ACEHTREND, Banda Aceh – The Aceh Institute (AI) kembali mengadakan diskusi Haba Pilkada 2017 dengan tema “Membaca Arah Bandul Politik, Pasca Pilkada Rekonsiliatif di Aceh” Diskusi yang masih menjadi bagian dari Voters Education and Stakeholders Outreach/ VESO) tersebut akan berlangsung hari ini Selasa, (28/2/2017) Pukul 14:00 s/d 16:00 WIB di Media Center KIP Provinsi Aceh, Jln. Teuku Nyak Arief, Banda Aceh.
Senior program manager AI Saiful Akmal didampingi Partnership Manager (MuazzinahYacob) mengatakan dalam Haba Pilkada ke enam dan terakhir ini AI ingin ikut mendiskusikan masalah ini secara serius tentang kesiapan para pihak yang “kalah” dalam Pilkada level Gubernur Aceh 2017.Sebelum itu, AI dalam sebuah pertemuan yang menghadirkan seluruh pemangku kepentingan Pilkada 2017 (Multi Stake Holder Meeting) pada Rabu, tanggal 22 Februari 2017 yang lalu di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, telah mendiskusikan segala kemungkinan dan langkah antisipasi pengumuman hasil Pleno KIP dalam frame keadilan dan perdamaian.
Blessing in disguise, pada hari yang sama, atas fasilitasi yang elegan, Irwandi Yusuf dan Muzakkir Manaf dipertemukan dalam sebuah jamuan makan siang. Pertemuan ini bagai memecah kebuntuan akan hasil pilkada 2017 yang sudah mencapai angka hitung hingga ke titik 98% pada saat itu. Pertemuan itu juga meruntuhkan segala kecemasan, spekulasi, was-was dan keprihatinan. “Makan Siang Penuh Rahmat ini” menjadi viral di MedSos yang diterima dengan rasa suka cita, dan juga beberapa gelintir sikap skeptis. Untuk itu AI mengundang semua pihak untuk melihat masalah ini dalam perspektif yang lebih produktif. Fenomena ini tentunya meninggalkan sebuah harapan yang menarik untuk kita gali lebih jauh.
Pada diskusi publik siang ini AI ingin mempertajam beberapa pertanyaan antara lain, pertama apakah romansa ini merupakan wujud rekonsiliasi murni atau hanya sebuah rekonsiliasi bernuansa politik?, kedua apa makna romansa itu bagi para elit partai dan para kader di akar rumput, mengingat keduanya merupakan petinggi dari dua partai lokal berbeda, yang dulunya berasal dari satu ideologi yang sama, ketiga apa dampak romansa ini eksistensi partai lokal (PA dan atau PNA) dan terhadap iklim demokrasi serta pembangunan Aceh lima tahun ke depan, dan yang terakhir bagaimana melihat Relasi Kuasa Pusat Daerah dalam masa 5 tahun ke depan.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan diatas, Pihak AI menurut Saiful merasa perlu untuk mendiskusikan persoalan-persoalan tersebut lebih jauh bersama nara sumber yang kredibel dan kompeten di bidangnya. Diskusi ini merupakan bagian dari proses edukasi politik masyarakat dan kita berharap dari hasil diskusi ini akan lahir kontribusi strategis cari publik dalam membaca arah kepemimpinan Aceh periode 2017-2022.
Sementara itu manager partnership Muazzinah Yacob AI menyebutkan. “Kegiatan ini bertujuan mengantisipasi hal-hal yang berpotensi mencederai pilkada damai, mendorong semua pihak untuk memberikan edukasi politik yang santun dan beradab kepada pengikut dan konstituennya” ujar wanita yang juga akademisi UIN Ar Raniry Banda Aceh.
Selain itu sejumlah nara sumber penting akan hadir pada diskusi siang ini diantara Ifdhal Kasim dari Kantor Staf Presiden (KSP), Ridwan Hadi (Ketua KIP Aceh) dan Mastur Yahya, M.Hum Komisioner KKR Aceh yang juga akan menjadi Moderator pada diskusi nanti.
Sejumlah perwakilan NGO/CSO juga akan hadir, seperti Forum LSM Aceh, Koalisi NGO HAM, KONTRAS Aceh, Internasional Center for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS), Jaringan Survey Initiative (JSI) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Aceh (P3KA) serta sejumlah OKP, BEM universitas dan juga media cetak, online serta televisi.[]