Tanpa terasa masyarakat Indonesia seperti biasanya setiap tanggal 10 November selalu memperingati sebagai Hari Pahlawan. Sosok para generasi muda spesifiknya santri harus mampu mengaktualisasi nilai-nilai kepahlawanan dalam setiap tindakannya
“Generasi muda sangat minim dan sangat haus akan informasi tentang sejarah pahlawan mereka di masa lalu. Sebagian besar dari mereka sangat mengharapkan adanya transformasi nilai dan semangat kepahlawanan untuk menyongsong masa depannya yang cemerlang dan bermanfaat untuk bangsa, agama dan negara,” kata Teungku Mujlis Hasan Blang Jruen salah seorang guru senior Dayah Munawarah Kuta Krueng, Pidie Jaya, Kamis,(10/11/2016).
Menurutnya walaupun demikian, mereka yang telah berhasil dihatinya telah terpatri semangat dan nilai-nilai perjuangan dari para pahlawan dan perjuangan dalam perspektif umat Islam tetap berlanjut hingga pasca kematian.
“Para santri juga harus mampu mewujudkan nilai kepahlawanan dalam menuntut ilmu di dayah. Mereka harus berpacu dengan prestasi, kewajiban sebagai seorang thalib ilmi juga harus mampu merealisasikan ilmu dalam konteks kekinian, terlebih dengan pengamalan ilmu untuk diri sendiri dan masyarakat pada umumnya,” ulas guru yang juga aktifis dayah yang gigih dalam berdakwah.
Teungku Blang Jruen mengisahkan sebuah cerita di jazirah Arab, ” Dahulu di daerah semenanjung Arabia, seorang raja Persia yang bernama Kisrâ A. Syirwan telah melakukan sebuah penelitian ke rumah-rumah para penduduk kerajaannya. Ketika beliau tiba di satu rumah, dalam ekspedisi tersebut di sana, menemukan seorang kakek yang menanam pohon di halaman rumah tersebut,” ulas putra Blang Jruen, Pasee yang di percayakan sebagai Sekretaris Dayah Munawarah Kuta Kreung, Pidie Jaya itu.
Ia melanjutkan cerita, rupanya sang raja tertawa dan bertanya, “Wahai kakek, kenapa kau menanam sebuah pohon yang akan berbuah 15-20 tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun ke depan, sedangkan engkau mungkin tahun depan sudah mati dan tidak dapat menikmati buah-buahan dari pohon yang telah kau tanam?,” Sambungnya.
Lantas apa respon sang kakek tersebut? Dengan penuh senyum dan optimisme sang kakek menjawab, “Wahai raja, orang-orang sebelum kita telah menanam pohon dan buah-buahan dari pohon tersebut kita nikmati sekarang maka kita menanam kembali pohon yang buah-buahannya akan dinikmati oleh orang-orang setelah kita” jawab kakek itu dengan penuh semangat.
Beliau menjelaskan dalam perspektif dari cerita di atas sebuah ibrah (pelajaran) sangat berharga bahwa kemerdekaan ibarat sebuah pohon yang telah ditanam oleh para pahlawan san syuhada, serta ulama bangsa ini kendati pun mereka tidak pernah menikmatinya melainkan kenikmatan tersebut kita rasakan sekarang.
“Begitu juga kita sebagai pelajar (santri) harus mampu meledaninya dengan terus belajar dan keberhasilan itu akan di petik suatu saat nanti dalam masa yang tidak cepat, keberhasilan dengan ” karbitan” itu menipu diri sendiri, tetapi indahnya berhasilan pada waktunya,” paparnya menamsilkannya.