Perhelatan kenduri politik di Aceh telah memasuki tahapan sangat menentukan. Dinamika terus terjadi hingga nanti pada Februari semakin jelas siapa yang akan menjuarai even 5 tahun tersebut.
Banyak hipotesis yang terjadi namun tak sedikit pula malah terbantahkan seiring perjalanan proses kenduri politik 2017. Para analis bayaran hingga analis rangkap tim sukses terus memberikan pandangan politik.
Media online, cetak dan elektronik sebagai instrumen dalam demokrasi ikut meramaikan kenduri politik 2017. Tentu saja netralitas bukan pilihan, media mau tidak mau harus berpihak walaupun itu sedikit mengorbankan kode etik.
Tentu saja tak salah bila setiap kita berpihak, termasuk berpihak untuk tidak berpihak. Pada akhirnya kenduri politik 2017 akan menjadi bagian dari sejarah perjalanan Aceh dan Indonesia. Sebuah catatan yang akan dipelajari generasi masa depan.
Bila hari ini kita mempelajari atau sekedar membaca serta mendengar kisah-kisah heroik dan pecundang masa lalu, maka kedepan generasi setelah kita akan mempelajari dan membaca peristiwa hari-hari ini, kita masih ada kesempatan menjadi pelaku sejarah.
Kenduri politik Februari mendatang merupakan even yang akan menjadi sejarah. Kita beruntung mengetahui itu melalui ilmu yang kita pelajari disekolah maupun hasil membaca, kita bisa siapkan arsip sejarah untuk generasi mendatang.
Kita bisa menampilkan sejarah kejayaan Aceh atau sebaliknya, momen kenduri politik 2017 akan terus diingat karena kebaikannya atau malah sebaliknya. Kita diberi pilihan, menjadi pelaku atau penonton sejarah kenduri politik 2017.
Persaingan politik untuk meraih kursi Aceh satu dan dua pada akhirnya akan ada pemenang. Kita semua sedang menanti pilihan sejarah dari 6 paslon yang berkompetisi. Mereka pelaku sejarah yang sedang berusaha menjadi juara pada Februari nanti.
Harapan besar rakyat Aceh umumnya kemenangan menjadi milik rakyat. Sebuah kemenangan yang menjadi pilihan sejarah sekaligus kehendak Allah Azza Wa Jalla. Harapan tersebut sangat bergantung dari keinginan semua pelaku sejarah.
Sikap pesimis belakangan ini semakin kuat, adagium demokrasi yang terkenal itu semakin utopis. Pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat dipandang hanya slogan semata. Rakyat lebih sering ditipu dari pada diberi “gizi” dalam demokrasi.
Berulang kali kita memilih sejarah kita dengan sistim pemerintahan yang dianggap ideal, begitu pula pilihan sejarah kita terhadap kepemimpinan nasional maupun daerah. Hasilnya selalu begitu-begitu saja tanpa ada signifikansi bagi kita.
Namun rasa optimis kemudian muncul ketika kita kembali membaca dan mengingat FirmanNya dalam Surat Ar-Ra’d Ayat 11 yang sangat jelas memberikan kita pilihan mengubah bangsa dan negara, kitalah yang memilih sejarah kita.
Dalam Firman-Nya itu Allah Azza Wa Jalla menegaskan bukan soal gun (senjata) yang berbahaya namun the man behind the gun yang menentukan seberapa bahaya sebuah senjata. Kini saatnya kita memilih sejarah Aceh pada kenduri politik atau sejarah yang akan memilih siapa yang pantas menjadi Gubernur dan wakil Gubernur Aceh.