• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Prof Musri: Bioprospeksi Kimia Bahan Alam

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Sabtu, 06/05/2017 - 13:07 WIB
di Sudut Pandang
A A
aceHTrend.com
Share on FacebookShare on Twitter

INDONESIA memiliki daratan kawasan hutan seluas 124.023.000 Ha (95,83%) dari total hutan dan perairan seluas 129.425.000 Ha, dimana Provinsi Aceh berdaulat atas daratan kawasan hutan seluas 3.599.000 (80,89%) dari total hutan dan perairannya seluas 4.449.000 Ha [1]. Luasan daratan kawasan hutan dan perairan memiliki keunggulan keanekaragaman hayati.

Sumberdaya hayati di daratan kawasan hutan dan perairan tersebut merupakan aset yang tidak ternilai baik dari segi komersial maupun saintifik yang harus dikelola dengan bijaksana, dan salah satu modal dasar yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan daerah dan nasional. Daratan dan perairan merupakan zona dimana makhluk hidup berinteraksi.

Setiap waktu, makhluk hidup selalu terlibat dalam suatu proses biokimia yang terus menerus dan berulang-ulang dalam sel tubuhnya. Proses itu adalah metabolisma. Metabolisma adalah aktivitas kimia dalam sel-sel organisma hidup. Aktivitas itu memungkinkan organisma untuk tumbuh, berkembang, dan bereproduksi.

Aktivitas kimia yang terjadi dalam sel organisma diperlukan dalam rangka kelangsungan hidup melalui pemecahan zat untuk menghasilkan energi disaat zat lain yang membutuhkan energi dibentuk. Metabolisma dirujuk atas dua jalur, yaitu katabolisma, dan anabolisma. Katabolisma adalah serangkaian proses metabolisma yang memecah molekul besar.

BACAAN LAINNYA

Pedagang minuman beralkohol jenis bir di Pantai Kuta, Bali. Johannes P. Christo/Koran Tempo.

Perluas Bidang Usaha Terbuka, Investor Bisa Buka Usaha Produksi Miras di Empat Provinsi

28/02/2021 - 17:50 WIB
Isma  (33) divonis tiga bulan penjara karena melanggar UU ITE. Warga Lhok Puuk, Seunuddon, Aceh Utara tersebut mengupload video percekcokan keuchik setempat dengan ibunya Isma, ke media sosial. Foto/Ist.

Rekam Pertengkaran Keuchik dan Menguploadnya ke Facebook, Ibu Muda di Aceh Utara Dijebloskan ke Penjara

28/02/2021 - 07:24 WIB
Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata/FOTO/DisbudparJamaluddin, SE Ak

Asyik, Terapkan Prokes Ketat Disbudpar Aceh Gelar Festival Kopi Kutaraja

27/02/2021 - 18:52 WIB
Sufri alias Boing (kiri) saat melaporkan pengeroyokan terhadap dirinya, Kamis (25/2/2021). Foto/Ist.

Pidato Rusyidi Keluar Jalur, Munawar Memukul Meja, Boing Dikeroyok di depan Ketua DPRK Bireuen

26/02/2021 - 16:33 WIB

Tujuan dari reaksi katabolis adalah untuk menyediakan energi dan spesi zat yang dibutuhkan oleh reaksi anabolis. Mekanisma reaksi katabolis berbeda dari satu organisma dengan organisma lainnya. Perbedaan ini ditentukan oleh sumber energi yang diperoleh organisma dimaksud. Organisma organotrof yang menggunakan molekul organik sebagai sumber energinya berbeda mekanisma reaksi katabolisnya dengan organisma litotrof yang menggunakan substrat anorganik sebagai sumber energinya, dan kedua organisma tersebut berbeda mekanisma reaksi katabolisnya dengan organisma fototrof yang menangkap sinar matahari sebagai sumber energi kimianya.

Secara ringkas dapat dipahami bahwa katabolisma memecah bahan organik untuk menyediakan energi dalam aktivitas sel. Anabolisma adalah serangkaian proses metabolisma untuk membentuk molekul besar dengan menggunakan energi yang dihasilkan oleh katabolisma. Anabolisma menggunakan energi untuk membangun komponen sel dari asam amino, monosakarida, asam lemak dan nukleotida menjadi molekul kompleks protein, polisakarida, lipid dan asam nukleat.

Zat yang dihasilkan dari suatu metabolisma baik produk antara maupun produk akhir disebut metabolit, sedangkan istilah substrat dirujuk terhadap zat yang dihasilkan dari jalur anabolisma, dan prekursor dirujuk terhadap zat yang dihasilkan dari jalur katabolisma. Banyaknya substrat atau prekursor yang diperlukan tergantung pada kebutuhan sel dan ketersediaan substrat atau prekursor. Fluktuasi kuantitas metabolit berdampak pada performa substrat atau prekursor yang dapat mempengaruhi metabolisma jalur tertentu. Metabolit yang sama dari suatu metabolisma dalam organisma berbeda memberikan sifat yang berbeda, yaitu sifat nutrisi atau toksin. Aktivitas dalam sel makhluk hidup terus menerus berlangsung baik melalui jalur katabolis maupun jalur anabolis dimungkinkan karena bantuan katalis enzim. Enzim mendorong reaksi berlangsung dengan cepat dan efisien, dan menanggapi perubahan lingkungan sel atau sinyal dari sel lain.

Sebahagian besar struktur yang membentuk hewan, tumbuhan dan mikroba dibangun dari empat kelompok dasar molekul, yaitu asam amino, monosakarida, asam lemak, dan nukleotida yang masing-masing dengan bantuan enzim membentuk protein, karbohidrat, lipid, dan asam nukleat. Oleh karena itu, protein, karbohidrat, lipid, dan asam nukleat disebut juga sebagai produk dasar atau produk utama atau metabolit pertama. Metabolit pertama terdapat pada semua makhluk hidup karena zat itu terlibat langsung dalam pertumbuhan normal, perkembangan, dan reproduksi.

Senyawaan yang dihasilkan oleh suatu organisma selain metabolit pertama dirujuk sebagai metabolit kedua. Metabolit kedua adalah senyawa organik yang tidak secara langsung terlibat dalam pertumbuhan normal, perkembangan, atau reproduksi suatu organisma. Ada atau tidak adanya metabolit kedua dalam suatu organisma tidak mengganggu pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi organisma tersebut. Kehadiran metabolit kedua dalam suatu organisma berperan penting dalam rangka pertahanan diri organisma terhadap predator atau hama. Metabolit kedua suatu organisma memperlihatkan aktivitas menghambat, meracuni, mengobati, atau merangsang fisik organisma lain. Tidak semua organisma memiliki metabolit kedua. Kehadiran metabolit kedua terbatas hanya pada beberapa organisma tertentu. Keberadaan metabolit kedua tidak berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan organisma, tapi dapat berfungsi untuk pertahanan diri, berkomunikasi, dan menanggapi perubahan kondisi lingkungan. Pada umumnya, metabolit kedua terdapat pada mikroba, bakteri, lumut, jamur, tumbuhan, dan hewan. Meskipun metabolit pertama juga berasal dari organisma, para pakar menyepakati untuk merujuk metabolit kedua sebagai kimia bahan alam berdasarkan fungsinya [2]. Pakar kimia bahan alam telah menyepakati menggolongkan metabolit kedua berdasarkan fitur struktur molekul atas isoprenoida, alkaloida, fenolat, glikosida, peptida, dan poliketida. Manusia dapat memanfaatkan kimia bahan alam dalam bidang kesehatan, pertanian, kosmetik, dan bahan makanan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Eskplorasi keanekaragaman hayati sehingga bernilai komersil dikenal dengan frasa bioprospeksi [3]. Dengan demikian, bioprospeksi kimia bahan alam bermakna pemanfataan kimia bahan alam menjadi produk obat-obatan, kosmetika, dan antibiotika yang berdaya guna dan bernilai secara ekonomi.

Sejumlah penyakit dan hama membutuhkan terapi obat-obatan dalam penanganannya. Fakta menunjukkan bahwa dibutuhkan obat-obatan baru untuk melawan sel-sel kanker, virus, patogen mikrobia, dan target penyakit molekular lainnya melalui mekanisma biokimia terkini dan meminimalkan efek sampingnya. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan, hewan, dan mikroorganisma yang hidup dalam lautan menunjukkan sumberdaya alam yang melimpah dan relatif belum dieksplorasi sebagai sumber molekul organik yang memiliki bobot molekul rendah dengan struktur molekul yang bervariasi sebagai materi dasar yang ideal untuk pengembangan obat-obatan baru. Eksploitasi sumberdaya laut ini sangat kompleks dan membutuhkan waktu dan proses yang panjang karena pelibatan kajian ilmiah, aturan-aturan, bisnis, dan isu-isu lingkungan [4].

Meskipun banyak obat-obatan diekstrak dari organisma daratan, para pakar telah mengalihkan perhatiannya ke lautan dan pesisir sebagai sumber farmasi. Terutama, terumbu karang tropis memperlihatkan biodiversitas yang sangat tinggi dan mengandung biota laut yang sangat menjanjikan, beberapa diantaranya mengandung senyawaan kimia yang memiliki sifat-sifat biokimia unik dalam melawan dan menyembuhkan penyakit-penyakit manusia. Bahan obat-obatan diekstrak dari sampel organisma laut dan diuji kemangkusannya melawan bakteri, jamur, dan virus dan potensinya menghambat inflamasi, sakit, dan pertumbuhan sel kanker.

Sifat-sifat menyembuhkan dari biota-biota laut telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, namun kajian secara sistematis masih sedikit dilakukan. Kajian sifat menyembuhkan dari suatu organisma secara sistematis diawali pada tahun 1960 pada tanaman daratan dalam upaya mengurangi penyakit pada manusia. Negara-negara kawasan Asia telah diketahui menggunakan spesies laut dalam penyembuhan penyakit secara tradisional. Lingkungan laut menjaga beragam spesies hidup pada kedalamam yang berbeda yang memungkinkan menghasilkan bahan obat-obatan yang berguna. Pada akhir 1960-an, kajian dalam rangka pengembangan obat-obatan telah merambah pada organisma laut. Kajian ini membutuhkan ekstrak untuk pengujian aktivitas biologi, sifat-sifat antibakteri, dan potensi melawan spektrum luas dari penyakit manusia yang meliputi kanker, infeksi virus, penyakit jamur, dan ketidakmampuan sistem kekebalan tubuh. Komponen-komponen aktif ekstrak diidentifikasi secara kimia untuk menentukan strukturnya dalam upaya uji lanjut dan sintesis. Sejumlah organisma laut, seperti bunga karang, mentimun laut, gorgonia, hiu, atau ketam ladam kuda, telah diidentifikasi memiliki kemampuan antibiotik, antikanker, dan antivirus [5].

Ketertarikan saya akan produk bahan alam dimulai dari perkuliahan kimia organik yang memaparkan misteri struktur molekul dan penerapannya pada kehidupan manusia. Dalam perjalanan karir saya sebagai dosen di Unsyiah, saya melakukan pengajaran dan telaahan yang berkenaan dengan produk bahan alam, dan menempatkan saya pada keingintahuan yang sangat besar terhadap rahasia struktur molekul. Allah SWT memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti program S2 (1993-1995) dan S3 (1998-2001) di University of the Ryukyus, Okinawa – Jepang dengan fokus kajian pada produk bahan alam yang berasal dari organisma invertebrata terumbu karang [6].

Penelitian saya pada bunga karang (1) Stylotella aurantium [7] telah menemukan lima senyawaan baru sesquiterpena, (2) Hippospongia cf. metachromia [8] telah menemukan dua senyawaan baru sesterterpena, (3) Pachastrissa sp. [9] telah menemukan satu senyawa baru turunan sphingosine. Keseluruhan senyawaan tersebut memperlihatkan sitotoksik terhadap sel-sel P-388, A549, HT29, dan MEL28. Pada penelitian saya yang lain yaitu pada gorgonia Isis hippuris [10], ada sebelas senyawaan baru turunan steroid polioksigen yang memperlihatkan anti MDR terhadap sel-sel KB 3-1, KB C2, dan KB CV60.

Sejumlah temuan selama belajar di Okinawa-Jepang telah membuka cakrawala pola pikir saya bahwa kajian terhadap produk bahan alam dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi komunitas. Kontribusi dimaksud terutama bila dikaitkan dengan masalah yang mendera petani dalam menanggulangi hama keong mas. Sejak 1980-an, sejumlah surat kabar lokal dan nasional memberitakan keluhan dan keputusasaan para petani di sejumlah wilayah tentang serangan hama keong mas terhadap tanaman padi muda yang ditanam di sawah-sawah. Kerugian yang diderita oleh para petani akibat serangan hama ini sangat signifikan, dan berpengaruh terhadap ketersediaan beras baik di tingkat lokal maupun di tingkat nasional.

Keong mas, Pomacea canaliculata (Lamarck), merupakan moluska introduksi dari Amerika Selatan [11]. Pada awalnya, moluska ini diniatkan sebagai komoditas aquarium air tawar yang menjanjikan dari sudut pandang ekonomi. Terbatasnya peminat aquarium terhadap organisma ini, disatu pihak, dan tingkat kelulushidupan yang tinggi, dilain pihak, menyebabkan pedagang-pedagang komoditas organisma ini mengalami kerugian karena biaya pemeliharaan yang tidak sebanding dengan pendapatan, dan membiarkannya berkembangbiak di alam terbuka, yang akhirnya menjadi hama bagi tanaman padi muda. Hal ini disebabkan keong mas memakan padi muda. Kemudian, sejumlah pedagang bahan makanan memperkenalkan bahwa organisma ini berpotensi sebagai sumber bahan makanan. Pemanfaatan keong mas sebagai bahan makanan daging memunculkan masalah bagi kesehatan manusia karena organisma ini menyimpan bibit cacing schistosomiasis dalam saluran pencernaannya [12]. Bibit cacing ini tidak dapat mati meskipun daging keong mas telah dimasak baik. Kondisi ini, sebagai vektor schistosomiasis dan tidak bernilai ekonomis, menyebabkan keong mas dibiarkan di alam berkembangbiak, dan kemudian menjadi hama yang sangat merugikan para petani.

Dalam upaya menanggulangi serangan hama keong mas, para petani menggunakan moluskosida sintetis seperti metaldehid atau niklosamid [13]. Namun, penggunaan moluskosida sintetis tersebut memberikan pengaruh merugikan pada badan air yang menyebabkan kematian bagi ikan-ikan, bahkan hewan peliharaan [14]. Penanggulangan hama ini telah juga diupayakan melalui cara mekanis [15] atau biologis [16]. Namun, hasil yang didapat masih jauh dari harapan para petani.

Pencarian tumbuhan yang memiliki senyawaan bersifat racun terhadap keong mas, tapi tidak bersifat racun terhadap organisma bukan sasaran, dan dapat terdegradasi dalam rentang waktu tertentu sehingga tidak meracuni badan air terus dilakukan oleh pakar bahan alam. Untuk meminimumkan pencemaran lingkungan dalam pengendalian keong mas hama tanaman padi, sejumlah tumbuhan tropis telah diselidiki memiliki aktivitas moluskosida [17].

Upaya penanggulangan hama keong mas melalui pemanfaatan bahan alam yang bersumber dari daratan telah dilakukan [18, 19]. Namun, eksplorasi bahan alam yang bersumber dari lingkungan laut untuk penanggulangan hama keong mas, sejauh yang saya ketahui berdasarkan pencarian rujukan yang telah dipublikasi di internet, belum pernah dilakukan. Penelitian saya merupakan rangkaian pencarian senyawaan moluskosida keong mas yang berasal dari asosiasi mangrove, yaitu Barringtonia asiatica (Penteut) [20, 21], Barringtonia racemosa (Penteut Ie) [22, 23, 24, 25], Calotropis gigantea (Rubek) [26], dan Rhizophora mucronata (Bangka U) [27]. Penelitian-penelitian dimaksud telah memberikan secerah harapan dalam penanggulangan hama keong mas. Di masa depan, penelitian saya akan berorientasi pada implementasi senyawaan aktif moluskosida keong mas dalam upaya karakteristik sifat-sifatnya.

Pemanfaatan bahan alam yang berasal dari lingkungan bahari dalam menanggulangi jentik nyamuk DBD juga saya dan teman-teman lakoni. Hasil kajian kami menunjukkan Ipomoea pes-caprae bersifat larvasida Aedes aegypti [28]. Di dalam budidaya ikan, penyakit ikan menjadi masalah utama yang membatasi usaha dimaksud. Pembudidaya menggunakan bahan-bahan kimia sintetis untuk menanggulangi penyakit ikan tersebut tanpa memperhatikan bahaya karsinogennya. Saya telah mengeksplorasi sumberdaya alam yang terdapat pada lingkungan bahari untuk menangani masalah dimaksud. Alhamdulillah, saya beserta teman-teman telah menemukan senyawaan yang mampu menanggulangi penyakit kutu ikan (Trichodina sp.) [29] dan lesi (Saprolegnia sp.) [30, 31]. Senyawaan dimaksud berasal dari lingkungan bahari dan ramah lingkungan. Pembudidaya dapat memperoleh organisma tersebut dari lingkungannya, dan berbiaya murah dalam pengadaannya.

Merujuk pada pengalaman saya tentang pemanfaatan kimia bahan alam, saya mengajak pihak-pihak terkait untuk merambah usaha pada kegiatan bioprospeksi kimia bahan alam terutama sebagai sumber bahan baku obat-obatan. Hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat kita memiliki daratan kawasan hutan dan perairan yang luas dimana melimpah keanekaragaman hayati. Fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk yang terus meningkat harus diimbangi dengan ketersediaan obat-obatan yang memadai. Ketersediaan obat-obatan sangat tergantung dari pasokan bahan baku obat-obatan. Ketersediaan bahan baku obat-obatan sangat ditentukan oleh sumber bahan baku obat-obatan. Presiden Joko Widodo sangat menaruh perhatian pada industri farmasi karena selama ini impor bahan baku obat-obatan masih 95 persen. Pasar produk farmasi Indonesia sendiri pada tahun 2016 diproyeksikan sebesar Rp69,07 triliun yang diharapkan meningkat menjadi Rp102,05 Triliun pada tahun 2020 [32]. Bila kita berkomitmen menggarap lahan biprospeksi kimia bahan alam yang tersedia di Aceh, insya Allah, pendapatan asli daerah dapat diberdayakan untuk pembangunan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Universitas Syiah Kuala yang sedang berkomimen menuju Badan Layanan Umum dapat menempatkan ranah ini sebagai income generator yang sangat menjanjikan.

Daftar Pustaka
1. BPS. 2015. Luas Kawasan Hutan dan Perairan Menurut Provinsi. Update terakhir 29 Januari 2015. Diakses pada tanggal 21 April 2016 pukul 9.40 WIB.
2. Hanson, JR. 2003. Natural Products: the secondary metabolite. Royal Society of Chemistry. Cambridge. 0-85404-490-6.
3. Onaga, L. 2001. Casing in on nature’s pharmacy: Bioprospwcting and protection of biodiversity could go hand in hand. EMBO Rep. 2(4):263-5.
4. Hester, R.E. and R.M. Harrison (Eds). 2000. Chemistry in the Marine Environment: Issues in Environmental Science and Technology, RSC, Cambridge-UK.
5. Iversen, E.S. 1996. Living Marine Resources: Their Utilization and Management. Chapman & Hall, New York.
6. Higa, T., J. Tanaka, I.I. Ohtani, M. Musman, M.C. Roy and I. Kuroda. 2001. Bioactive compounds from coral reef invertebrates. Pure Appl. Chem. 73(3):589-593.
7. Musman, M., J. Tanaka and T. Higa. 2001. New Sesquiterpene Carbonimidic Dichlorides and Related Compounds from the Sponge Stylotella aurantium. J. Nat. Prod. 64(1):111-113.
8. Musman, M., I.I. Ohtani, D. Nagaoka, J. Tanaka and T. Higa. 2001. Hipposulfates A and B, New Sesterterpene Sulfates from an Okinawan Sponge, Hippospongia cf. metachromia. J. Nat. Prod. 64(3):350-352.
9. Kuroda, I. M. Musman, I.I. Ohtani, T. Ichiba, J. Tanaka, D.G. Gravalos and T. Higa. 2002. Pachastrissamine, a Cytotoxic Anhydrophyto-sphingosine from a Marine Sponge, Pachastrissa sp. J. Nat. Prod. 65(10):1505-1506.
10. Tanaka, J., A. Trianto, M. Musman, H.H. Issa, I.I. Ohtani, T. Ichiba, T. Higa, W.Y. Yoshida and P.J. Scheuer. 2002. New polyoxygenated steroids exhibiting reversal of multidrug resistance from the gorgonian Isis hippuris. Tetrahedron. 58:6259-6266.
11. Ghesquiere, S.A.I. 2007. The Apple Snail (Ampullariidae) Website. http://www.applesnail.net. Accessed on February 25th, 2007.
12. Damborenea, C., F. Brusa and A. Paola. 2006. Variation in worm assemblages associated with Pomacea canaliculata (Caenogastropoda, Ampullariidae) in sites near the Rio de la Plata estuary, Argentina. Biocell (Mendoza), Vol. 3. No. 3.
13. Dela Cruz, M.S., R.C. Joshi, R.C. and E.C. Martin. 2000. Potential effects of commercial molluscicides used in controlling golden apple snailts on the native snail Vivipara costata (Quoy and Gaimard). Philipp. Ent. 14(2):149−157.
14. Wada, T. 2004. Strategies for controlling the apple snail Pomacea canaliculata (Lamarck)(Gastropoda: Ampullariidae) in Japanese direct-sown paddy field. Japan Agriculture Research Quarterly, 38(20):75−80.
15. Teo, S.S. 2003. Damage potential of the golden apple snail Pomacea canaliculata (Lamarck) in irrigated rice and its control by cultural approaches. International Journal of Pest Management. 49:49−55.
16. Sumangil, J.P. 1989. Biological control. In: Environmental Impact of The Golden Snail (Pomacea sp.) on Rice Farming System in The Philippines ( Eds.: B.O. Acosta & R.S.V.Pullin). International Center for Living Aquatic Resources Management. Manila: 26−27.
17. Kloos, H. and F.S. McCullough. 1987. Plant molluscicides. Journal of Medicinal Plant Research. 46:195-209.
18. Joshi, R.C. and L.S. Sebastian (Eds). 2007. Recent developments in the use of botanical molluscicides against golden apple snails (Pomacea canaliculata). PhilRice, Phillipine.
19. Kardinan, I. and M. Iskandar. 1997. Efficacy of some Plants as Botanical Molluscicides on Golden Snail. Jurnal Penelitian Pertanian. 16(3):141-146.
20. Musman, M. 2004. Pengaruh Ekstrak Metanol Buah Penteut (Barringtonia asiatica) terhadap Mortalitas Keong Mas (Pomacea canaliculata). Jurnal Natural. 4(2):9-11.
21. Musman, M. 2006. Uji Kemangkusan Moluskosida Keong Mas (Pomacea canaliculata) di Laboratorium dan Lapangan. Jurnal Bionatura. 8(1):39-46.
22. Musman, M. 2009. Pengaruh Ekstrak Air Daun Penteut Ie (Barringtonia racemosa (L.) Spreng terhadap Mortalitas Spesies Pomacea (Ampullariidae) berdasarkan Jenis Kelamin dan Volume Cangkangnya. Prosiding Semirata BKS PTN-Wilayah Barat bidang ilmu MIPA ke 22 (Fisika & Biologi), Banda Aceh, 4-5 Mei 2009:92-95.
23. Musman, M. 2009. The Potency of Penteut Ie (Achehnese, Barringtonia racemosa (L.) Spreng) as Molluscicide of Pomacea Species (Ampullariidae). Proceeding on ICONES ’09, Banda Aceh, 6-8 May 2009:211-213.
24. Musman, M. 2010. Toxicity of Barringtonia racemosa (L.) Kernel Extract on Pomacea canaliculata (Ampullariidae). Journal Tropical Life Sciences Research. 21(2):41-50.
25. Musman, M., S. Kamaruzzaman, S. Karina, R. Rizqi and F. Arisca. 2013. A preliminary study on the anti hatching of freshwater golden apple snail Pomacea canaliculata (Gastropoda: Ampullariidae) eggs from Barringtonia racemosa (Magnoliopsida: Lecythidaceae) seeds extract. AACL Bioflux. 6(4):394-398.
26. Musman, M. 2010. Pengaruh Ekstrak Getah Calotropis gigantea terhadap Keong Pomacea. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup, Universitas Diponegoro, Semarang, 9-10 Juni 2010:426-430.
27. Musman, M. 2010. Tanin Rhizophora mucronata sebagai Moluskosida Keong Mas (Pomacea canaliculata). Jurnal Bionatura. 3(12):177-182.
28. Musman, M., S. Karina and S. Almukhsin. 2013. Larvicide of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) from Ipomoea pes-caprae (Solanales: Convolvulaceae). AACL Bioflux. 6(5):446-452.
29. Musman, M., S. Karina and F. Rizki. 2014. Saponins Extract from Barringtonia racemosa as Molluscicide to Brackishwater Pond Snails (Cerithidea cingulata). International Journal of Applied Research and Technology. 3(6):92-97.
30. Musman, M., A. Rahmad, I. Dewiyanti, C. Sofia and H. Sulistiono. 2015. A Comparative study on the efficacy mixed tannins, hydrolysable tannins, and condensed tannins of Avicennia marina as anti-ectoparasite against Trichodina sp. AACL Bioflux. 8(1):50-56.
31. Musman, M., S. Karina, C.N. Defira, N. Fadhillah, A. Kayana, N. Hasballah, A.R. Faunanda, R. Putra. 2015. Phytofungitoxic Agent from Wild Plants. IJSBAR. 21(1):78-85.
32. Siaran Pers Kementerian Perindustrian RI. 2016. Produksi Bahan Baku, Menperin: Indonesia Perkuat Industri Farmasi. Diakses pada tanggal 21 April 2016 pukul 10 WIB. Dikelola oleh Tim Pengelola Website Kemenperin.

Prof. Dr. H. Musri, M.Sc.
Pidato Pengukuhan dalam Jabatan Guru Besar Kimia Bahan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala
di Gedung Academic Activity Center
Prof. Dr. Dayan Dawood, MA
Jum’at, 5 Mei 2017

Tag: #Headline
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Nurchalis: Bukan Hanya Peduli Produk dan Teknologi, Para Pelaku Wajib Pula Dilindungi

Selanjutnya

Korban Konflik: Kami Minta YARA Dibubarkan, Bukan KKR

BACAAN LAINNYA

aceHTrend.com
Artikel

Aceh Menuju Magnet Ekonomi Dunia

Minggu, 24/03/2019 - 15:12 WIB
Sketsa wajah Dahlan Iskan. (RMOL)
SPECIAL

Meski Tidak Ada Uang di Balik Kutang

Rabu, 31/10/2018 - 15:08 WIB
aceHTrend.com
Sisi Lain

Catatan Sahabat: “72 Menit Bersama Untung Sangaji”

Jumat, 09/03/2018 - 20:02 WIB
aceHTrend.com
Sudut Pandang

Todung Mulya Lubis Tanggapi Warning Abu Razak

Rabu, 06/12/2017 - 08:47 WIB
Abdullah Saleh memegang bendera bulan bintang (Poto: portalsatu.com)
Politik

Bulan Bintang di Mata Abdullah Saleh

Kamis, 02/11/2017 - 08:43 WIB
aceHTrend.com
OPINI

Dicari Guru di Aceh yang Rajin Menulis

Rabu, 25/10/2017 - 23:10 WIB
aceHTrend.com
Sudut Pandang

Bincang-Bincang Soal Krisis Air dengan Syamsurizal

Sabtu, 29/07/2017 - 12:13 WIB
aceHTrend.com
SPECIAL

Waled Nuruzzahri: Aceh Krisis Orang Jujur

Kamis, 27/07/2017 - 17:45 WIB
aceHTrend.com
Masyarakat Sipil

Meuthia Anwar: Aceh Butuh Tim Jihad Perdamaian

Rabu, 26/07/2017 - 08:38 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
aceHTrend.com

Korban Konflik: Kami Minta YARA Dibubarkan, Bukan KKR

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Isma  (33) divonis tiga bulan penjara karena melanggar UU ITE. Warga Lhok Puuk, Seunuddon, Aceh Utara tersebut mengupload video percekcokan keuchik setempat dengan ibunya Isma, ke media sosial. Foto/Ist.

    Rekam Pertengkaran Keuchik dan Menguploadnya ke Facebook, Ibu Muda di Aceh Utara Dijebloskan ke Penjara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bermaksud Bertamu, M. Ali Temukan Adiknya Telah Menjadi Mayat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pidato Rusyidi Keluar Jalur, Munawar Memukul Meja, Boing Dikeroyok di depan Ketua DPRK Bireuen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dek Gam Dukung Langkah Mahfud MD Usut Dugaan Penyalahgunaan Dana Otsus Aceh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duga Banyak Penyimpangan, Warga Gampong Jijiem Kembali Segel Kantor Desa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Pedagang minuman beralkohol jenis bir di Pantai Kuta, Bali. Johannes P. Christo/Koran Tempo.
Nasional

Perluas Bidang Usaha Terbuka, Investor Bisa Buka Usaha Produksi Miras di Empat Provinsi

Redaksi aceHTrend
28/02/2021

Warga Gampong Jijiem, Keumala, Pidie, Sabtu (27/2/2021) malam menyegel kantor keuchik setempat. Foto/Ist untuk acehtrend.
Daerah

Duga Banyak Penyimpangan, Warga Gampong Jijiem Kembali Segel Kantor Desa

Muhajir Juli
28/02/2021

Nasya
BUDAYA

Puisi-Puisi Nasya Febrila

Redaksi aceHTrend
28/02/2021

Alya Amira Asshifa
BUDAYA

Puisi Alya Amira Asshifa

Redaksi aceHTrend
28/02/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.