ACEHTREND. CO, Banda Aceh – Biaya pelayanan kesehatan di tingkat lanjutan (rumah sakit-red) menghabiskan 74 % dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dalam dua tahun terakhir. Hal ini terungkap dalam Pidato Menteri Kesehatan RI (Menkes) Nila Farid Moeloek, yang dibacakan Sekretaris Daerah Aceh Drs Dermawan MM, pada Upacara Hari Kesehatan Nasional Ke-52 yang digelar di halaman Kantor Gubernur Aceh, Senin (15/11).
Menkes mengatakan, kondisi tersebut akan membahayakan dana Jaminan Sosial Kesehatan, dan menjadi beban serius bagi keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Untuk mengurangi beban anggaran yang sangat besar itu, Menkes menekankan perlunya penyelesaian sebahagian besar persoalan kesehatan di pelayanan kesehatan primer (Puskesmas atau klinik pelayanan kesehatan dasar-red).
Menurut Menkes, apabila persoalan kesehatan diselesaikan di pelayanan kesehatan dasar, otomatis menekan angka rujukan pasien ke tingkat lanjutan (rumah sakit-red). Selain itu, perlu peningkatan kapasitas SDM kesehatan untuk kepastian diagnosa yang dirujuk, mengembangkan teknologi informasi, melengkapi sarana dan prasarana penunjang di pelayanan kesehatan dasar, dan memberikan insentif yang cukup dan berkeadilan untuk mendorong retensi tenaga kesehatan pada daerah terpencil.
Langkat tersebut, lanjutnya, merupakan keniscayaan dalam menjawab tiga masalah kesehatan (triple burden) saat ini, yakni tingginya penyakt infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular, dan kembalinya penyakit-penyakit yang sudah teratasi.
Investasi dan orientasi pembangunan kesehatan harus didorong pada aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif, tegas Menkes dalam naskah pidatonya itu.
Nakes teladan
Usai membaca Pidato Menkes RI, Sekda Dermawan selaku Inspektur Upacara HKN Ke-52, menyerahkan penghargaan kepada tenaga kesehatan (Nakes) teladan, yang meliputi dokter umum dan dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, dan tenaga kesehatan lingkungan teladan.
Nakes teladan dari pelbagai profesi ini terdiri dari teladan pertama hingga teladan ketiga. Nakes teladan pertama masing-masing mendapat hadiah Umrah ke Tanah Suci, sertifikat, dan cendera mata dari Pemerintah Aceh.
Sekda Aceh Demawan menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para Nakes teladan atas kerja keras, layolitas, dan dedikasi yang ditunjukkan selama ini.
“Pemerintah Aceh memberikan apresiasi yang tinggi atas kerja keras dan dedikasi Saudara dalam membantu masyarakat, terutama di daerah-daerah terpencil,” puji Dermawan.
Menurut Dermawan, para Nakes teladan ini sangat pantas mendapat penghargaan yang layak atas dedikasi yang telah mereka tunjukkan. Semoga pada HKN tahun depan lebih banyak lagi tenaga kesehatan yang layak mendapat penghargaan dari Pemerintah Aceh.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Aceh dr Hanif, menjelaskan, Nakes teladan dipilih secara objektif. Tim Penilai diturunkan ke seluruh Aceh untuk menilai kinerja semua tenaga kesehatan, tak terkecuali di daerah terpencil. Mereka yang terpilih sebagai Nakes teladan tahun ini sesuai dengan kinerja dan dedikasi mereka di lapangan, tukas Hanif.
Wartawan aceHTrend mencoba verifikasi objetifitas pemilihan Nakes teladan dengan menemui dr Firzalinda. Dokter teladan Utama dari Puskesmas Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar itu, mengaku kaget saat diberitahukan dirinya terpilih sebagai Dokter Teladan Utama pada HKN 2016.
“Saya bersyukur karena pemimpin kami tidak tidur dan memantau apa yang kami kerja di lapangan,” kata dr Firzalinda dengan terbata-bata.
Firzalinda membuat Program spesifik di Puskesmas Lhoknga. Program Kunjungan ke rumah-rumah penduduk (home visit) secara berkala, untuk pengobatan dan penyuluhan kesehatan. Selain itu, Program PTM (Penyakit Tindak Menular) untuk menekan penyakit hipertensi dan penyakit diabetes. Mungkin program-program tersebut dinilai unggul oleh Tim Juri, reka dr Fizalinda, hingga ia dipilih sebagai Dokter Teladan Utama tahun 2016. []