ACEHTREND.CO | Permohonan hak atas tanah serta kelengkapan perizinan pembangunan pabrik semen oleh PT Samana Citra Agung (PT SCA ) bukan proses simsalabim, akan tetapi telah melewati proses yang panjang yang memakan waktu bertahun-tahun.
Menurut Direktur Utama PT SCA Deni Fahlevi kepada aceHTrend menyampaikan sejarah berdirinya pabrik semen di laweung.
“Mulai dari tahun 1993 kita sudah mengurus izin, pada tahun 1994 dimulai pembebasan lahan, sebagian tanah adalah tanah negara yang telah dilakukan permohonan peruntukannya, bagi yang bersertifikat kita lakukan pembelian, dan bagi yang tidak bersertifikat dilakukan ganti kerugian,” terang Deni sembari menunjukkan berkas perizinan dan akta tanah.
“Kita sangat menyayangkan kejadian kemarin, sepengetahuan kami tindakan tersebut tanpa persetujuan pihak kepolisian dan perangkat gampong, padahal selama ini kita sudah membangun komunikasi yang serius, kita selalu melakukan musyawarah, kita ingin melakukan upaya-upaya yang bersifat edukatif agar masyarakat di Laweung dan Batee bisa menjadi bagian dari perusahaan dan bisa bekerja di perusahaan,” ungkap pengusaha muda Aceh ini.
“Bahkan kita pernah meminta tenaga kerja untuk melakukan land clearing melalui perangkat gampong setempat,” terang Deni.
Kemudian Deni juga mengungkapkan bahwa baru-baru ini perusahaan memberikan pekerjaan pembangunan pos jaga agar bisa dibangun oleh gampong, sehingga keuntungan bisa menjadi pemasukan untuk gampong, akan tetapi karena cekcok akhirnya pekerjaan tersebut diarahkan oleh pak geusyik kepada ketua pemuda gampong cot yang baru saja terpilih yaitu saudara Ramlan yang ngotot agar pekerjaan itu dikerjakan olehnya, bahkan tindakan mengalah dari perangkat gampong tersebut dilakukan untuk kelancaran pembangunan pabrik semen yang akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat.
“Pada saat pembangunan akan dilakukan pihak rekanan (red-ketua pemuda) ngotot agar biaya pembangunan 100% dibayar dimuka sebelum pembangunan dilakukan, Sedangkan mekanisme dalam proses pembayaran diperusahaan pada tahap pertama sebanyak 30% dan kemudian proses pembayaran mengikuti progres pembangunan.”
“Namun perusahaan melakukan diskresi terhadap kebijakan perusahaan sendiri, karena mengingat Ramlan tidak memiliki modal yang cukup, akhirnya perusaahaan membayar 70% dari total pembayaran, dan dibayar dimuka, dengan progres kerja baru 30%, namun dalam pelaksanaannya Ramlan meminta pelunasan 100%, hal tersebut dilakukan Ramlan dua hari menjelang demo anarkis, akan tetapi perusahaan tidak mengabulkan mengingat progres kerja belum 100%.”
Menyangkut kejadian pembakaran yang terjadi kemarin, Menurut Deni, “Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh masyarakat disinyalir Ramlan memprovokasi warga untuk melakukan demo yang berujung anarkis, yang menyebabkan terbakarnya, mobil pic up 1 unit, camp direksi 1 unit, MCK 1 unit , Balee (sarana ibadah) 1 unit, tangki beserta minyak 16 ribu liter, kaca beko 1 unit, pos jaga 2 unit yang belum rampung dibangun Ramlan, hal ini seperti direkayasa supaya pembangunan tidak dilanjutkan karena keadaan force majeur.”
Lokasi pembangunan pabrik semen seluas 1558 Hektar meliputi tujuh gampong, menasah cot, menasah tgk dilaweung, menasah mesjid, meunasah kupula, dan menasah pawot. Sedangkan Kecamatan Batee meliputi dua gampong, yaitu kulee dan kareung.
Tindakan masa yang berjumlah seratusan orang tersebut mengakibatkan kerugian yang diderita sebesar Rp 600 Juta. “Kerugian yang diderita akibat pembakaran kemarin sebanyak Rp 600 Juta, SCA sudah berinvestasi ratusan milyar rupiah, dan setiap tahun SCA membayar pajak, hal ini dilakukan sebagai bentuk keseriusan SCA untuk berinvestasi dikampung sendiri,” ujar Deni.
Menurut Deni pihak perusahaan selalu membangun komunikasi yang intens dengan masyarakat karena menurutnya masyarakat bagian terpenting yang menjadi perhatian perusahaan, “Kita selalu membangun komunikasi yang baik dan melakukan musyawarah dalam penyelesaian persoalan, masyarakat adalah elemen terpenting dalam pembangun ini, karena harapan kita dengan berdirinya pabrik ini akan mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat, membuka lapangan kerja, memperkuat sarana pendidikan, sehingga generasi Aceh semakin berjaya,” demikian kata Deni.[***]