ACEHTREND, Meulaboh – Karena selama ini mereka masih dianggap bagian kecil dari masyarakat, kelompok Difabel sangat khawatir kalau mereka tidak mendapat pencerahan seperti sosialisasi dan bagaimana memilih yang baik dan apa saja yang menjadi hak mereka saat pilkada 2017 nanti, bukan tidak mungkin kelompok penyandang disabilitas akan menjadi mangsa politik karena ketidak tahuan mereka tentang cara memilih pemimpin yang baik.Hal tersebut dikatakan Teungku Mulkan salah satu penyandang disabilitas yang hadir pada acara acara Meudrah/Sosialisasi Pilkada 2017 untuk kelompok Difabel pada hari Rabu, (25/1/2017) yang lalu di Hotel Meuligoe, Aceh Barat mendapat apresiasi yang sangat baik dari para penyandang disabilitas.Menurut mereka acara yang diselenggarakan oleh Aceh Institute (AI), KIP Aceh, Panwaslih Aceh Bekerjasama dengan mitra lokal Forum Dosen STAIN Teungku Di Rundeng Meulaboh tersebut merupakan kegiatan langka di Aceh Barat.
“Kami sangat berterima kepada Aceh Institute dan forum dosen STAIN Teungku Di Runding yang telah mengundang kami untuk duduk bersama, kehadiran kami pada hari ini sangat bermakna, karena pada hari ini untuk pertama kalinya diundang untuk acara yang berhubungan dengan pilkada Aceh, acara seperti ini juga dapat menghindari penyandang disabilitas menjadi mangsa politik para elit” ujar Teungku Mulkan saat berlangsung diskusi dengan narasumber yang berasal dari KIP Aceh Barat, akademisi, dan Panwaslih Aceh Barat serta dipandu oleh Rahimi, MA dari STAIN Teungku Di Runding Meulaboh.
Sementara itu Komisioner KIP Aceh Barat Teuku Novian, SP mengatakan.”Pelayanan pemilih berkebutuhan khusus atau Difabel wajib di akomodir hak pilihnya, caranya dengan menyediakan sarana dan peralatan memilih yang mendukung,” ujar Teuku Novian kepada media.
Selain kemudahan akses menurut Novian adalah tempat Pemungutan Suara (TPS) yang disediakan haruslah ditempatkan pada lokasi yang mudah di akses para Difabel, sedangkan untuk penyandang tunanetra akan disediakan template kertas suara dengan huruf braile.
Direktur The Aceh Institute Dr. Fajran Zein, MA, turut hadir pada acara tersebut, menjelaskan bahwa The Aceh institute adalah sebuah lembaga penelitian yang mengkaji berbagai pembelajaran termasuk politik, penelitian,kajian-kajian, seminar, workshop, bedah buku, dan lain-lain. Untuk pilkada, The Aceh Institute mendampingi pemerintah memantau, mengadvokasi proses pilkada sejak 2012.Pada tahun 2017 ini merupakan pilkada ke 3 yang dipantau prosesnya oleh lembaga The Aceh Institute. Acara Meudrah Pilkada Aceh 2017 ini sendiri bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat siapa kandidat yang sudah ada tanpa intimidasi. Direktur The Aceh Institute menjelaskan bahwa memilih bukan karena penampilan, kaya atau kerabat tapi memilih karena visi dan misi mereka.
Fajran Zain juga mengatakan acara yang Aceh Institute lakukan bersama mitra lokal ini merupakan bagian dari Voters Education & multistakeholder Outreach yang berlangsung di 14 kabupaten/kota se Aceh untuk mendukung proses pilkada dengan melakukan kunjungan ke 14 kabupaten kota di provinsi Aceh.Untuk Aceh Barat sendiri, selain Bertemu kelompok difabel, Aceh Institute juga mengadakan sosialisasi dengan Pemilih pemula di yang berlangsung di Kampus STAIN Teungku Di Runding Meulaboh.
” Kami berkomitmen untuk menyukseskan pilkada Aceh yang damai dan bermartabat dan saya berharap dengan dilaksanakannya acara meudrah pilkada Aceh 2017 mudah-mudahan bisa menjadi manfaat bagi semua dan bisa memilih pemimpin dengan “Memilih dengan Hati, ” pungkas Fajran Zain kepada media.
Sejumlah narasumber yang hadir pada acara Meudrah Pilkada tersebut yaitu Mahrizal Idris,SE,MSi, (Akademisi UTU), (Syafwan Syafriadi, SE, ketua Panwaslih Aceh Barat), dan Teuku Novian,SP (komisioner KIP Aceh Barat) dari AI selain dihadiri langsung oleh Direktur eksekutif Dr.Fajran Zain, MA, turut hadir Ismar Ramadhani dan Muazzinah Yacob yang kedua merupakan manajer sekaligus penelitian di Aceh Institute.[]