ACEHTREND.CO, Aceh Besar – Selama ini, “eek” alias kotoran santri Pesantren Moderen Tgk. Chiek Oemar Dian terbuang percuma. Tapi, dalam waktu dekat, dari kotoran 1000 lebih santri di Desa Krueng Lamkareung, Kec. Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Aceh itu bisa bermanfaat untuk memasak dan juga menghidupkan lampu.
Soalnya, pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Direktorat Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi melalui CV Restoemi sebagai pelaksana telah menyelesaikan kegiatan Pembangunan Biogas Komunal di lokasi Pesantren Oemar Diyan itu.
“Melalui anggaran 1,1 miliar dari APBN CV. Restoemi membangun instalasi biogas berkapasitas 50 wc dan sudah berfungsi, kompornya sudah bisa dinyalakan, ” kata Riski dari CV Restoemi.
Tody dari PPK Non Listrik Bio Energi ESDM menjelaskan manfaat teknologi biogas (daur ulang tinja) adalah dapat menghasilkan energi alternatif terbarukan berupa biogas. “Jadi, dapat menjadi pengganti minyak dan bahan bakar kayu, jadi ada kebaikan ekonomi dan juga kebaikan lingkungan,” katanya.
Tody juga menerangkan garis besar proses menghasilkan biogas dari kotoran manusia sangat sederhana. Dari sebuah reaktor, tempat menampung kotoran manusia lalu mengubahnya jadi gas. Kotoran dan air mengalir ke sebuah kubah tempat kotoran ‘dicerna’ dan menghasilkan gas yang kemudian ditampung dalam sebuah penampungan.
“Dari penampungan, gas mengalir ke arah dapur untuk dimanfaatkan bagi kebutuhan sehari-hari,” jelasnya.
Tgk. Nazar, pengasuh santri Oemar Diyan mengaku sangat terbantu dengan adanya dukungan ESDM untuk menyediakan teknologi biogas di lingkungan pesantren Oemar Diyan.
Ia mengaku, dahulu untuk memasak masih menggunakan kayu, lalu berpindah ke pemakaian gas, dan kini sudah ada biogas. Menurutnya, setiap minggu butuh sekitar 15 tabung gas untuk mendukung aktivitas memasak.
“Alhamdulillah, dengan adanya biogas kami sangat terbantu, dan beban anggaran pengeluaran pesantren untuk menyediakan gas sudah makin berkurang,” akunya.
Taqwallah, dari ESDM yang melakukan pemantauan dilapangan mengatakan dengan teknologi biogas akan menambah kesadaran bahwa tidak ada yang sia-sia apa yang ada di dunia ini. Kotoran manusia pun bisa diolah secara sederhana menjadi gas, dan gasnya bisa dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan manusia.
Bagi ESDM sendiri, kegiatan pembangunan biogas di pesantren sudah dijajaki sejak Juni 2015. Saat itu, Sudirman Said menyatakan akan membangun 15 pembangkit listrik tenaga biogas yang menyasar pondok pesantren di Indonesia. Sumber biogas bisa berasal dari kotoran manusia termasuk kotoran para santri di pondok-pondok pesantren.
Saat ini, pembuatan biogas pesantren ada di lima lokasi. Selain di pesantren Aceh ada juga di pesantren Nadwah, Riau, Tawalib, Sumbar, Al Mizan, Pandeglang, dan Dear El Azhar, Lebak. Seluruhnya membutuhkan anggaran sekitar 5,5 miliar.
Untuk pesantren Oemar Diyan sendiri kegiatan bertanggal kontrak 29/2 – 27/7 ini membangun 50 toilet, 4 kompor dan 2 lampu. “Semua sudah selesai,” pungkas Riski, pelaksana dari CV Restoemi. []