Partai Aceh beruntung mengalami dua ujian politik dalam waktu cepat dan nyaris bersamaan, ujian kemenangan plus ujian kekalahan. Jika keduanya diposisikan sebagai ujian, maka inilah waktu yang elok nan cantik untuk membaca skenario masa hadapan politik Partai Aceh.
Skenario Mata Air
Jika jalan ini yang dipilih maka Partai Aceh akan memilih menerapkan perilaku politik menyejukkan. Melalui perilaku Mata Air ibarat hamba yang sedang dalam posisi sujud, seluruh “penghambaan politik” akan didedikasikan kepada rakyat.
Kader Partai yang ada di legislatif, eksekutif, dunia usaha akan berkolaborasi melahirkan kebijakan, penganggaran, dan aksi politik yang sepenuhnya diperuntukkan kepada rakyat. Targetnya satu: rakyat sebagai pemilik mandat tertinggi akan kembali mencintai Partai Aceh.
Dalam situasi inilah, kaderasi akan tumbuh subur, ibarat benih menemukan lahan yang berkecupan air.
Skenario Tanah Menumbuh
Jika jalan ini yang dipilih, Partai Aceh akan menerapkan politik bumi, yang akan menampung semua beban, dan dari segenap beban yang ada, baik atau buruk, akan didaur ulang menjadi kebaikan baru. Skenario ini membutuhkan daya tahan luar biasa, kemampuan yang tidak mudah, dan kesiapan-kesiapan mental yang juga harus mampuni. Skenario ini tentu saja mensyaratkan senioritas yang tangguh baik sebagai penjaga partai maupun sebagai pelaku kaderasi.
Generasi baru tentu tidak begitu tertarik untuk masuk apalagi generasi yang sudah dirasuki kebiasaan-kebiasaan praktis dan prakmatis, generasi media sosial. Karena itu kaderisasi yang tepat adalah kaderisasi berbasis keluarga pejuang.
Dengan sifatnya yang memikul tanggungjawab, Partai Aceh akan melakukan kerja-kerja pembenahan, seperti memimpin gerakan mengamandemen UUPA agar sesuai dengan spirit MoU Helsinki, memperbaiki pasal-pasal yang masih lemah agar sepenunya khusus, dan memperbaiki pasal-pasal yang sudah tidak sesuai lagi dengan tantangan zaman, termasuk memastikan pasal tentang Dana Otsus dapat terus berlanjut hingga melewati 2023.
Partai Aceh juga akan menghormati bertumbuhnya “pohon-pohon demokrasi” untuk memperoleh citra bahwa Partai Aceh adalah partai semesta yang mencintai keberagaman. Semakin beragama jenis tumbuhan demokrasi, maka semakin kuat bumi Aceh. Akar-akar politik dari beragam partai semakin menguatkan bumi demokrasi dari keruntuhan kala terjadi gempa politik, termasuk tsunami politik. Kerjasama politik juga dilakukan demi bertumbuhnya ragam kehidupan, dan saling memetik dan memberi manfaat bagi semua.
Skenario Angin Ribut
Jika jalan ini yang dipakai maka Partai Aceh akan menerapkan perilaku politik yang menghidupkan, sekaligus mematikan. Slalu ada kejutan politik yang sifatnya menghentikan lawan (mematikan) dan pada saat yang lain memberi dukungan (menghidupkan). Ini jenis politik yang penuh dinamika, ribut, dan kadangkala mencekam, persis seperti angin yang kadang damai, dan kadang ribut dan bahkan menghancurkan.
Skenario politik ini terjadi manakala Partai Aceh banyak diganggu oleh pihak lain. Kader-kader terbaik di Partai Aceh didorong menjadi badai yang marah, pohon-pohon yang sedang tumbuh (generasi baru) ditebang habis atau minimal dihambat pertumbuhannya, bahkan sebisa mungkin hanya muncul kader ilalang yang mudah tersulut api kecil, dan akhirnya terbakar.
Skenario Api Membara
Jika jalan ini yang dipilih, Partai Aceh akan dikelola seperti api, yang dalam keadaan apapun akan membakar, apakah untuk mendatangkan manfaat atau untuk merusak. Semua yang akan berkoalisi dengan Partai Aceh atau beropososi akan terbakar, atau minimal mengalami panas.
Reaktif, emosional, dan marah adalah karakter umum yang diperlihatkan ke ranah publik, semua disikapi dengan marah dan akkhirnya di lawan tanpa kompromi, dan hanya bisa dikendalikan jika mendatangkan keuntungan. Namun, pada akhirnya tetap saja sifatnya membakar.
Dua skenario pertama akan membawa Partai Aceh ke masa hadapan yang lebih hebat, dengan dinamikanya tersendiri, sedangkan dua skenario terakhir akan menjadikan masa depan Partai Aceh berada dalam keadaan selalu mengalami turbulensi politik yang berat, dan salah-salah bisa menjadikan Partai Aceh menjadi partai yang kecil saja, dan akhirnya kalah di negeri sendiri.
Bagaimana menurut pembaca, apakah ada pandangan berbeda, atau anda malah sedang melihat bahwa Partai Aceh sedang berada di salah satu skenario yang ada, atau ke empat skenario ini sama sekali tidak berguna sebab ada skenario yang sedang anda bayangkan?