ACEHTREND.CO,Bireuen- Riak protes dari beberapa komponen, terhadap wacana peleburan Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Bireuen, tidak mengubah sikap eksekutif dan legislatif Bireuen. Melalui rapat paripurna IV masa persidangan III pada Selasa (1/11/2016) dinas tersebut murni bergabung dengan Dinas Pendidikan. Efisiensi dan daya guna serta perintah PP Nomor 18 Tahun 2016 adalah kunci.
Suara-suara yang menyayangkan leburnya Disporapar ke dalam Dinas Pendidikan kian gencar bergema jelang ketuk palu di sidang paripurna. Lewat komentar di media sosial facebook, mereka menyebutkan bahwa dinas yang mengurusi atlet usia pelajar itu tidak bisa disatukan dengan dinas lain. Bahkan ada yang mengatakan dengan leburnya dinas itu, maka pembinaan terhadap atlet pun tamat.
Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Bireuen, Muzakkir Zulkifli kepada aceHTrend mengatakan dirinya menyayangkan peleburan tersebut.
“Seharusnya patut dikaji ulang sebelum diputuskan, secara keselurahan menguntungkan atau merugikan daerah ke depan. Daerah lain sedang berusaha untuk membentuk Dispora,” ujarnya.
Saat ditanya apakah Ketua KONI sudah membaca PP Nomor 18 Tahun 2016, Muzakkur tidak menjawab. Namun ketika aceHTrend menyebutkan bahwa dengan dileburkannya Disporapar, maka pihak yang paling diuntungkan adalah KONI, ia pun menjawab, bahwa KONI berdiri sendiri.
“KONI sebuah lembaga yang berdiri sendiri, cuma bedanya KONI Bireuen dana masih di bawah Dispora,dulu. Bagi kami tidak masalah Disporapar dibubarkan, karena yang kami bina atlet prestasi,” ujarnya.
Selama ini, tambahnya KONI diberikan program oleh Disporapar. Namun saat ditanya jenis program apa, Muzakkir menjawab dinas itu membantu sedikit biaya untuk atlet yang berkompetisi di luar daerah.
“Hanya sedikit biaya utk atlit utk mengikuti pertandingan atau kompetisi di luar daerah. Dana KONI sangat minim,” imbuhnya.
Pembinaan Atlet Tingkat SMA Urusan Propinsi
Ketua Banleg DPRK Bireuen, Mukhlis Rama ketika dimintai tanggapannya oleh aceHTrend mengatakan, peleburan Disporapar tidak akan berdampak buruk bagi pembinaan atlet. Bahkan KONI ikut diuntungkan.
Menurut aturan terbaru, semua urusan pendidikan tingkat SMA sederajat, termasuk pembinaan atlet tingkat pelajar SMA telah diambil alih oleh propinsi. Sehingga yang menjadi urusan Dispora hanya pembinaan tingkat SD dan SMP.
“Kalau hanya untuk urusan telur bebek satu sarang, kenapa harus membawa ke Medan menggunakan tronton. Kan lebih pas dipaketkan dengan bus umum. Lebih murah dan efisien,” ujar Mukhlis bertamsil.
Dalam kesempatan itu ia pun mengatakan, ada tiga tingkatan olahraga. Pertama profesional. Ini haram dibiayai oleh APBD. Kemudian olahraga prestasi. Ini dibawah KONI. Kemudian olahraga pendidikan/ pelajar yang diurus oleh dinas.
“Jadi jangan panik. Malahan dengan hilangnya dinas itu, anggaran bisa lebih hemat dan bisa digunakan penambahan hibah untuk KONI. Tahun ini mereka cuma dikasih 60 juta. Mau buat apa dengan dana segitu? Seharusnya insan olahraga prestasi di bawah KONI memberikan apresiasi, bukan malah apriori terhadap langkah besar ini,” ujar Mukhlis.
Dia juga merincikan tahun 2016 Pemkab menetapkan dana untuk Disporapar sebanyak 4,8 milyar. Dari jumlah itu 2,1 miliar habis untuk belanja aparatur. 2,7 miliar untuk program dan kegiatan dalam belanja langsung. Itu pun masih berupa biaya untuk adm, pengadaan barang dan jasa, perjalanam dinas aparatur, honorarium kegiatan. Bila ditelaah hanya sedikit sekali yang digunakan untuk pembinaan olahraga.
Wakil Ketua DPRK Bireuen, Muhammad Arif atau akrab disapa Arif Andepa mengatakan, perampingan dinas serta peleburan yang serumpun merupakan tindak lanjut perintah PP Nomor 18 Tahun 2016. Salah satu yang dihilangkan adalah Disporapar yang merger ke Dinas Pendidikan.
“Jangan takut, olahraga untuk pelajar berupa pembinaan atlet muda tetap berjalan. Malah porsinya bisa lebih banyak. Hal yang sama akan juga berdampak positif bagi KONI. Tahun depan dana hibah untuk mereka bisa diperbesar, karena sudah adanya dinas yang merger. Ini keuntungan bagi insan olahraga prestasi,” terangnya.