Sekitar lima unit mobil yang mengiring Plt Bupati Bireuen,Senin (21/11/2016) melaju kencang. Kepulan debu melangit di atas jalan berbatu. Berbagai pasang mata pun terheran-heran, gerangan apa yang sedang terjadi? Gampong Cot Kruet, Kecamatan Pandrah, yang biasanya sepi dari mobil berplat merah, hari ini muncul beriring.
Warga baru ngeh, ketika rombongan berhenti di depan sebuah rumah. Bilik itu milik Zubaidah–seorang perempuan tua yang tidak mengetahui tahun lahirnya– yang rumahnya terbakar pada Minggu (20/11/2016).
Mukhtar Abda yang memakai baju safari, segera turun dari mobil dan menuju bagian belakang rumah itu. Camat Pandrah, Jamaluddin, dan Geuchik Cot Kruet, mengiring di belakang dengan langkah tergesa. Langkah Plt Bupati fenomenal itu, terlalu cepat untuk diimbangi.
Sejenak ia tertegun di depan puing yang menghitam. Arang kayu dari susa dinding rumah terhampar di hadapan sang pemimpin daerah.
“Besok sudah dikerjakan. Dalam dua minggu sudah harus selesai. Ini harus direspon cepat. Sayang, bila pemilik rumah harus mengungsi terlalu lama ke rumah tetangga,” ujar Mukhtar Abda. Para Kepala Dinas mengangguk dengan patuh.
Usai melihat-lihat, Mukhtar Abda berbalik. Ia menemui Zubaidah yang sedari tadi berdiri di pintu depan. Matanya berkaca-kaca ketika Mukhtar Abda menyalaminya. Ia kemudian menyerahkan sembako masa panik.
“Mi, ini ada bantuan dari Pemkab. Rumah Mi, akan dibangun sesegera mungkin. Dalam dua minggu Insya Allah selesai,” ujarnya.
“Terima kasih, Pak. Bantuan Bapak sangat berarti buat kami,” ujar Zubaidah sembari terisak kecil.
Bagi Zubaidah, kedatangan Mukhtar Abda, layaknya purnama penuh. Lelaki gempal itu hadir sebagai sosok pemimpin. Responnya sangat cepat. Untuk itu, perempuan gaek itu mengucap syukur.
Kepada aceHTrend, Zubaidah bercerita ihwal kebakaran rumah bagian belakang. Saat itu ia sedang memasak. Ketika ia menuangkan air ke dalam belanga yang berisi minyak goreng yang sedang dipanaskan, api segera membumbung. Seketika api menjilati atap rumah yang rapuh.
Segala penghuni langit-langit rumah seperti semut, kecoa, laba-laba pun terbakar seketika. Zubaidah berteriak minta tolong, namun kobaran api sudah kadung membesar. Seketika si jago merah pun menghanguskan rumah yang memang rentan itu.
“Ka seupot pikiran lon baro. Sikhan rumoh habeh mandum. Khusus jih dapu. Alhamdulillah, uroenyo kateuka Bapak Bupati dan akan geubantu. Rumah ini.ksmi tempati bersama ibu saya dan saudara saya yang lain. Kami di sini bertiga,” ujarnya sembari tetap berlinang air mata haru.
Saat Mukhtar Abda hendak masuk dalam mobil, seorang wanita tua bertongkat dan berkerudung kain batik berdiri di pinggir jalan. Dengan gerak cepat mantan tandem incumbent itu membuka dompet dan menyalami sang ibu tua itu. Terlihat jelas wajah perempuan itu antara senang dan terkejut. Sejenak ia membeku.
Harus Segera Dibangun
Sebelum berkunjung ke Cot Kruet, Mukhtar Abda dan rombongan dari berbagai dinas terkait, berkunjung ke Gampong Keude Aceh, Samalanga. Di sana satu unit rumah panggung berkontruksi kayu milik M. Nur, rata dengan tanah. Rumah itu diamuk api ketika sedang kosong.
“Dalam 30 hari rumah ini sudah harus selesai. Malam ini sudah harus ada tukang. Jangan tunda. Jangan biarkan korban berlama-lama menumpang di rumah tetangga,” perintah Mukhtar Abda. Sekretaris Baitul Mal Bireuen, mengangguk dengan senyum. “Siap, Pak!” Jawabnya.
Usai membezuk warga yang ditimpa musibah, Mukhtar segera tancap gas. Ia menolak ajakan minum kopi dari Camat Samalanga. “Saya harus ke Pandrah. Kemudian segera ke Bireuen. Nanti malam ada paripurna dengan DPRK,” ujarnya. []