ACEHTREND.CO, Banda Aceh – Abdul Shomad adalah nama ustadz yang sempat dinilai sebagai anti bhinneka dan Pancasila. Pada awal Juni, ustadz kelahiran Medan itu bahkan hendak melaporkannya kepada polisi karena ceramahnya dinilai tidak menjaga kebhinnekaan.
Dalam ceramahnya yang beredar di media sosial, ustadz asal Riau itu menguraikan, diantaranya tentang proklamasi kemerdekaan yang dilakukan pada 17 Agustus 1945 itu terjadi pada bulan ramadhan. “Soekarno membaca proklamasi dalam keadaan berpuasa, penggerek bendera (merah putih) dalam keadaan puasa,” sebut Abdul Shomad, ustadz ahli hadis lulusan Maroko.
Ustadz Shomad lantas menegaskan bahwa Bung Tumo dan Bung Karno meneriakkan takbir Allahu Akbar pada bulan puasa. “Sekarang yang meneriakkan Allahu Akbar dikatakan anti kebhinnekaan, anti pancasila,” sebut ustad yang banyak menulis buku ini.
Siapa sebenarnya Abdus Shomad yang kini makin populer di kalangan umat Islam Indonesia, bahkan ada yang menyebut dirinya sebagai Zakir Naik-nya Indonesia?
Wahid Ahmadi, seorang netizen menulis sosok Abdus Shomad, sebagai berikut:
“Orangnya kerempeng, tampilan sederhana, tapi suaranya, masya Allah, menggelegar.
Namun yg membuat beliau kini menjadi tiba2 meroket adalah ceramahnya yg bernas: retorika tajam, diksi gamblang, detail dan argumentatif, tegas, toleran dlm fiqih, tp spirit dakwahnya menyala-nyala dlm balutan dialek Medan yg khas..
Ustadz kelahiran Medan 1977 ini berpndidikan S1 Al-Azhar Mesir dan S2 Marokko. Pengurus NU di kotanya, kini adalah seorang dosen Bhs Arab dan Tafsir. Nama lengkapnya: KH. Abdus Shomad, Lc, MA.
Umat sungguh2 butuh dai macam ini. Beliau menjelaskan Islam, memahamkan, memberi pelajaran, menerangkan dari yg remeh2, semisal soal telunjuk jari dalam duduk tahiyyat, hingga yg berat semisal gerakan Islam, dg argumentasi dan pemahaan yg lurus..
Makna “lurus” dlm konteks ini adalah, menempatkan komitmen keislaman dan spirit perjuangan, di atas segalanya. Beliau tokoh NU namun tak pernah sekalipun memberi kesan mengunggulkannya di atas yg lain. Bahkan ketika ditanya ttg khilafah, beliau jelas memberi dukungan perjuangannya, semata krn hadits Nabi menyinggungnya, meski beliau bukan tokoh HTI.
Umat kini membutuhkan ulama atau kiyai macam dia tuh. Bukan macam beberapa tokoh yg terseret fanatisme golongan, hingga ikut2an bersama pihak luar menyudutkan sesama muslim hanya krn tak sepaham.
Beliau tanpa tedeng aling2 mengaku penganut madzhab Syafi’i dlm fiqih, membela tradisi amalan tahlil dan yasinan dg argumen syar’iy dan tarbawiy kuat, tapi jika bicara perjuangan, baginya Islam hanya satu. Semua gerakan dakwah Islam, dlm koridor Aswaja, dibelanya..
Mengapa beliau beda, krn dua hal: mutsaqqaful fikri dan zakiyyun nafsi.. pinter otaknya dan bersih hatinya sekaligus.
Pinter tp kotor hanya menciptakan sampah pemikiran; bersih tapi bodoh tak pernah memberi cahaya kepahaman..
Marhaban ya Ustadz Abdus Somad..