ACEHTREND.CO, Donja – Satu hari setelah meninggalnya Muhammad Thahar, PNS Prov Aceh yang sedang mengambil studi program PhD di RMIT Australia, koresponden aceHTend, mengirim email Dr. Gillian Versty, Supervisor Almarhum. Tujuannya untuk mendapatkan cerita ringkas tentang almarhum dari Beliau.
Sambutannya luar biasa, tidak sampai hitungan jam, Dr Gillian membalas email tersebut, selain mengucapkan rasa simpati yang mendalam, Dosen Senior RMIT tersebut juga bersedia menuliskan cerita singkat tentang Muhammad Thahar, anak didik yang disebutnya sebagai “a lovely kind –heated person – Seorang yang baik hatinya”
Berikut cerita Dr Gillian tentang Muhammad Thahar yang diterjemahkan dari surat elektronik yang diterima koresponden AceHTrend.
I have had the pleasure of knowing Muhammad Thahar and working with him as his research
supervisor over the last 4 years. Prior to this we communicated on his higher degree research
proposal while he was still living in Indonesia. Thahar moved to Melbourne and began his Masters by Research in Business (Accounting) at RMIT, Melbourne, Australia in early 2014.
Saya merasa bahagia telah mengenal dan bekerja dengan Muhammad Thahar sebagai supervisornya selama empat tahun terakhir. Sebelumnya kami telah saling berkomunikasi terkait proposal penelitiannya, dimana saat itu dia masih berada di Indonesia. Setelah itu,Thahar pindah ke Melbourne dan memulai pendidikan Master by Riset Bisnis (Akuntansi) di RMIT, Meulbourne, Australia pada awal tahun 2014.
Over the 2-year course of his study, he became an expert on Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), the performance measurement and accountability system used in the Indonesian Public Sector and associated Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), the performance report prepared for central governments by local governments.
Selama dua tahun lebih pendidikannya, dia menjadi seorang yang ahli dalam bidang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Sistem pengukuran kinerja dan akuntabilitas yang digunakan oleh Organisasi sektor publik di Indonesia dan hubungannya dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan kinerja yang disajikan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat.
Thahar studied the initiation and subsequent development of SAKIP since its inception in 1999, as part of the new government reforms. He conducted extensive interviews with people from varying levels of government in Indonesia, including central, regional and local municipalities and explored the issues associated with SAKIP implementation and LAKIP performance reporting.
Thahar telah mempelajari tumbuh dan berkembangannya SAKIP, bahkan sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 1999, yang juga merupakan bagian dari refromasi pemerintahan baru kala itu. Dia telah mewawancarai secara luas orang-orang dari berbagai level Pemerintahan di Indonesia, baik itu dari Pemerinta Pusat, Pemerintah Provinsi (regional) maupun pemerintah daerah juga mengeksplorasi, berbagai isu terkait implementasi SAKIP dan pelaporan kinerja yang kita dikenal dengan LAKIP itu.
He successfully completed his Masters by Research degree in 2016. One of his examiners stated that “It is my pleasure to examine such an interesting and well organized Master’s thesis”. Thahar’s work was presented at the Accounting and Finance Association of Australia and New Zealand (AFAANZ), in Queensland in 2016 and a further paper has recently been accepted for presentation at an international conference in Canada, Critical Perspectives on Accounting. In this paper, Thahar focuses on accounting in disputes, about the politics of values, and how this is translated through performance measurement in Indonesian local governments.
Dia telah sukses menyelesaikan program master by risetnya pada tahun 2016. Salah satu Pengujinya bahkan mengakui “ Ini adalah kebahagian tersendiri dapat menguji sebuah tesis yang menarik dan terorganisir dengan baik” Hasil kerja Thahat tersebut telah dipresentasikan pada Accounting and Finance Association of Australia and New Zealand (AFAANZ) di Queensland tahun 2016 silam. Kemudian paper terkait telah diadaptasi untuk sebuha presentasi pada Konferensi Internasional di Kanada dengan tajuk Perpektif Penting dalam Akuntansi. Pada paper tersebut, Thahar fokus pada kontestasi dalam akuntansi, tentang politisasi nilai-nilai, dan bagaimana hal ini ditranslasi melalui pengukuran kinerja oleh Pemerintah Daerah di Indonesia.
Having successfully obtained an international scholarship to continue his studies in Australia, Thahar began his PhD at RMIT in July, 2016. I continued as his supervisor, along with Associate Professor Prem Yapa. By this time, Thahar’s family had joined him in Melbourne. He told me how nice it was to have them with him and how the boys had settled into school.
Beroleh keberhasilan mendapatkan beasiswa internasional untuk melanjutkan pendidikannya di Australia, Thahar memulai program PhD di RMIT pada bulan Juli 2016. Saya masih menjadi supervisornya, bersama dengan Asosiete Profesor Prem Yapa. Sejak itu, Keluarga Thahar bergabung untuk tinggal bersamanya di Melbourne. Dia pernah mengatakan kepada saya, betapa senangnya bisa bersama mereka (keluarganya) juga karena anak-anaknya bisa sekolah (di Melbourne. Pen)
In January, 2017 Thahar returned home with his wife and two sons to visit his parent’s home and childhood village about 4-hour drive from Banda Aceh, the main city in Aceh province at the westernmost point of Indonesia. He was really pleased to visit his relatives after not having seen them for 2 years. He said that they had a great time and were happy to see how much the boys had grown up. During Thahar’s visit to Indonesia, he continued to work on his research papers and began the preparation for data collection in readiness for his next visit.
Pada bulan Januari 2017, Thahar kembali, bersama anak dan (dua) putranya pulang untuk mengunjungi orang tuanya di kampung halamannya yang kira-kira jarak dari Banda Aceh selama 4 Jam perjalanan dari Banda Aceh, Ibu Kota Provinsi Aceh yang berada di ujung paling barat Indonesia. Dia sangat senang bisa mengujungi sanak familinya yang tidak ditemuinya selama 2 tahun. Katanya, mereka (saudaranya) sangat senang saat itu, juga karena melihat bagaimana pertumbuhan putra-putranya. Selama kepulangannya ke Indonesia, dia melanjutkan tugas terkait penelitiannya dan mulai mengumpulkan data yang diharapkannya selesai pada kunjungan (ke Australia) berikutnya.
On his return from Banda Aceh in late January, Thahar attended a Chartered Institute of Management Accountants (CIMA) workshop. It was a select program, open only to a few of Australia’s top PhD accounting students. The CIMA program leaders came from around the world, including a Professor from UC Davis University (US), to work with the students. Upon hearing the news of Thahar’s passing, they offered their sincere condolences. The US professor sent me an email saying “I am shocked and saddened by this news. We enjoyed his enthusiasm in the course last month” and another stated “I had a great chat with him at CIMA and he was just lovely. He seemed to be really enjoying the PhD program …”.
These thoughts have been echoed by many others at RMIT, who have commented on how kind and generous Thahar was. One of his fellow PhD students told me “Thahar treated me like little brother and gave me so much help. I will miss him so much.” Thahar will be sadly missed. We will not forget him here at RMIT and will continue to develop his important research. We will use this tragedy as an opportunity to continue and develop our connections with Indonesia and the Aceh community.
Saat perjalanannya dari Banda Aceh pada akhir Januari silam, Thahar menghadiri sebuah Workshop Chartered Institute of Management Accountants (CIMA). Ini merupakan program pilihan, terbuka hanya untuk beberapa MAHASISWA PhD PILIHAN. Orang-orang pilihan CIMA datang dari berbagai belahan dunia, termasuk seorang Profesor dari UC Davis University (US) yang mendampingi mahasiswanya. Saat mendengar berita Thahar meninggal dunia, mereka mengucapkan bela sungkawa secara mendalam. Profesor Amerika tersebut mengirimiku email dan mengatakan, “ Saya sangat terkejut dan sedih karena berita ini, kami sangat terkesan dengan antusiasnya, selama kuliah bulan lalu”. Yang lain mengatakan “ Saya telah berbincang dengannya selama acara CIMA, dia sangat mengesankan, dia kelihatan sekali sangat menikmati program PhD.”
Tangapan-tangapan ini telah diperdengarkan oleh banyak orang di RMIT, yang juga mengakui bagaimana baik hatinya Thahar. Salah satu temannya d PhD program mengatakan kepada saya “ Thahar memperlakukan saya layaknya saudara dan telah banyak membantu saya. Aku akan sangat merindukannya.” Kepergian Thahar akan sangat dirindukan. Kami di RMIT tidak akan pernah melupakannya. Juga kami akan juga melanjutkan dan mengembangkan penelitian pentingnya. Kami akan menggunakan tragedi ini sebagai sebagai sebuah momen untuk melanjutkan dan mengembangkan hubungan kami dengan Indonesia dan Komunitas Aceh.