ACEHTREND.CO, Bireuen – Ibu Jamaliah bisa jadi tidak membayangkan lagi bakal memiliki rumah sendiri. Suami sudah tiada. Anak lima orang. Pekerjaan hanya tukang cuci. Tanahpun tidak ada yang biasa menjadi syarat untuk memperoleh bantuan rumah dari pemerintah.
Tiga anaknya, termasuk Syahrul Ramadhan (12) tinggal di emperan toko atau tidur di terminal Banda Aceh dan bersama abangnya berkerja memungut sampah plastik dan menjual ke pembeli barang bekas di sore hari.
Rumah yang mereka tinggali selama ini sudah tidak bisa lagi ditempati, dan sebulan terakhir tinggal sementara bersama putri tunggalnya (Elia Wati) di rumah tetangganya yang kebetulan sedang berobat ke luar daerah. Sedang satu anak lagi tinggal di dayah.
Bisa jadi, hanya ada satu lagi yang dimiliki oleh perempuan kepala rumah tangga tunggal asal Gampong Lancok-Lancok, Kuala, Bireuen itu, yaitu doa dan harapan.
Rumah ke 30 untuk Ibu Jamaliah
“Selasa lalu saya bertemu dengan ibu Jamaliah dan merencanakan jika rumah beliau adalah rumah ke-30 yang akan kita bangun dan jika rumah beliau selesai dibangun, saya berjanji akan menjemput kembali anak bungsu beliau untuk kembali bersekolah dan tinggal bersama ibundanya, usia 12 tahun masih terlalu kecil untuk tidur di emperan toko dan terminal,” tulis Edi Fadhil di dinding facebooknya.
Menurut Edi Fadhil, Ibu Jamaliah tidak punya tanah untuk pembangunan rumah (rumah sebelumnya ada di tanah pinjaman orang). Namun penduduk dan aparatur desa yang baik hati memberikan izin membangun rumah beliau di tanah milik desa (terlampir surat).
“Teman-teman. Insya Allah rumah beliau besok akan mulai dibangun dan bang Amz E akan menjadi relawan pendamping pembangunan rumah ini. Bagi yang mau bergabung, dengan senang hati kami siap memfasilitasi. 158-0000-536-888 Bank Mandiri an. Edi Fadhil,” tulis Edi Fadhil lagi.
Sampai berita ini diturunkan jumlah dukungan publik sementara untuk mendukung pembangunan rumah ibu Jamaliah sudah terkumpul Rp 25.755.080.-[]