“Kenapa saya memilih Kabupaten Pidie sebagai tempat kampanyenya di Aceh? Karena Pidie adalah denyut nadi pergerakan politik di Aceh. Getaran politik dan perjuangan di Aceh berawal dari Pidie,” tegas Jusuf Kalla ketika kampanye Pemilihan Presiden 2014.
Kabupaten Pidie adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia. Pusat pemerintahan kabupaten ini berada di Sigli, kabupaten ini masuk dalam 5 (lima) besar kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di provinsi Aceh. Kabupaten Pidie terdiri atas 23 Kecamatan 94 Kemukiman, 730 Gampong yang tersebar dari Laweueng sampai ke Geumpang dan dari Mila sampai Geulumpang Tiga.
Menyebut nama Pidie bisa identik dengan berbagai hal, yang kadang banyak dikonotasikan negative maupun yang positive. Jiwa menjadi pedagang misalnya, label ini telah melekat pada rakyat Pidie yang memang sangat suka merantau ke negeri orang. Dua pertiga masyarakat kabupaten ini ada di perantauan, buat masyarakat wilayah ini merantau adalah sebuah kebiasaan yang turun temurun untuk melatih kemandirian dan keterampilan. Masyarakat wilayah ini mendominasi pasar-pasar di berbagai wilayah di provinsi Aceh dan sebagian ke provinsi sumatera utara dan negara tetangga malaysia.
Melihat fenomena ke-pidie-an atau bacut-bacut meu Pidie sering membuat banyak orang kesal atau sebagian yang lain berujar “suum on peulinyueng”, tapi sebenarnya ini keuntungan untuk ureung Pidie itu sendiri, setidaknya penyebutan atau sering tersebutnya kata Pidie menaikkan rating ketenaran, terus siapa yang akan memanfaatkan fenomena ini maka tergantung dari sudut mana kita berdiri.
Pidie yang ingin kita liat bukan tentang hal-hal ini, jauh-jauh dari hal tersebut kita ingin mendapat garis besar peta politik di Pidie, bagaimana incumbent Sarjani Abdullah maju lagi dengan pasangan serasinya M.Iriawan, dan akan berhadapan langsung dengan kekuatan besar lainnya pasangan calon Roni Ahmad (Abusyik Sufi) dan Fadhlullah TM.Daud.
Siapa Fadhlullah TM Daud?
Sosok yang satu ini bukan timbul begitu saja, jauh-jauh hari nama Bang Fadh (panggilan akrabnya) telah diperbincangkan untuk menangani kondisi Pidie sekarang. Pria kelahiran Tangse itu pernah menjabat sebagai Ketua FKPSM (Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat), lembaga ini merupakan mitra strategis dari Kementrian Sosial Republik Indonesia.
Pria jangkung yang menyelesaikan studi S1-nya di Fakultas Teknik Unsyiah memulai karier dari wadah Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Bang Fadh dan HMI seperti satu kesatuan yang tak terpisahkan, berbicara tentang HMI tentu orang akan tau tentang sosok yang satu ini.
“Fadhlullah keun awak beuh kureeng begitu tanggapan orang-orang jika disebutkan tentang masa mudanya dulu. Dalam padatnya aktivitas kampus dan organisasi HMI, Fadhlullah muda ikut membesarkan Forum Komunikasi Generasi Muda Pidie (Fokusgampi). Di organisasi paguyuban mahasiswa Pidie itu, Fadhlullah pernah menjabat sebagai Sekretaris Umum (sekarang berganti menjadi Sekretaris Jenderal). Akhirnya saya paham tentang “beuh kureeng” tersebut. Fadhlullah TM Daud yang telah aktif di tempat lain (organisasi eksternal) ternyata masih berpartispasi aktif dalam organisasi ideolis (internal) kedaerahannya, jadi untuk persoalan kecintaannya pada Pidie, tidak ada yang berani meragukannya lagi.
Fadhlullah yang terlahir di kawasan dataran tinggi Tangse paham betul tentang keinginan rakyat Pidie yang setelah sekian lama kabupaten ini berdiri, menyumbang putra-putri terbaiknya bahkan sampai tingkat Aceh, tapi tiap kali pergantian Bupati, kondisi tak banyak berubah atau berganti. Sebagai orang pertama dari daerah pedalaman Pidie yang ingin berkontribusi langsung lewat moment pemilukada, Fadhlullah TM Daud memberi kesan bahwa semangat itu ada, tokoh muda aceh di Jakarta ini telah dipilih oleh Roni Ahmad (Abusyik Sufi) sebagai pasangannya dalam Pemilukada 2017 di Pidie.
Konsep ala Fadhlullah
Dalam demokrasi elitis seperti sekarang ini, peran rakyat digantikan oleh sekelompok elit politik dalam melaksanakan pemerintahan. (Dahl, 2001: 157) menyebut demokrasi elitis adalah demokrasi yang semu, hanya diperankan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan rakyat melalui justifikasi pemilihan umum.
Demokrasi elitis, melihat bahwa rakyat sebagai orang yang tidak perlu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan publik, karena rakyat dianggap tidak mampu dan tidak berwenang untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang kompleks dalam masalahmasalah pemerintahan. Selain itu rakyat lebih baik apatis dan bijaksana untuk tidak menciptakan tindakan-tindakan yang merusak budaya, masyarakat dan kebebasan (Walker, 1987: 3). Rakyat dianggap sudah cukup berperan dalam kehidupan demokrasi melalui penyelenggaraan pemilihan umum yang dilakukan secara periodik. Melalui pemilihan umum, rakyat sudah melakukan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Fadhlullah bersikap beda, dari pandangannya bahwa demokrasi harus partisipatoris, yang secara hakekatnya adalah demokrasi yang secara sadar akan memberdayakan rakyat dalam rangka mewujudkan pemerintahan ‘dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan bersama rakyat’. Kemada arah perwujudannya? Sekali waktu Fadhlullah berujar “menuju Impian Pidie”.
Impian Pidie atau Pidie Impian, merupakan gagasan untuk Pidie yang terus disuarakan oleh Fadhlullah. Jauh-jauh hari impian rakyat terhadap negerinya ini telah di cetuskan oleh James Truslow Adams pada tahun 1931. Impian Amerika adalah etos nasional Amerika Serikat, sekumpulan ide bahwa kebebasan meliputi kesempatan untuk makmur dan sukses, dan mobilitas sosial ke atas melalui kerja keras.
Dalam definisi Impian Amerika oleh James Truslow Adams, “kehidupan semua orang harus lebih baik dan kaya dan penuh dengan kesempatan menurut kemampuan atau prestasinya” tanpa mengenal kelas sosial atau kondisi lahir.
Fadhlullah berkeyakinan, bahwa kita masih bisa lebih baik dari kondisi sekarang. Dalam pandangannya, Pidie yang telah terkenal bersamaan dengan keberadaan kerajaan Aceh Darussalam sebenarnya masih bisa bergerak lebih baik dan lebih maju dari sekarang.
Impian Pidie adalah perwujudan dari apa yang didapati dan dirasakan langsung oleh Fadhlullah, berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan menempatkannya untuk lebih paham kondisi dari dalam. Pandangan bahwa orang Pidie adalah masyarakat yang giat dan gigih seharusnya bisa menciptakan kondisi yang lebih baik dari sekarang.
Setiap orang akan mendapatkan kesempatan yang sama untuk makmur, sejahtera dan sukses. Pemberian insentif untuk mereka yang berprestasi dan gigih dalam berusaha merupakan cara untuk menumbuhkan semangat untuk terus menjadi yang terbaik. Setiap pribadi dalam masyarakat akan mulai terbiasa menunjukkan kemampuan terbaiknya, karena pemerintah menjamin setiap langkah mereka.
Tempat-tempat pendidikan harus diperbaiki atau dinaikkan level serta kualifikasinya, setiap sekolah atau kampus akan menawarkan model pembelajaran terbaik yang bisa didapati, karena para peserta didik merasa bahwa apa yang mereka pelajari akan menjadi andalan yang dipertaruhkan ketika selesai study. Impian Pidie harus seperti ini, konkrit dan tepat sasaran. Konsep ini merupakan cara perlawanan yang ditawarkan Fadhlullah, setelah melihat kondisi banyaknya angka putus sekolah dan anjloknya peringkat pendidikan di Pidie. Penyebab hal ini cuma satu, peserta didik tidak merasa pentingnya pendidikan, oleh sebab setelah menyelesaikan pendidikan nantinya mereka juga akan menganggur, pengetahuan dan skill yang mereka miliki tidak mendapat jaminan kesejahteraan dari pemerintah. Fadhlullah berkomitmen melawan kondisi ini, Impian Pidie atau Pidie Impian akan bisa diwujudkan dengan perlawanan yang “meusigrak”.
Setelah alur ini berjalan sesuai target, persoalan kesejahteraan tinggal menunggu waktu saja, karena masyarakat yang telah mandiri dan punya skill yang mumpuni pasti akan terangkat derajat ekonominya. Bila kondisi sekarang banyak masyarakat Pidie diperantuan yang kaya dan sukses, maka kedepan masyarakat yang terus berdomisili di Pidie pun akan menikmati kesejahteraan tersebut.
Kata perlawanan selalu menjadi spirit dari sebuah gagasan perubahan, bahkan Afrika Selatan semaju sekarang setelah melewati perlawanan melawan Aphartheid, dan perubahan menciptakan daerah ini akhirnya benar-benar menjadikannya Tanjung Harapan Afrika. Perlawanan tidak selalu harus diasumsikan sebagai keburukan, perlawanan melawan kemiskinan, ketidakadilan, ketimpangan dan kesewenang-wenangan adalah sebuah jalan kemuliaan.
Pada perkembangannya, masyarakat Pidie yang termasuk model pemilih sosiologis, menginginkan para calon perlu lebih kreatif dan variatif dalam membuat program kerja dalam kampanye. Pemilih di Pidie ingin partai mengajukan orang dengan nama yang benar-benar bisa membawa perubahan di berbagai sektor, baik ekonomi, pendidikan dan lain-lainnya. Namun jika partai tidak mampu, tipe pemilih sosiologis seperti di Pidie ini akan mengajukan sendiri kandidat dari kalangan mereka, Abusyik Sufi dan Fadhlullah adalah hasil kerja kondisi ini.
Ini suatu tantangan yang besar, impian Pidie akan sangat mudah diwujudkan dengan kondisi rakyat yang menggerakkan demokrasi itu sendiri. Selama ini partai-partai hanya memakai rakyat sebagai tameng mereka untuk ajang 5 tahun sekali, persoalan aspirasi dan kebutuhan masyarakat sering abai dimata elit partai, setidaknya itu yang terjadi di Pidie.
Persoalan kemudian kenapa harus diwujudkan dengan Abusyik Sufi adalah karena sosok ini begitu familiar di Pidie. Bernama asli Roni Ahmad, mantan Panglima GAM wilayah Pidie ini sangat dekat dengan masyarakat dan punya social trust yang tinggi. Abusyik Sufi yang juga merupakan alumni Tripoli (Libya) digambarkan punya face rakyat, artinya, dalam pemilihan nanti rakyat bukan merasa sedang memilih salah seorang kaum elit jadi pemimpin mereka, tapi rakyat sedang memilih diri sendiri. Karakter, sikap dan keseharian Abusyik Sufi memang bersama rakyat. Hingga dalam setiap event kampanye kandidat ini selalu lebih secara merakyat.
Menyambung apa yang dikatakan Jusuf Kalla bahwa Pidie adalah denyut nadi pergerakan politik di Aceh. Getaran politik dan perjuangan di Aceh berawal dari Pidie, maka sudah seharusnnya getaran perubahan peta politik secara subtansial itu sendiri juga harus terjadi di Pidie. Abusyik Sufi dan Fadhlullah tau betul kekuatan rakyat, terlebih lagi di Pidie yang tingkat pemilih melek politiknya sangat tinggi, maka bukan suatu hal yang mustahil ketika kami sepakat berkata “Ya Kita Bisa” membuat perubahan dengan mewujudkan Pidie Impian.
“Kami adalah anda, mereka dan saya.
Identitas kami adalah perubahan, suatu jalan untuk Pidie Impian.
Kita tidak bisa diam, gerakan perubahan harus di suarakan.
Kami tentu tidak bisa, tidak mampu dan tiada daya jika menyuarakan perubahan tanpa bantuan. Perubahan ini untuk Pidie, negeri yang penuh keharuman sejarah dan tradisinya.
Pidie Impian adalah Pidie yang anda dan kami inginkan.
Pidie Impian bergerak atas dasar keyakinan dan keharusan.
Mari meraih impian dan kejayaan, Pidie Impian kita wujudkan dalam kenyataan YA KITA BISA