Islam merupakan sebuah agama dakwah. Dalam perjalanan kehidupan umat beragama khususnya Islam. Suatu agama bisa berkembang tergantung bagaimana dalam memanajemenkan dakwah yang bisa menjawab tantangan zaman dan dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat di bumi ini. Tentu saja begitu juga dengan dinul Islam.
Manajemen dakwah Islam telah diatur dan digariskan oleh baginda Rasulullah Saw serta telah diwariskan kepada sahabat, tabi’, tabiin serta kurun selanjutnya. Dakwah merupakan ajakan untuk berbuat baik, dan menggerak manusia menerima petunjuk kebijaksanaan yang dibawa oleh orang agama Islam yakni amar makruf nahi mungkar. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran, pada surat An- Nahl Ayat 125, bunyinya: ” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An- Nahl Ayat 125)
Metode dan Konsep dakwah untuk mencapai keberhasilan harus disesuaikan dengan kondisi dan manajemen serta sasaran dakwah yang jelas. Seorang pendakwah harus sangat memahami ilmu tentang kemasyarakatan yang sering disebut dengan sosiologi. Hartini G. Kastsapoetra menyebutkan sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perkembangan dan prinsip-prinsip organisasi sosial dan umumnya tingkah laku kelompok sebagai perbedaan dan tingkah laku induvidu-induvidu dalam kelompok (Hartini dan G. Kastsapoetra, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, hal. 396.)
Mengupas problema dan masalah dakwah maka tidak akan terlepas dari pada upaya pengembangan ajaran Islam, karena ajaran Islam merupakan agama Allah SWT yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melaksanakan kegiatan dakwah. Dalam hal ini dakwah merupakan pekerjaan estafet yang tidak pernah putus dalam meningkatkan pendalamaan dan pengajaran ajaran Islam, dengan kata lain dakwah merupakan gerakan simultan (serentak) yang meinformasikan pesan amar makruf nahi mungkar
Asmuni Syukir, dalam bukunya Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam,menyebutkan bahwa metode dan sistem dakwah tidak ubahnya seperti tubuh manusia, bila salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakit. Ini berarti bahwa keberhasilan suatu aktivitas dakwah tidak mungkin berhasil atas dasar satu faktor ataupun dua faktor saja, akan tetapi kesatuan faktor (unsur) yang saling membantu, mempengaruhi, berhubungan dengan unsur yang satu dengan unsur yang lain sebagai pangkal keberhasilannya. Selain itu ilmu yang menyangkut dengan masyarakat dan lainnya harus juga dimiliki dalam pengembangan dakwah.
Dalam hal ini pendakwah harus siap dan mampu memecahkan berbagai problema dakwah. Jelaslah bahwa kegiatan dakwah itu direncanakan, diprogramkan dengan matang dan objektif. Suatu perencanaan yang baik harus didasarkan hasil penelitian lapangan secara objektif. Jika seorang pendakwah atau lembaga dakwah gagal dalam merumuskan suatu perencanaan dakwah yang disebut dengan metode dakwah. Maka pendakwah atau lembaga tersebut telah merencanakan kegagalan dalam berdakwah pula.
Dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran agar bersedia masuk ke jalan Allah yang telah di perjuangkan oleh Baginda Nabi Muhammad Saw melalui konsep mau’izah dan hasanah. Proses dakwah secara bertahap menuju peri kehidupan yang Islam, dan suatu proses yang berkesinambungan adalah suatu proses bukan incidental atau kebetulan, melainkan benar direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Diharapkan dakwah itu bisa memberikan efek kepada masyarakat supaya nilai-nilai agama bisa dipraktikkan dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari (Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani, 1998), Cet. I, h. 61.)
Sebuah kesimpulan yang dapat direkam bahwa kegiatan dakwah merupakan usaha penyampaian ajaran Islam yang ditujukan kepada umat manusia, atau mengajak semua umat supaya mereka mau menganut agama Islam (bagi yang belum menganutnya) dan bersedia memperdalam ajarannya (bagi yang sudah menganutnya). Untuk itu kegiatan dakwah meliputi semua aspek kehidupan manusia, karena amar makruf nahi mungkar, hal ini sebagaimana Nabi SAW bersabda::” Hendaklah kamu perintah yang baik dan mencegah yang mungkar( Al-Hadist). Buya Hamka menyebutkan bahwa syarat atau hukum Islam juga meliputi segala dimensi kehidupan umat manusia. Pada tingkat realisasi, pelaksanaan dakwah tidak dapat terlepas dari unsur komunikator (da’i) pesan (almaddah) dan komunikan (mad’u) dengan kata lain ketiga unsur tersebut memegang peranan penting dalam menyukseskan suatu kegiatan dakwah, karena tanpa ada ketiga unsur tersebut tentunya kegiatan dakwah tidak akan terjadi.
Namun di sisi lain keberhasilan dakwah sangat tergantung dari komunikator (da’i) dalam menyampaikan pesan dakwah, apakah pesan ini diterima, berpengaruh bagi komunikan atau tidak (Hamka, Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islamiyahh .225.)
Mencermati realiata yang ada, kondisi sekarang sasaran dakwah yang sering kita lihat, menuntut juru dakwah memberi alternatif materi yang menyentuh kebutuhan mereka. Ini berarti seorang juru dakwah harus mampu melihat khalayak akan pesan yang akan disampaikan baik secara langsung maupun menggunakan media, kemudian juga apakah pesan yang disampaikan mengenai diri komunikan atau tidak. Semua hal tersebut akan lebih terjalin lagi bila sisi pengalaman da’i akan lebih leluasa ditanggapi komunikan dengan positif, tidak hanya itu saja, sikap da’i amat menentukan timbulnya pengaruh pada diri komunikan, ini tentunya akan berhasil bila da’i mampu menerapkan nilai-nilai yang baik atau prilaku akhlakul karimah.
Mewujudkan amanah Rasulullah SAW tersebut yang dicetuskan sejak dulu yaitu menegakkan agama Allah di muka bumi melalui dakwah, maka diperlukan metode dan konsep dakwah yang berbasis kekinian untuk bisa menjawab tantangan global dan bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Para juru dakwah atau lembaga dakwah harus mampu mengaplikasikan, menjalankan dakwah dengan metode dan konsep dakwah yang jitu dan mempunyai nilai prilaku dan etika yang baik sebagai juru dakwah.