Oleh Iswadi Arsyad Laweung*
Dunia ini sudah sangat tua, tanda masa berakhirnya umur dunia yang di kenal dengan sebutan kiamat telah banyak terlihat di hadapan kita, baik tanda kiamat sugra ( kecil) maupun tanda kiamat kubara (besar). Salah satu di antaranya lahir para pemimpin dan penguasa yang hanya pandai memberi kata manis saat di atas mimbar dengan penuh retorika dan berpakaian sangat islami namun ketika telah menjadi pemimpin dalam masyarakat mereka menjadi pecundang dan merampas serta melakukan KKN dan sejenisnya.
Fenomena tersebut telah dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda-Nya, berbunyi:”Akan datang sesudah Aku penguasa-penguasa yang memerintah kamu, di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi apabila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan penipuan, hati mereka lebih busuk dari bangkai”(HR. Imam Ath-Tabrani).
Pesan Baginda Nabi di atas telah banyak kita lihat dan rasakan dalam masyarakat. Walaupun demikian zaman telah begini bejatnya akhlak pemimpin dan kita juga demikian jangan sampai membiarkan kemaksiatan dan berbagai ketimpangan merajalela dalam masyarakat. Amar ma’ruf dan nahi mungkar harus sinergi dan jangan hanya nahi mungkar saja tanpa amar ma”rufnya juga sebaliknya.
Rasulullah Saw tidak pernah memberikan amanah dan kekuasaan dalam memegang peranan serta urusan masyarakat melainkan kepada orang paling baik dan paling mengerti, demikian pula yang dilakukan para khalifah sesudahnya hinga masa selanjutnya beberapa periode.
Ungkapan demikian terekam dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Hudzaifah rahimahullaah bahwa baginda shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada penduduk Najran, dengan ungkapan-Nya:
“Sungguh aku akan mengirim kepada kalian orang kepercayaan yang betul-betul dapat dipercaya.” Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merasa mulia (berkeinginan) dengan hal itu. Lalu beliau mengutus Abu Ubaidah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Fenomena dan peristiwa demikian sangat berbeda dengan kondisi di akhir zaman seperti era globalisasi saat ini dimana banyak sekali orang yang tidak berkapasitas, bejat lagi hina plus tidak berilmu dan tidak bertakwa menduduki posisi sakral dan penting di tengah-tengah masyarakat dan umat dalam menentukan kebijakan untuk kemaslahatan umum dan hajat orang banyak. Juga peristiwa ini merupakan sebagian dari tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat akan menyapa kita
Problema tersebut sebagaiman terekam dalam sebuah hadist dari Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, baginda nabi saw bersabda: “Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan orang yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab, ‘Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).” (HR. Imam Ahmad)
Memperkuat argumen di atas juga di sebutkan dalam hadist lain dengan berbunyi:“Hari kiamat tidak terjadi hingga manusia yang paling bahagia dia dunia ialah Luka’ bin Luka’.” (al-Tirmidzi dan Ahmad.)
Tipe Pemimpin Akhir Zaman
Kepemimpinan di akhir zaman, masyarakat sendiri akan memilih penguasa dan kepala daerah yang tidak berkapasitas alias bodoh dan bukan tipenya memimpi yang mampu mewarnai kemakmuran dan keadilan dalam masyarakat.
Tersebut di dalam Shahih Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik, :“Dunia tidak akan habis hingga ada pada Luka’ bin Luka’.”
Dan masih banyak riwayat sejalan dengan hadist diatas bahkan dalam riwayat Thabrani, dari hadits Abu Dzar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam, beliau bersabda,”Hari kiamat tidak akan terjadi hingga yang berkuasa di dunia ialah Luka’ bin Luka’.”
Menginterpretasi redaksi kata “Luka’ ” dalam perspektif menurut bangsa Arab bermakna budak. Ada juga yang mengartikan kotoran. Kemudian kata ini digunakan untuk menunjukkan kebodohan dan kehinaan orang jahil dan tercela. Kadang-kadang kata Luka’ juga digunakan untuk anak kecil. Dan jika digunakan untuk orang dewasa, maka yang dimaksud adalah orang yang kecil ilmu dan akalnya. (Kitab Nihayah fi Gharib al-Hadits, Syekh Ibnu Atsir: 4: 268)
Sementara itu Syaikh Yusuf al-Wabil dalam kitab Asyratus Sa’ah menyebutkan kondisi zaman seperti yang disebutkan di atas sudah terjadi trend dan populer di zaman sekarang ini.
Sebuah realita dan fenomena kontras yang tidak dapat di pungkiri sebagaimana qaidah arab menyebutnya ” Al-Waqi’ La Yarrafi’ ( Realita tidak dapat di pungkiri) dan sekarang kita saksikan banyak para pemimpin yang gemar membangun pencitraan sehingga banyak rakyat yang tertipu dan berbagai macam penyimpangan lainnya.
Semoga dengan pilkada tahun 2017 ini akan mampu melahirkan pemimpin yang lebih baik dan mampu membawa perubahannya yang lebih baik dari sebelumnya. Wallahu Musta’an wallahu ‘ alam bishawab.
*Guru di dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga