ACEHTREND.CO, Bireuen- Husaini Franco, mantan kombatan Teuntra Neugara Aceh (TNA) komandemen Bate Iliek, akhirnya pulang ke dalam pelukan Partai Aceh. Ia yang sebelumnya mundur dari PA karena alasan ketidaknyamanan, dan rela mundur dari DPRK Bireuen 2009-2014.
Perihal mundurnya Franco dari Partai Aceh kala itu, karena ada luka yang tidak sembuh. Tanpa alasan yang jelas, ia diturunkan dari posisi Wakil Ketua DPRK. Segala kehormatan dan nama besar yang ia miliki, pudar dalam sekejap. Dengan gagah berani, kala ia mendatangi Darwis Djeunib–disaksikan oleh Muzakkir Zulkifli,Aziz Bengkel dan sejumlah wartawan– Husaini menyerahkan surat pengunduran diri.
Darwis Djeunib, sembari menghisap rokok tidak bicara sepatah katapun. usai Franco menyampaikan kalimat normatif, Ketua PA dan KPA Bate Iliek itu pun berkata” Semoga persaudaraan kita tidak rusak karena politik.” Mereka pun bersalaman dan Husaini melangkah pergi.
Itu adalah babak awal pergulatan politik Saini Franco. Ia kemudian pada Pilkada 2012, berpasangan dengan Razuardi, M.T maju sebagai pasangan calon Bupati Bireuen dari jalur independen. Usai Pilkada dan ia kalah dengan jumlah suasara yang tidak membanggakan, Husaini pun menghilang. Dari kabar yang beredar, dirinya kembali kehabitat sebagai petani di Jangka.
Tahun 2016, Ia kembali muncul ke publik. Kali ini ia bersatu dalam barisan Fakar (Saifannur-Muzakkar) dan menjadi pimpinan tertinggi dari satgas yang dibentuk secara independen oleh kandidat yang diusung oleh Golkar, Demokrat, Nasdem dan PDA.
Namun, pada akhir 2016, tiba-tiba Franco mundur pimpinan tertinggi satgas Fakar sekaligus keluar dari tim pemenangan Saifannur-Muzakkar. Ia pun kemudian merapat ke kubu Ruslan-Jamaluddin. Dalihnya waktu itu adalah, karena Ruslan didukung oleh ulama. “Saya mengikuti jejak ulama seperti Abu Tumin, Abu Mudi, Waled Nu, dan ulama-ulama lainnya yang selama ini meminta masyarakat untuk memilih Harus Jadi,” katanya, seperti dilansir Serambi, di kediaman H Ruslan, Sabtu (14/1/2017).
Belum berselang lama, ia pun kembali melompat. Kali ini ia pulang ke rumah yang sempat dibelanya pada 2009. Ia kembali ke Partai Aceh. Kepada awak media, Minggu (22/1/2017) Franco beralasan bahwa PA memiliki sejarah panjang dan merupakan wadah politik yang benar-benar berjuang untuk rakyat Aceh.
hal lainnya, Franco mengaku terharu kepada Darwis Djeunib dan Mualem (Muzakkir Manaf-red) yang mendatangi dirinya dan meminta agar sang eks kombatan kembali ke Partai Aceh. “Ketika keduanya datang, memori saya flasback pada kenangan-kenangan ketika sama-sama berjuang di medan tempur. Untuk itu, saya memutuskan kembali bergabung dan menunda beristirahat,” katanya kepafa wartawan.
Lalu, benarkah kembali Franco ke Partai Aceh murni karena “perjuangan” dan kesetiakawanan semata? Hanya waktu yang bisa menjawab.