ACEHTREND.CO, Banda Aceh – Tidak ada yang mau teralienasi dari kekuasaan. Tapi juga tidak mungkin semua beraliansi dengan pemegang kekuasaan. Maka, semua pihak akan berkumpul disekitar pemegang kuasa memerintah, dan sebahagian lainnya akan membentuk kuasa oposisi.
Koalisi dibutuhkan untuk memuluskan agenda politik dan pembangunan, sebaliknya oposisi juga dibutuhkan untuk menghindari stagnasi hingga tirani. Inilah alam demokrasi yang bertumpu atas konsensus dan disensus.
Untuk konteks Aceh, Partai Aceh yang dominan juga membutuhkan koalisi. Tidak tanggung-tanggung, 13 parpol berkerumun dalam Koalisi Aceh Bermartabat (KAB). Dari 81 kursi di DPRA, 74 kursi dipegang oleh KAB. Lima partai lainnya berjalan sendiri-sendiri.
Sayangnya, ending dari KAB tidak sukses mengantar “Panglima Politik” ke kursi gubernur Aceh. Di Pilkada 2017 terjadi perpecahan. Partai Demokrat yang berada di barisan utama KAB memunculkan calon sendiri, dan begitu juga Golkar dan NasDem yang menjadi bagian pendukung di KAB, juga meninggalkan “Panglima”. Jadi, suka atau tidak suka, KAB gagal.
Karena gagal, maka tidak ada gunanya mempertahankan KAB meski secara kursi sangat dominan, apapun bisa dicapai dari sisi kekuasaan legislatif. Tapi, karena gagal, mau tidak mau perlu formasi koalisi baru. Dan, berikut rekaan formasi yang mungkin terbangun.
Formasi 1:
Koalisi Aceh Bersatu VS Koalisi Indonesia Bersatu
Ini formasi konflik. Saling berhadap-hadapan, lokal versus nasional. Partai lokal (Parlok) akan tampil seutuhnya dengan paradigma politik lokal, melawan partai nasional (Parnas) yang juga tampil seutuhnya dengan paradigma nasional.
Formasi ini terdiri dari parlok Partai Aceh (29), PNA (3) dan PDA (1), bersatu dalam Koalisi Aceh Bersatu (KAB). Sedangkan parnas terdiri dari Golkar (9), NasDem (8), PAN (7), PPP (6), PKS (4), Gerindra (3), PKB (1), PBB (1) dan PKPI (1), bersatu dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Peta kekuatan formasi ini: KAB 33 kursi vs KIB 48 kursi.
Formasi 2:
Koalisi Aceh Hebat VS Koalisi Aceh Gemilang
Formasi ini menggabungkan parpol pemenang Pilkada, urutan 1 dan 2, Irwandi dan Muzakir Manaf ke dalam KAH. Kedua pemenang ini bertekad menguasai pemerintahan dan eksekutif untuk kerja-kerja politik lima tahunan. Irwandi memimpin eksekutif dan Mualem menjaga DPRA. Sedangkan Golkar dan NasDem bergabung dalam KAG.
Peta kekuatan formasi ini: KAH 64 kursi VS KMA 17 kursi.
Formasi 3:
Koalisi Aceh Hebat VS Koalisi Marwah Aceh
Formasi ini menggabungkan parpol pendukung utama plus pendukung tambahan minus Partai Aceh (29), Gerindra (3) dan PKS (4). Jadi, 48 kursi VS 33 kursi. Atau, KAH (52) VS KMA (29), dan PKS bergabung juga dengan KAH.
Peta kekuatan formasi ini adalah: KAH 48/52 VS KHA 33/29.
Menurut pembaca, jika keinginan Gubernur Aceh terpilih terkait koalisi baru di DPRA ditindaklanjuti, maka formasi manakah yang ideal, dan mana pula formasi koalisi yang rasional dan realistik. Apakah pembaca dapat memprediksi formasi yang bakal terbentuk, atau pembaca punya analisis berbeda. []