ENTAH siapa yang menabalkan nama Baitur-Rahman untuk Mesjid Raya Aceh. Kita harus berterimakasih. Andai saja dipakai nama lain, misalnya mesjid Sultan Iskandar Muda, kisahnya bisa jadi akan lain. Kisah mesjid raya sangat mungkin menjadi kisah para pihak, bisa jadi berdasar keturunan, atau berdasarkan rezim kekuasaan.
Dengan kekuatan kasih Allah itu lah Belanda yang sudah pernah menduduki dan membakar, terbalik hati membangun kembali mesjid pada 9 Oktober 1879. Selanjutnya, mesjid kembali dipugar pada 1936, 1958, 1975 oleh penguasa lainnya, Ali Hasyimi.
Pemugaran kembali dilakukan pada kurun waktu 1991 – 1993, juga oleh penguasa berikutnya, Ibrahim Hasan. Terakhir, renovasi besar dilakukan penguasa terkini, Zaini Abdullah sejak 2015, dan Jusuf Kalla meresmikan wajah baru Baiturahman pada 13/5/2017.
Begitulah kekuatan nama Baiturrahman. Pengasihnya Allah menyentuh semua rezim untuk terus merenovasi Mesjid Raya Baiturrahman (MRB). Kini, dengan adanya payung, MRB tidak hanya eksotik dan romantik, tapi juga penuh seni, juga berteknologi.
Baiturrahman betul-betul mesjid yang secara arsitektur melukiskan simbolisasi penyayang, tanpa memandang gaya Arab lebih baik dari gaya eropa, gaya klasik lebih hebat dari modern, atau sebaliknya. Seluruh kebaikan dan keindahan, yang mengajak insan dekat dengan Rabbnya adalah baik dan indah.
Sungguh, berkat nama Baiturrahman itu juga konflik yang sempat disebut kudeta Baiturrahman berakhir dengan baik, mendorong perbaikan, dan makin membuka lebar pintu MRB untuk semua muslim, hamba Allah. Sementara niat-niat lain yang tidak sesuai dengan spirit Ar-Rahman, misalnya maksud dan tujuan menjadikan Baiturrahman sebagai “tangga politik” menuju kekuasaan, tertolak.
Baiturrahman, dengan segenap kisah dan pesonanya, kembali menjadi mesjid yang menyimpan rekaman spiritualitas ureung Aceh sebagaimana kisah awal mulanya. Selebihnya, MRB adalah saksi bisu ureung Aceh mendirikan shaf kekuasaannya, dari shaf perang ke kemerdekaan, dari shaf perlawanan ke perdamaian, dan dari shaf pembangunan ke pembangunan berikutnya. Begitu juga, Baiturrahman menjadi perekam doa batin kita semua, termasuk menjadi saksi atas ragam kebesaran Allah yang Maha Pengasih. []