Apa bedanya Aceh tanpa Indonesia? Bagaimana jadinya Aceh tanpa Indonesia? Dua pertanyaan sederhana ini bila dibalik menjadi; apa bedanya Indonesia tanpa Aceh dan bagaimana Indonesia tanpa Aceh. Subjek dua pertanyaan diatas adalah Aceh sementara pada dua pertanyaan terakhir Indonesia subjeknya.
Menjawab yang belum terjadi dapat digunakan sejarah sebagai bahan pertimbangan. Aceh sudah ada sebelum Indonesia dideklarasikan adalah fakta sejarah. Aceh sudah berdikari sebagai state jauh sebelum Indonesia menjadi sebuah state. Bukti sejarah mengatakan Aceh telah melakukan aktifitas sebuah state dengan state lain jauh sebelum Indonesia terlahir.
Sebagai sebuah state, Aceh melakukan diplomasi internasional serta kehidupan bernegara lainnya. Fakta sejarah itu cukup menjawab how is Aceh without Indonesia. Sementara bedanya Aceh tanpa Indonesia tentu sangat berbeda. Ada dua kemungkinan yang akan dihadapi atau bahkan 3, lebih baik, biasa saja atau lebih buruk.
Secara politik Aceh sudah mengimplementasikan state of democracy. Ada partai politik sebagai pilar demokrasi, media massa, serta SDM disegala bidang yang mumpuni. Secara ekonomi Aceh memiliki bank, bahkan mata uang Aceh pun pernah ada. Institusi pendidikan di Aceh juga cukup mampu mencerdaskan bila dikelola dengan benar.
Keragaman budaya dan bahasa pun dimiliki Aceh, sama halnya dengan Indonesia. Aceh memiliki SDA yang dapat diandalkan asal dikelola dengan benar, artinya SDA mampu menopang ekonomi Aceh. Fakta itu semakin meyakinkan kita bahwa Aceh mampu berdikari sendiri.
Secara geografis Aceh memiliki posisi strategis dalam perdagangan internasional. Posisi yang memberi akses bagi Aceh untuk melakukan kegiatan ekonomi tanpa bergantung pada Jakarta maupun medan, Sumatera Utara. Ini salah satu potensi ekonomi atas anugerah illahi, taqdir geografis yang strategis.
Lalu bagaimana nasib Indonesia tanpa Aceh? Fakta sejarah mengatakan bahwa Indonesia tidak memiliki pesawat tanpa sumbangan dari Aceh. Ketergantungan Indonesia terhadap Aceh ternyata terus berlangsung hingga kini. Itu fakta yang tak terbantahkan dan bila tak percaya silahkan bertanya pada pemimpin Indonesia.
Bila Indonesia tidak bergantung pada Aceh pastilah hari ini Aceh sebuah negara yang berdaulat. Indonesia tidak perlu mengeluarkan biaya jutaan untuk membunuh rakyat Aceh semasa konflik. Aceh begitu mempesona dan Indonesia kecanduan pada Aceh sehingga tak ingin berpisah, segala cara dihalalkan agar Aceh tak lepas dari genggaman.
Setelah Aceh dalam genggaman, Indonesia seolah lupa akan janji-janji manisnya. Ibarat kertas yang sudah ditangan, Indonesia berhak melakukan apapun sesukanya. Ibarat seorang perempuan yang sudah dinikahi akan tetapi janji-janji sebelum menikah tidak ditepati setelahnya.
Namun Aceh bukan perempuan yang tak berdaya karena sejatinya Aceh sangat siap berpisah. Sekarang Indonesia harus membuktikan keberanian dan membantah pendapat bahwa Indonesia tidak bisa hidup tanpa Aceh. Belajar dari Uni Soviet yang memberi kebebasan pada daerah yang ingin berpisah. Hal itu tak harus diselesaikan dengan cara-cara kekerasan dalam bentuk perang.
Hal itu pernah dilakukan Inggris terhadap Wales, referendum diberikan kepada Wales. Rakyat Wales diberi pilihan untuk taqdirnya sendiri. Nah, andaikata pemerintah Indonesia melakukan yang sama maka akan terjawab Aceh tanpa Indonesia apakah beda dan bagaimana nantinya.