• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Pencitraan Palsu dan Politik di Media

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Rabu, 12/10/2016 - 09:02 WIB
di Kolom Politik Wiratmadinata, Media
A A
Share on FacebookShare on Twitter

Di dalam dunia politik modern, media ditempatkan pada posisi strategis sebagai alat komunikasi politik (media as a tools of political communication). Istilah itu sebenarnya agak sedikit kuno jika dibandingkan dengan semakin menguatnya hegemoni media di dalam seluruh aktifitas politik. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari penetrasi teknologi komunikasi yang praktis mengubah seluruh tatanan kehidupan sosial manusia. Saat ini media tidak lagi hanya sekadar alat komunikasi politik saja, melainkan juga sebagai “politik” itu sendiri. Sama dengan peran uang, yang tidak lagi sekadar alat pembayaran jasa kegiatan politik, tetapi sudah menjelma sebagai politik itu sendiri (political by it self). Begitulah kuatnya peran media di dalam dunia politik, sehingga seakan-akan politik modern samasekali tidak pernah dan tak bisa berjalan tanpa adanya peran media, terutama media massa.

Pencitraan (Image) adalah salah satu produk utama media sebagai alat komunikasi politik yang ditujukan untuk membentuk citra atau gambaran tertentu di dalam persepsi publik. Pencitraan ini bisa ditujukan pada objek figur politik, partai politik, isu politik dan lain-lain. Citra atau gambaran ini dimodifikasi oleh media sedemikian rupa, sehingga ia bisa mengubah satu persepsi terhadap objek yang sama menjadi bertolak belakang atau berubah hingga 360 derajat. Disinilah kita mengenal istilah “realitas nyata” atau “realitas asli (genuine reality) dan “realitas maya”(virtual reality) atau “realitas palsu” (pseudo reality) yang berupa “realitas media”..

Presiden Jokowi adalah salah satu cerita sukses pencitraan media. Persepsi klasik tentang seorang presiden sebagai sosok yang gagah, agung, perkasa, flamboyan, berpendidikan tinggi dan elitis berhasil diruntuhkan oleh Jokowi dengan penampilan sederhana, pakaian murahan, tubuh kerempeng, serta cara berbicara ala rakyat jelata kebanyakan. Rupanya media massa yang dipakai oleh tim sukses Jokowi memahami betul psikologi massa yang sudah bosan dan jenuh dengan kondisi status-quo di Indonesia, sehingga memerlukan perubahan total. Citra politik yang flamboyan diganti dengan citra politik yang bersahaja. Citra politik yang sakral sekarang menjadi egaliter.

Sosok Jokowi yang dicitrakan oleh media massa pendukungnya ternyata berhasil menciptakan persepsi bahwa, Indonesia tidak memerlukan Presiden yang gagah, berpendidikan tinggi, berpenampilan flambonyan sementara tidak memberikan kesejahteraan. Mungkin Indonesia lebih butuh seorang rakyat biasa yang tahu caranya hidup susah, kerja keras karena suka “blusukan” dan tidak eksklusif. Citra itu berhasil membantu Jokowi memperoleh dukungan suara maksimal 53, 19 persen atau 71 juta suara lebih, untuk menjadi Presiden. Prabowo gagal mencitrakan dirinya sebagai pemimpin Indonesia yang cocok, karena gayanya menaiki kuda dengan keris di punggung, serta gambaran seorang ksatria agung yang gagah perkasa dianggap sudah kuno dan tidak sesuai dengan semangat zaman yang egaliter dan demokratis. Tapi sekali lagi ini hanya soal citra, terlepas apakah substansinya persis seperti itu atau justru bertolak-belakang.

BACAAN LAINNYA

Dua aktivis YARA melakukan aksi di depan Kanwil Kemenkumham Aceh, Banda Aceh, Minggu (7/3/2021). Foto/ist for acehtrend.com.

PAS Turun Tangan, Jenazah Dua Napi Nusakambangan Dipulangkan ke Aceh

08/03/2021 - 06:25 WIB
Dua aktivis YARA melakukan aksi di depan Kanwil Kemenkumham Aceh, Banda Aceh, Minggu (7/3/2021). Foto/ist for acehtrend.com.

Tak Ada Anggaran, Dua Jenazah Warga Aceh Tertahan di Lapas Nusakambangan

07/03/2021 - 20:18 WIB
FOTO/Disbudpar Aceh.

Gairahkan Pesona Wisata Aceh, Disbudpar Aceh Gelar Tour de Koetaradja

07/03/2021 - 11:35 WIB
Ahmad Humam Hamid, Guru Besar Unsyiah.

LMC (78): Era Islam Klasik: Wabah dan Peradaban (III)

07/03/2021 - 10:52 WIB

Sebagai contoh, di Aceh, dalam konteks Pilkada tahun 2017, media massa telah membantu Irwandi Yusuf mendapatkan popularitas paling tinggi sebagai kandidat calon gubernur Aceh. Citra seorang “gentleman” yang kemana-mana bisa mengendarai pesawat pribadi, dan dekat dengan rakyat karena gayanya yang blak-blakan tampaknya berhasil membuat elektabilitasnya semakin tinggi. Mungkin orang Aceh sudah bosan dengan citra alim, sopan, dan terdidik tetapi ternyata tidak bermanfaat bagi rakyat, sehingga membangun antitesis terhadap sosok pemimpin yang demikian.

Sementara itu sosok “Mualem” masih kalah pamor dengan Irwandi karena meskipun sama-sama dianggap “manly” dan “meuAceh”, tetapi karena latarbelakangnya sebagai dosen dan lulusan perguruan tinggi di Amerika Serikat dianggap lebih “terpelajar”. Sementara itu Tarmizi Karim, meski belakangan sudah menjadi Doktor, tetapi “brand” yang tercipta justru sebagai seorang mubaligh dan konservatif apalagi didampingi wakil yang berasal dari “era masa lalu”.

Calon lainnya, Apa Karya, tampil sebagai sosok yang “nyeleneh”, melawan arus dan sederhana dalam pemikiran, orang menyukainya sebagai sosok yang memberikan kesegaran di tengah “ketegangan” politik karena statemennya yang sering membuat kita tersenyum. Sementara, Zaini Abdullah, sebagai seorang petahana tampil dengan citra “kebapakan”, karena faktor usia yang sudah sepuh dan gestur politiknya yang “soft”, walaupun bisa keras, kalau dilihat dari caranya melakukan perombakan struktur birokrasi.

Intinya, bahwa apa yang kita persepsikan sebagai gambaran karakter atau sosok dari setiap figur politik sangat ditentukan bagaimana media menyajikan gambaran mereka, serta referensi pembaca terhadap masing-masing figur. Tetapi tentu saja sulit mengetahui, apakah citra yang terbangun dalam realitas media itu, sesuai dengan realitas aslinya dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga tidak begitu yakin, apakah citra tersebut didesain secara sadar dengan tujuan yang sudah jelas, atau tercipta tanpa sengaja sesuai selera media yang menyajikan berita tentang para figur itu. Sejauh mana sajian itu mengena dengan selera publik juga sangat dipengaruhi referensi sosial, politik, ekonomi, budaya dan tingkat kedekatan (proximity) dari publik yang menerima informasi tersebut dengan figur bersangkutan. Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa medialah yang akan menentukan, citra seperti apakah yang akan terbentuk dalam realitas maya, maupun realitas bayangan.

Tetapi yang penting bagi kita, dan juga bagi para pemilih adalah; Apakah mungkin untuk mendapatkan gambaran atau citra sejati dan murni tentang figur-figur politik yang akan dipilih di dalam Pilkada 2017 mendatang, maupun di dalam Pemilu-Pemilu yang akan kita ikuti? Mungkinkah kita mendapatkan potret yang seindah warna aslinya? Bukan pencitraan palsu yang dimodifikasi oleh media massa sedemikian rupa, sehingga kita tidak bisa membedakan antara “loyang” dan “emas”, antara “lumpur” dan “permata”, dan sulit menentukan mana “madu” dan mana “racun”?. Semua ini tergantung pada tiga hal; Pertama; Tanggungjawab moral dari media massa yang digunakan sebagai alat komunikasi politik,. Kedua: Moralitas politik para calon yang berorientasi pada program dibandingkan retorika, serta, ketiga: Kecerdasan pemilih dalam menelisik, mengamati, dan menentukan pilihan mereka. Tanpa ketiga elemen tadi, maka sudah pasti kita akan terjebak pada pencitraan palsu dari hasil modifikasi media yang tidak bertanggungjawab. Maka tugas utama media dalam konteks ini sangat jelas, mereka harus menyajikan citra seindah warna aslinya. []

Tag: #Headline
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Melirik Instrumen Musik Canang Kayu Dari Aceh Singkil

Selanjutnya

Terkait Pilkada Damai, LSM Beri Rekomendasi Untuk Panwaslih Aceh Dan Bawaslu RI

BACAAN LAINNYA

Sejumlah pengurus SMSI Provinsi Aceh, menggelar rapat perdana di warkop Buna Kupina, Banda Aceh, Senin (23/2/2020). [Ist]
Media

Ketua SMSI Aceh: Kekompakan Diawali dari Keterbukaan

Senin, 24/02/2020 - 23:22 WIB
Komunitas Muda Aceh Melek Media (KOMEMA) pada acara Digital Investigative Reporting Training for Aceh Youth pada 5-6 Februari 2020 di Banda Aceh. (foto: rahmat)
BERITA

KOMEMA Gelar Pelatihan Jurnalistik Investigatif Digital

Kamis, 06/02/2020 - 12:57 WIB
Para peserta Focus Group Discussion (FGD) mendiskusikan berbagai perspektif terkait dengan kemasan dakwah radio yang efektif terutama untuk sasaran pendengar milenial. (FISIP Unsyiah)
Media

Unsyiah Latih Program Dakwah Radio untuk Generasi Milenial

Sabtu, 21/04/2018 - 21:52 WIB
aceHTrend.com
Media

Literasi Media Untuk Cegah Radikalisme

Jumat, 23/03/2018 - 23:35 WIB
aceHTrend.com
Media

Oligarki Media di Indonesia dan Perannya dalam Arah Pemberitaan

Senin, 25/12/2017 - 18:54 WIB
aceHTrend.com
KKR Aceh

The Guardian Muat Kisah Anak yang Kembali Setelah 40 Tahun Hilang “Diadopsi”

Kamis, 21/12/2017 - 16:00 WIB
Ketua Panitia Pelaksana, Rahmat Saleh, M.Comm. (kanan) Rahmat Saleh, menyerahkan sertifikat kepada Dr. Salman Syarifuddin MA selaku pemateri training.
BERITA

FISIP Unsyiah Latih Komunitas Program Dakwah Kreatif di Radio

Rabu, 13/12/2017 - 17:27 WIB
Dunia

Masjid di Amerika Dibom, Namun Nyaris Luput Dari Perhatian Media

Minggu, 06/08/2017 - 23:42 WIB
aceHTrend.com
Media

Jurnalis Amerika Ini Tantang TNI Terkait Tulisan Makar

Sabtu, 22/04/2017 - 09:15 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya

Terkait Pilkada Damai, LSM Beri Rekomendasi Untuk Panwaslih Aceh Dan Bawaslu RI

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Dua aktivis YARA melakukan aksi di depan Kanwil Kemenkumham Aceh, Banda Aceh, Minggu (7/3/2021). Foto/ist for acehtrend.com.

    Tak Ada Anggaran, Dua Jenazah Warga Aceh Tertahan di Lapas Nusakambangan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kepala BPKD Subulussalam: Defisit Ini Juga Ada Kaitan Dengan Masa Merah Sakti

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sekda Jelaskan Penyebab Defisit Anggaran Kota Subulussalam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Panen Perdana Ayam Potong, BUMG Seumirah Raih Untung Rp100 Juta

    3325 shares
    Share 3325 Tweet 0
  • Agar Ngopi Berkah, Ini Doa dan Wiridnya Versi Ulama Sufi

    77 shares
    Share 77 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Dua aktivis YARA melakukan aksi di depan Kanwil Kemenkumham Aceh, Banda Aceh, Minggu (7/3/2021). Foto/ist for acehtrend.com.

PAS Turun Tangan, Jenazah Dua Napi Nusakambangan Dipulangkan ke Aceh

Muhajir Juli
08/03/2021

Dua aktivis YARA melakukan aksi di depan Kanwil Kemenkumham Aceh, Banda Aceh, Minggu (7/3/2021). Foto/ist for acehtrend.com.

Tak Ada Anggaran, Dua Jenazah Warga Aceh Tertahan di Lapas Nusakambangan

Muhajir Juli
07/03/2021

aceHTrend.com
BERITA

Polisi Tangkap Lima Terduga Penggelapan BBM dari Kapal Tanker MT Garuda Asia di Lhokseumawe

Mulyadi Pasee
07/03/2021

Ilustrasi
LIFE STYLE

Penjas BBG Gelar Kejuaraan Tenis Meja Cup untuk Pelajar, Mahasiswa, dan Dosen

Redaksi aceHTrend
07/03/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.