• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Mutia, Aktivis PeMRaKA yang Ternista Dalam Duka

Muhajir JuliMuhajir Juli
Sabtu, 02/12/2017 - 13:47 WIB
di LIFE STYLE, Sisi Lain
A A
Mutia (tengah) diapit oleh Sri wahyuni (kiri) dan Rahma Matan (kanan). saat mereka mengunjungi sang senior di Cot Geunduk, Pidie.

Mutia (tengah) diapit oleh Sri wahyuni (kiri) dan Rahma Matan (kanan). saat mereka mengunjungi sang senior di Cot Geunduk, Pidie.

Share on FacebookShare on Twitter

Ia telah memilih jalan yang berbeda. Ia menjadi pemberi bukti bahwa perempuan Aceh adalah pejuang bagi bangsanya. Namun, setelah kehilangan semuanya dalam medan laga. Kini ia sendiri, sembari menikmati penderitaan, di sebuah desa yang sunyi.

Namanya Mutia. Perempuan kelahiran Pidie 1979 adalah aktivis perempuan Aceh yang bergerak di era 1998. Lakap angkatan 98 tak bisa dipisahkan dari dirinya. Kala itu, hari-harinya adalah penggiat kemanusiaan di Posko Mahasiswa untuk rakyat Aceh (PeMRaKa) yang berpusat di Banda Aceh. Hari-hari yang seharusnya dihabiskan untuk studi di perguruan tinggi, tersita pada aktivitas advokasi rakyat.

“Sebagai aktivis, ia bukan saja pekerja kemanusiaan, akan tetapi juga propagandis ulung yang naik turun mimbar bebas, kala itu,” kenang Sri Wahyuni, istri almarhum Ridhwan H. Mukhtar, yang juga seorang aktivis.

Dalam membela Aceh, Mutia kehilangan segalanya. Kedua adiknya tewas. Satu adiknya yang kala itu berusia 18 tahun, dieksekusi oleh tentara pemerintah, kepalanya ditembak, dan jasadnya dicampakkan begitu saja di persawahan kampung mereka.

BACAAN LAINNYA

aceHTrend.com

Politik Bendera dan Parlok Bangsamoro di Filipina

20/01/2021 - 07:19 WIB
KIP Aceh menetapkan tahapan Pilkada 2022. Keputusan tersebut dibuat pada Selasa (19/1/2021) di Banda Aceh.

KIP Aceh Tetapkan Tahapan Pilkada 2022

19/01/2021 - 22:08 WIB
Bendera Pemerintah Otonomi Bangsamoro. Foto?ist.

Jalan Tengah untuk Bendera Aceh

19/01/2021 - 16:03 WIB
Usman Lamreung

Diduga Langgar Aturan, Polisi Diminta Usut Proses Hibah APBA untuk 100 Organisasi

19/01/2021 - 12:04 WIB

“Adik satunya lagi, ditahan di Penjara Lhok Nga, Aceh Besar. Pada usia 16 tahun. Perempuan belia itu harus merenggang nyawa kala tsunami menghempas penjara. Adik Mutia dipenjara bersama Cut Nur Asyikin. Mereka satu gedung tahanan. Keduanya menjadi syuhada tsunami,” kenang Sri Wahyuni, sembari menghela nafas.

Belum usai maha duka itu, sang ayah juga hilang kala Darurat Militer diberlakukan di Aceh. Lelaki yang selalu menjadi pelindung Mutia kala kecil, tidak diketahui rimbanya, hingga hari ini. “Ayah Mutia itu juga seorang anggota GAM,” kisah Sri.

Kini, Mutia, tidak bisa lagi beraktivitas normal. Kaki sebelah kanan hancur karena kecelakaan.

Mutia hidup serba kekurangan. Ia dan suaminya menyewa sebuah rumah berdinding triplek — yang sudah lapuk–di Gampong Cot Geunduk, kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie. Ia memiliki empat anak dan juga merawat ibunya yang sudah mengalami kebutaan. Sedangkan suaminya tidak memiliki pekerjaan yang pasti. “harta mereka sudah habis untuk berobat. Konflik telah membuat hidup mereka menjadi sekarat,” kata Sri Wahyuni.

Ibunya Mutia pun mengalami trauma tersendiri. Selain harus kehilangan tiga orang yang sangat dicintai, ia juga mengalami kerusakan pendengaran, karena tentara pemerintah sempat menembakkan senapan di dekat telinga perempuan tua itu.

Sri bercerita, tadi malam, Sabtu (2/12/2017) ia dan Rahma Matan–juga aktivis perempuan kala konflik Aceh– bertandang ke rumah Mutia. Usia Mutia lebih muda dari kedua aktivis yang juga masih hidup serba terbatas itu. “Kami hanya ingin melihat beliau,” kata perempuan yang juga sering dipanggil Adik, oleh suaminya saat ini.

Note: Kisah ini diceritakan kembali oleh Sri Wahyuni kepada Muhajir Juli dari aceHTrend.

Tag: #Headline4 desemberbuffer aksi mahasiswa acehGamKonflik Acehmilad gammutiapemraka
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Banjir Kepung “Pasee Raya”, Ratusan Rumah Warga Terendam

Selanjutnya

Refleksi Konflik Aceh: Jusuf Kalla Menggertak, Malik Mahmud Berpikir Bijak

BACAAN LAINNYA

Marzuki Yusuf. Ketua Ikatan Masyarakat Juli (Ikmali) Banda Aceh. Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.

Pengurus Ikatan Masyarakat Juli di Banda Aceh Gelar Maulid

Minggu, 17/01/2021 - 19:46 WIB
Ustad Asrul Maidi, Lc. Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.
Komunitas

Ustad Masrul Aidi, Lc: Menikah di Rumah Lebih Berkah

Minggu, 17/01/2021 - 16:38 WIB
Syeh Ali Jaber. Foto/Ist.

Sempat Membaik, Syeh Ali Jaber Berpulang ke Hadirat Ilahi

Kamis, 14/01/2021 - 10:27 WIB
Delsy Ronnie (Kelima dari kiri) dan Rektor Umuslim (ketiga dari kanan) saat pertemuan di Umuslim, Rabu (6/1/2021). Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.

Bertandang ke Umuslim, Nonviolent Peaceforce Komit Bangun Kerjasama

Jumat, 08/01/2021 - 16:28 WIB
Ilustrasi @lokadata
LIFE STYLE

Studi: ‘Hormon Cinta’ Bantu Jaga Tulang Kuat Hingga Tua

Senin, 04/01/2021 - 11:19 WIB
Pendiri RUMAN Aceh, Ahmad Arif, menerima hadiah buku dari Dr. Nurkhalis Mukhtar LC., MA.
LIFE STYLE

RUMAN Aceh Terima Donasi Buku dari Tiga Akademisi

Sabtu, 02/01/2021 - 10:19 WIB
AKBP. Adnan. Foto/Ist.

Mantan Polisi ‘Meupep-pep’ AKBP Adnan Meninggal Dunia

Kamis, 31/12/2020 - 17:54 WIB
Bang Joel, pemilik usaha Martabak Bang Joel di Meunasah Blang, Jeumpa, Bireuen. Foto/ Raden Yus Rusmadi.
Ringan

Beli Martabak Telur Bang Joel, Berpeluang Bawa Pulang Sepeda Motor

Jumat, 25/12/2020 - 16:22 WIB
Rinal Sahputra
LIFE STYLE

Buku “Para Perempuan di Tanah Serambi” Karya Mantan Ketua FLP Aceh Bakal Rilis di Januari

Kamis, 24/12/2020 - 09:55 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Sumber foto: teguhtimur.com

Refleksi Konflik Aceh: Jusuf Kalla Menggertak, Malik Mahmud Berpikir Bijak

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Salah satu hasil perundingan damai antara Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan Pemerintah Filipina, adalah lahirnya otonomi. Salah satunya adalah dibenarkannya bendera Bangsamoro berkibar di daerah otonomi tersebut. Foto/Ist kiriman Nur Djuli.

    Rayakan Otonomi, Bendera Bangsamoro Berkibar di Cotabato

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jalan Tengah untuk Bendera Aceh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KIP Aceh Tetapkan Tahapan Pilkada 2022

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rimo: Dari Afdeling Kebun Terus Menggeliat Menjadi Pusat Perdagangan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diduga Langgar Aturan, Polisi Diminta Usut Proses Hibah APBA untuk 100 Organisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Barang bukti sabu-sabu yang ditemukan di lapas @ist
BERITA

Petugas Gagalkan Penyelundupan Sabu ke Lapas Kelas II Blangpidie Abdya

Masrian Mizani
20/01/2021

aceHTrend.com

Politik Bendera dan Parlok Bangsamoro di Filipina

Muhajir Juli
20/01/2021

KIP Aceh menetapkan tahapan Pilkada 2022. Keputusan tersebut dibuat pada Selasa (19/1/2021) di Banda Aceh.

KIP Aceh Tetapkan Tahapan Pilkada 2022

Muhajir Juli
19/01/2021

Ilustrasi
BERITA

Listrik Padam di Beberapa Daerah di Aceh, PLN Minta Maaf

Mulyadi Pasee
19/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.