh para penikmat alam semesta, dan ketika hasil lautan yang selama ini dirampas dan dikucilkan makna kebesaran nilainya menjadi kesadaran bangsa untuk meninggikan laut mereka sepatutnya kebudayaan seiring sejalan mendampingi berbagai agenda pembangunan. Siapapun yang menganggap daratan semata saja yang dimiliki, sedangkan lautan disia-siakan maka ada baiknya para budayawan memugar akal dan pikiran bangsa ini agar tidak kian sempit. []

 

ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Mualem: Aceh to Produce 2.7 Million Tons of Paddy Rice in 2016

Selanjutnya

Tarmizi Karim: Orang Aceh Punya Akad Dengan Allah

BACAAN LAINNYA

Minum Obat Selain dengan Air Putih, Amankah?
Ramadhan Karim

Cara Minum Obat 3×1 dan Puasa Tidak Batal

Selasa, 13/04/2021 - 00:19 WIB
Makmeugang; Cara Masyarakat Aceh Bergembira Menyambut Ramadan
BUDAYA

Makmeugang; Cara Masyarakat Aceh Bergembira Menyambut Ramadan

Minggu, 11/04/2021 - 22:52 WIB
[CERPEN]: Kawin
BUDAYA

[CERPEN]: Kawin

Minggu, 04/04/2021 - 14:30 WIB
Toni Firmayas; Putra Abdya yang Menjadi Guru Garis Depan di Pelosok Kalimantan
SPECIAL

Toni Firmayas; Putra Abdya yang Menjadi Guru Garis Depan di Pelosok Kalimantan

Minggu, 28/03/2021 - 11:25 WIB
Tim Pusat Preservasi Naskah Kuno Perpusnas RI Konservasi Manuskrip Aceh Koleksi Cek Midi
BERITA

Tim Pusat Preservasi Naskah Kuno Perpusnas RI Konservasi Manuskrip Aceh Koleksi Cek Midi

Jumat, 26/03/2021 - 17:34 WIB
Kenduri Apam IMPM Mutiara Raya Diharapkan Masuk Kalender Wisata Banda Aceh
BUDAYA

Kenduri Apam IMPM Mutiara Raya Diharapkan Masuk Kalender Wisata Banda Aceh

Senin, 15/03/2021 - 09:19 WIB
Tradisi Têt Apam Menyambut Bulan Rajab dan Isra’ Mi’raj
BUDAYA

Tradisi Têt Apam Menyambut Bulan Rajab dan Isra’ Mi’raj

Sabtu, 13/03/2021 - 12:21 WIB
P’up Dah, Peugawe Kantô Dipeu Apui Kantô Bupati Bireuen
Basa Aceh

P’up Dah, Peugawe Kantô Dipeu Apui Kantô Bupati Bireuen

Senin, 08/03/2021 - 14:12 WIB
Kalau Kalangan Dayah Tak di Parlemen, Jangan Harap Lahir Kebijakan Pro Syariat Islam
Dayah

Kalau Kalangan Dayah Tak di Parlemen, Jangan Harap Lahir Kebijakan Pro Syariat Islam

Sabtu, 06/03/2021 - 07:07 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya

Tarmizi Karim: Orang Aceh Punya Akad Dengan Allah

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Gereja Kembar di Jalan Pocut Baren Banda Aceh, Bukti Aceh Toleran

    Gereja Kembar di Jalan Pocut Baren Banda Aceh, Bukti Aceh Toleran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seorang Nenek di Langsa Bunuh Diri di Hari Makmeugang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KIP Aceh Tidak Berwenang Tetapkan Penundaan Pilkada

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuh Bulan Gaji Aparatur Desa di Subulussalam Belum Cair, Anggota Dewan Minta Perhatian Wali Kota

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bolehkah Memasak untuk Suami yang Tidak Berpuasa?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Sie Reubôh Simbol Diplomasi Budaya dan Agama
Artikel

Sie Reubôh Simbol Diplomasi Budaya dan Agama

Redaksi aceHTrend
13/04/2021

Ramadan Ajang Introspeksi Diri
OPINI

Menjadikan Ramadan Momentum Muhasabah Diri

Redaksi aceHTrend
13/04/2021

Anggota DPRA Gandeng ARC Kembangkan Nilam di Lhoong Aceh Besar
BERITA

Anggota DPRA Gandeng ARC Kembangkan Nilam di Lhoong Aceh Besar

Redaksi aceHTrend
13/04/2021

Satbrimob Polda Aceh Bagikan Sembako untuk Duafa
BERITA

Satbrimob Polda Aceh Bagikan Sembako untuk Duafa

Syafrizal
13/04/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.