ACEHTREND.CO, Calang- Mimpi untuk hadir ke ruang kelas dengan penampilan rapi, sepatu mengkilap, baju tak bernoda, jilbab wangi, hanyalah mimpi yang tidak mungkin terwujud bagi para guru SD Negeri 5 Pasie Raya, yang berlokasi di Gampong Bintah, Aceh Jaya.
Faktanya adalah, setiap hari para guru hadir ke ruang kelas dengan aroma peluh, karena harus mengharungi ragam rintangan di jalan Teunom-Sarah Raya. Tiap hari, semenjak dulu, para tenaga didik harus mengarungi sungai Teunom untuk mencapai sekolah.
Perjalanan ini bukan tanpa resiko. Ancaman selalu mengintip. Rakit yang mereka tumpangi tidak menjanjikan safety yang meyakinkan. Belum lagi bila banjir melanda. Atau ketika air sungai sedang melebihi kuota, kematian selalu menunggu di depan mata.
“Kalau lumpur sih sudah biasa. Kami harus menaiki rakit yang berbayar serta harus menuntun langkah tertatih ketika melewati lumpur di pinggir sungai. Kerapkali, kami sudah duluan lelah, sebelum sampai ke sekolah,” ujar Safrizal, S.Pd, guru SD Negeri 5 Pasie Raya, Kamis (24/11/2016).
Di sana, awalnya memang direncanakan akan dibangun jembatan gantung (tutu ayon), namun entah mengapa program itu tak kunjung berlanjut.
“Untuk mengajar ke SD 5 di Bintah, selain harus mengarungi Krueng Teunom, juga harus mengeluarkan biaya ongkos rakit. 10.000 perhari. Itu tentu sangat berat,”sambungnya.
Safrizal berharap, pemerintah segera menyelesaikan pembangunan jembatan gantung. Karena tanpa jembatan, bukan hanya guru yang mengalami hambatan, penduduk setempat pun dangat kewalahan. []