• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Tengku Chik Pante Kulu: Ulama, Sastrawan, Ahli Diplomasi dan Strategi Perang

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Jumat, 25/11/2016 - 20:42 WIB
di Sejarah
A A
aceHTrend.com
Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari yang lalu, seorang kawan lama menanyakan di mana kuburan Tengku Chik Pante Kulu. Tokoh besar dalam sejarah Aceh itu jarang diketahui di mana makamnya. Beliau adalah pengarang karya dahsyat, Hikayat Prang Sabi, yang mampu menumbuhkan jiwa jihad melawan penjajah Belanda pada rakyat Aceh di masa itu.

Saya sampaikan, kuburan beliau di Lam Leu’ot, di jalan menuju waduk Keuliling, di kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar.

Kawan tersebut langsung mengatur jadwal untuk ziarah, sekaligus meminta saya untuk sedikit memberikan informasi kepada masyarakat, siapa sebenarnya sosok ulama besar tersebut.

Saya kemudian menyanggupi, bukan karena ahli, atau saya paling paham sejarah Tengku Chik, hanya sering membaca berbagai buku dan mendengar cerita saja.

BACAAN LAINNYA

Kapal Kargo masa Pendudukan Belanda Bawa Barang dari Singkil ke negara-negara Eropa (foto repro)

Pelabuhan Singkil; Bandar Niaga Internasional di Pantai Barat Aceh

04/03/2021 - 10:06 WIB
Peta Banda Aceh.

Sejarah Bandar Aceh Adalah ‘Mitos’

04/03/2021 - 03:55 WIB
Ketua Kadin Aceh Makmur Budiman @kanalinspirasi

Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun, Makmur Budiman Dikabarkan Meninggal Dunia

03/03/2021 - 19:02 WIB
Nur Azilla (11) murid SDN 1 Banda Aceh, merawat ibunya yang stroke seorang diri. Kisah ini viral setelah guru melakukan home visit. Foto/Ist.

Dua Minggu Tidak Sekolah, Ternyata Bocah SDN 1Banda Aceh Rawat Ibunya yang Stroke Seorang Diri

03/03/2021 - 13:13 WIB

Kemudian saya langsung menghubungi Cek Midi dan Tengku Herman Hamburg untuk berdiskusi dan menanyakan informasi yang mungkin ada pada beliau yang tidak saya ketahui. Banyak ilmu baru yang saya dapatkan.

Kemudian kami ke Lam Leu’ot, sempat salah belok ke arah sungai, setelah bertanya, ternyata simpang Lam Leu’ot masih beberapa ratus meter lagi di depan.

Setelah membelok ke jalan kampung sekitar 300 meter, di tepi persawahan yang sudah mulai dibajak untuk ditanam kembali, terlihat komplek makam. Ada jalan kecil menurun menuju makam, di sebelah kiri jalan ada balai dengan kulah air. Di ujung jalan itulah komplek makam. Kami dorong pintu, kami masuk ke dalam. Terlihat pohon-pohon besar di dalam komplek makam, dan deretan batu-batu nisan dari batu sungai. Batu-batu sederhana, itulah makam para syuhada’ perang Aceh. Rumput liar banyak bertumbuhan. Di dekat pohon, ada tembok setinggi satu meter, seperti dinding benteng. Tidak terlalu panjang.

Di depan tembok di tengah kuburan yang lain, terlihat tiga kubur yang dikeliling pagar kawat salah satunya dibuat dari keramik sederhana, tertulis tangan dengan huruf Arab di tembok bagian kepala: Tengku Chik Pante Kulu.

**

Tengku Chik Muhammad Pante Kulu, lahir di Pante Kulu, Titeu Keumala, Pidie tahun 1836.

Beliau seumur dengan Tengku Chik di Tiro Muhammad Saman, dan sama-sama belajar di dayah Tiro, pimpinan Tengku Chik Muhammad Amin Dayah Cut.

Setelah menamatkan pendidikan dayah, Tengku Chik melanjutkan belajar ke Mekkah. Memperdalam ilmu agama dan menjalin hubungan dengan ummat dari seluruh dunia. Di sana beliau bergaul dengan tokoh-tokoh perjuangan dari berbagai bangsa.

Selain belajar memperdalam ilmu agama, Tengku Chik gemar membaca syair para penyair di masa nabi, seperti Hasan bin Tsabit dan Ka’ab bin Malik. Selain itu sangat suka membaca sejarah para pahlawan dalam sejarah islam, dan kisah-kisah penaklukan islam. Menekuni ilmu sampai mendapat gelar Syekh di sana.

Saat di Mekkah, di Aceh pecah perang dengan Belanda. Tengku Chik berazam pulang ke Aceh ikut berperang bersama para ulama. Saat itu, perang di Aceh dipimpin oleh sahabat Tengku Chik, Tengku Chik di Tiro Muhammad Saman.

Menurut cerita, dalam perjalanan pulang dengan kapal laut dari Jeddah ke Penang, Tengku Chik mengarang sebuah hikayat yang sangat dahsyat, hikayat Prang Sabi.

Sesampai di Aceh, turut berperang dengan pejuang Aceh di Kuta Aneuk Galong dan kawasan sekitarnya. Tengku Chik Pante Kulu syahid di daerah Lam Leu’ot, Aceh Besar.

Hikayat Prang Sabi
Beliau hidup dalam sunyi. Selain sunyi dari kajian-kajian tentang karya-karya beliau, masyarakat pun banyak tidak tahu tentang sejarah hidup Tengku Chik, jiwa dan semangatnya. Termasuk makamnya yang kurang dirawat.

Hikayat Perang Sabi karya Tengku Chik adalah cara terakhir memberikan pesan aqidah yang dalam kepada masyarakat yang saat itu kurang jiwa perjuangan. Hikayat Prang Sabi membuat masyarakat yang apatis menjadi berkobar semangatnya sehingga tergerak untuk berperang habis-habisan melawan musuh.

Sebagai ahli strategi perang, Tengku Chik sengaja mengarang Hikayat Prang Sabi dalam bahasa Aceh, padahal saat itu ulama-ulama Aceh mengarang kitab dalam bahasa Melayu, sebagai bahasa populer dan bahasa diplomasi.

Hal ini menjadi kejutan bagi Belanda, sehingga mereka frustasi dan tidak mampu memadamkan api semangat yang berkobar. Kaphe Belanda pada Agresi itu tidak mempelajari bahasa Aceh asli, karena berdasarkan nasehat Snock Hurgronje, orang Aceh hanya ada bahasa Arab dan Melayu

Ternyata hikayat, syair dan nazam yang dikarang oleh ulama dan sastrawan tentang perang Aceh, memegang peranan yang sangat penting dalam menghadapi besarnya mobilitas mesin perang Kaphe Belanda saat itu.

Yang lebih menarik lagi, hikayat Prang Sabi bukan hanya pesan perjuangan melawan ‘kaphe budok’ Belanda, tetapi di dalamnya terdapat pesan aqidah, ibadah, dan pendidikan.

Saat perlawanan merebak, banyak pejabat Belanda dibunuh dalam berbagai kesempatan, sehingga Belanda kehabisan akal dan timbul istilah Atjèh-moord atau Aceh pungo.

Tidak mampu menghadapi gelombang perlawanan, kaphe Belanda menjadi hilang akal. Seluruh kitab yang ditemukan dibakar atau disita dibawa ke Belanda oleh marsose yang selamat. Kaphe Belanda hendak memutuskan hubungan antara rakyat Aceh dengan ulama-ulama dan pemimpin, dengan cara membumihanguskan semua karya mereka.

**

Beberapa tahun yang lalu sekitar tahun 2012, sempat diberitakan bahwa Tropenmuseum di Belanda yang banyak menyimpan manuskrip dan kitab-kitab dari Aceh, ditutup karena kekurangan dana dan untuk efisiensi.

Sebagian barang yang disimpan museum dilelang dan sebagiannya dikembalikan ke negara asal. Pemerintah Aceh harus proaktif untuk mempertanyakan masalah ini, baik melalui kedutaan Indonesia di sana atau kementerian Luar Negeri, sehingga aset endatu kita Aceh bisa diselamatkan dan jatuh ke tangan yang berhak.

Demikian juga kepada kita semua, harus mempelajari pemikiran dan karya-karya hebat ulama kita dahulu, merawat kuburan dan peninggalan mereka. Itu semua adalah jembatan yang akan mengikat masa lalu dengan masa kini, sehingga kita mengenal identitas kita, dan tidak menjadi bangsa yang merasa lebih rendah dari orang lain.

Kita lihat semua negara maju, merawat makam, sejarah, peninggalan dan warisan dari pemimpin, raja-raja, tokoh-tokoh dan orang-orang besar dan semua pahlawan, diajarkan tentang sejarah kebesaran mereka kepada generasi muda, sehingga timbul semangat yang tinggi untuk bisa mengikuti bahkan melampaui para pendahulu mereka.

(Dari berbagai sumber)

Tag: #Headline
Share9TweetPinKirim
Sebelumnya

Masya Allah, Ini Rupanya Rahasia Cantik Darwati

Selanjutnya

Malam Ini RAPBK 2017 Disahkan, Gugurkah Program “Titipan”?

BACAAN LAINNYA

Makam Syekh Jalaluddin Padang Ganting di Gosong Telaga, Aceh Singkil @aceHTrend/Sadri Ondang Jaya
Sejarah

Syekh Jalaluddin Padang Ganting, Ulama yang Mentobatkan Warga Gosong Telaga

Jumat, 01/01/2021 - 15:23 WIB
aceHTrend.com
BUDAYA

Di Puncak Bukit Gunungsitoli, Situs Nisan Islam Aceh Menyatu dengan Artefak Megalitikum

Jumat, 06/09/2019 - 11:33 WIB
ilustrasi
BERITA

Perang Basus, Perang Terlama Dalam Sejarah Bangsa Arab

Senin, 06/05/2019 - 19:55 WIB
@aceHTrend/Mulyadi Pasee
BUDAYA

Mahasiswa Tapanuli Berziarah ke Makam Kerajaan Kesultanan Sumatra-Pasai

Minggu, 31/03/2019 - 19:49 WIB
Dok CISAH
BUDAYA

13 Nisan Era Sumatra-Pasai Diangkat dari Krueng Pasee

Senin, 04/03/2019 - 09:26 WIB
Almarhum Abdullah Syafi'i
BERITA

Abdullah Syafi’i Dalam Ingatan Abu Radak

Rabu, 23/01/2019 - 01:07 WIB
Sin Nio. Majalah Sarinah, direpro oleh Azmi Abubakar.
BUDAYA

Sin Nio, Prajurit TNI yang “Dibuang” Karena Tionghoa

Senin, 07/01/2019 - 21:48 WIB
aceHTrend.com
BUDAYA

Situs Sejarah Singkil, Siapa Peduli?

Rabu, 19/12/2018 - 11:48 WIB
aceHTrend.com
BUDAYA

China dan Aceh Telah Berdagang Sejak Abad XVII

Rabu, 19/12/2018 - 07:21 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
aceHTrend.com

Malam Ini RAPBK 2017 Disahkan, Gugurkah Program "Titipan"?

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Nur Azilla (11) murid SDN 1 Banda Aceh, merawat ibunya yang stroke seorang diri. Kisah ini viral setelah guru melakukan home visit. Foto/Ist.

    Dua Minggu Tidak Sekolah, Ternyata Bocah SDN 1Banda Aceh Rawat Ibunya yang Stroke Seorang Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Miris, Seorang Ibu di Aceh Utara Mendekam di Penjara Usai Terjerat UU ITE

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua Kadin Aceh H. Makmur Budiman Meninggal Dunia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun, Makmur Budiman Dikabarkan Meninggal Dunia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Investor Uni Emirat Arab Datang Kembali ke Aceh Singkil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Zaini Djalil, SH. Foto/Ist.
Hukum

Terkait Ibu Muda yang Dipenjara Bersama Anaknya, Zaini Djalil Sampaikan Solusi

Muhajir Juli
04/03/2021

Fitriani saat sedang melatih para juniornya @ist
BERITA

Terbuka Kesempatan Menjadi Atlet Panjat Tebing FPTI Pidie, Ini Syaratnya

Ihan Nurdin
04/03/2021

Jamaluddin saat membahani peserta pelatihan dan magang di Aula Disnaker Aceh, Kamis, 4 Maret 2021 @aceHTrend/Hasan Basri M Nur
BERITA

Ketua FKJP: Aceh Harus Lahirkan Sejuta Usahawan Baru

Hasan Basri
04/03/2021

Kapal Kargo masa Pendudukan Belanda Bawa Barang dari Singkil ke negara-negara Eropa (foto repro)
Sejarah

Pelabuhan Singkil; Bandar Niaga Internasional di Pantai Barat Aceh

Sadri Ondang Jaya
04/03/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.