ACEHTREND. CO, Banda Aceh – Akhir-akhir ini hubungan antarumat beragama sedang terganggu. Jika ditilik lebih dalam, penyebabnya bukan pada kesadaran dalam beragama, melainkan lebih karena faktor politik antar umat beragama.
Padahal, jika ditilik dalam sejarah awal umat Islam, ada beberapa fakta kedekatan jika tidak ingin disebut sebagai fakta kemesraan, baik dengan umat nasrani, maupun dengan umat yahudi.
Mengikut timbangan al quran, dibanding yahudi, umat Islam memang lebih dekat dengan umat kristen. Umat Yahidi, menurut fakta yang disuguhkan al quran lebih keras perlakuannya kepada umat Islam (lihat al maidah: 82).
Al quran juga menyuguhkan kesaksian bahwa umat yahudi yang diberi kitab Taurat dan umat Nasrani yang diberi kitab Injil adalah umat yang mengenali, bukan sekedar mengetahui tentang fakta tentang hadirnya nabi penutup, pelengkap, dan penyempurna agama Allah Swt, yaitu Nabi Muhammad. Saking begitu kenalnya, al quran menyebut seperti mereka mengenali anak-anak mereka (baca al baqarah: 146).
Atas modal pengetahuan itu kisah di Bushra, selatan Syam, kini Syiria, terjadi, Abi Thalib dimintai oleh pendeta Buhaira untuk menjaga dan melindungi Muhammad kecil dari rencana jahat Yahudi, sebab sang pendeta mendapat tanda kenabian pada diri Muhammad kecil.
Meski berbeda agama, ternyata dalam sejarahnya, umat Islam pernah bergembira atas kemenangan Kerajaan Romawi Timur yang berpusat di Konstantinopel yang beragama Nasrani atas bangsa Persia yang beragama Majusi, setelah sebelumnya, pernah dikalahkan (lihat Q.S. Rum: 1 – 5).
Umat Islam pernah mendapat perlindungan dari umat Kristen. Kejadian ini terjadi ketika tidak ada tempat yang aman lagi bagi umat Islam baik di Mekkah, Thaif dan lainnya. Lalu, Nabi meminta umatnya dibawah pimpinan Jakfar bin Abu Thalib untuk menuju Habasyah, sebuah kerajaan kristen di bawah pimpinan Raja Najasyi, yang juga seorang pemeluk agama masehi (Kristen) yang fanatik. Luar biasanya, Raja Najasyi pada akhirnya memeluk Islam (lihat al maidah: 83).
Orang Yahudi juga pernah tercatat menjadi pelindung Nabi ketika di Thaif. Saat orang-orang menolaknya, bahkan melempari tubuh suci itu, hingga harus bersembunyi di kebun anggur milik yahudi, dan pemilik kebun menyuruh penjaga kebun untuk membawa setanggai anggur dan menyerahkannya kepada Nabi.
Sejarah juga mencatat bagaimana perlakuan yang amat beda antara Kaisar Heraklius dengan Raja Kisra terhadap Nabi. Surat nabi diperlakukan dengan baik meski pada akhirnya sang kaisar tidak masuk Islam, berbeda dengan Raja Kisra yang malah merobek surat nabi dan mengajak nabi berperang.
Bukan hanya dalam hubungan sosial-politik, dalam kesadaran beragama juga Islam menghormati agama sebelumnya yang kepada mereka diturunkan injil dan taurat. Nabi mereka diakui, dipercaya dan anjurannya dijalankan oleh umat Islam. Nabi Isa datang untuk menenggapi ajaran yang dibawa Nabi Musa, dan Nabi Muhammad datang untuk menyempurnakan apa yang sudah digenapi oleh Nabi Isa.
Meski begitu, yang namanya ketegasan juga diberlakukan dalam Islam, sehingga jelas mana ajaran Allah Swt yang disebut telah sempurna. Dan kesempurnaan itu perlu terus disampaikan, dan soalan mau diikuti atau tidak maka itu sepenuhnya terpulang kepada objek penerima pesan kesempurnaan, dan hidayah Allah Swt.
Bagi siapa saja yang beragama dengan waras, dan benar-benar mengikuti ajaran aslinya yang berasal dari nabi, maka ujung usahanya akan dinilai dan ditentukan oleh Allah Swt, bukan ditentukan oleh pandangan, kekuasaan, pedang, senjata, dan juga bukan oleh ragam bentuk penaklukan lainnya.
Bisakah harmoni itu diwujudkan kembali untuk masa kini? Jelas bisa, sejauh semuanya bersedia beragama dengan waras seraya berserah diri atas semua daya dan upaya kemanusiaan kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. []