ACEHTREND, CO, Bireuen- Dewi (28) Ibu Rumah Tangga (IRT) dengan dua anak, sudah dua bulan lebih dibuat pusing dengan urusan uang belanja. Ia kasihan dengan suaminya yang pontang panting bekerja serabutan di luar, namun penghasilannya ludes dalam sekejap. Hal ini berpunca karena tingginya harga ikan di pasar. Secara rata-rata, ia harus menebus ikan setengah kilogram dengan harga tiga puluh ribu.
“Keluarga saya setiap harinya mengkonsumsi ikan satu kilogram. Penghasilan 100. 000 per hari hanya cukup untuk satu hari. Setengahnya untuk ikan, selebihnya bumbu dan tetek bengek lainnya,” ujar warga Peusangan tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh Ainol(45) warga Geurugok. Perempuan yang bekerja sebagai PNS itu mengaku kalang kabut semenjak harga ikan naik di pasaran. Uang dengan nominal 100.000,00 tidak bisa dibelanjakan untuk banyak hal.
“Paling untuk satu tumpuk ikan dan sedikit bumbu. Ini formula hemat paling ampuh, karena berbelanja di bawah harga tersebut, berarti tidak makan secara standar,” terangnya.
Lain lagi cerita Maryana (24). Ia mengatakan sudah lebih dari dua bulan masak seadanya. Ia makan ikan segar hanya dua minggu sekali. Selebihnya ikan asin dan sayur rebus. Itupun sayuran yang dipetik dari rawa-rawa yang ada di dekat pondok yang ia tempati.
“Untuk beli ikan segar, kami harus menabung dulu. Pendapatan suami rata-rata 60 ribu per hari. Otomatis tidak ada yang bisa ditabung. Untung saja, kami mendapatkan jatah raskin, walau seringkali kualitasnya sangat buruk, namun sangat efektif untuk mengenyangkan perut dalam kondisi seperti ini,” kata Maryana.
Kepada aceHtrend, sejumlah IRT mengaku sakit kepala menghadapi kondisi ini. Mahalnya harga ikan juga disertai dengan mahalnya harga kebutuhan dapur lainnya. “Hana cara le, seutreh kamo inong,”ketus Rohani (35).
Hasil penelusuran aceHtrend ke sejumlah pedagang ikan di pasar, sudah dua bulan lebih tangkapan nelayan menyusut drastis. Efeknya harga ikan melambung di pasaran. Kualitas ikan pun menurun. “Untuk ikan kecil-kecil saja seperti gantup, harus kami jual 20 ribu per tumpuk. Saya lebih banyak tidak berjualan ketimbang berjualan. Pasokan ikan tidak menentu,” terang Jol (50) salah seorang pedagang ikan di Bireuen.
Melambungnya harga ikan bukan hanya dialami oleh Bireuen. Di sejumlah kabupaten dan propinsi lain pun menghadapi kendala yang sama. Di Propinsi Lampung dilaporkan harga ikan juga melambung tinggi. Hal ini dipicu oleh minimnya pasokan dari nelayan, karena hasil tangkapan yang menurun drastis.