ACEHTREND.CO, Banda Aceh – Kehadiran media siber yang muncul sejak awal tahun 2000 semakin menjadi ancaman serius bagi media cetak, terutama koran harian atau majalah. Untuk saat ini oplah media cetak di Indonesia turun sampai 30% bahkan lebih.
Hal tersebut disampaikan anggota dewan redaksi salah satu media siber Ramadansyah dalam konferensi pers, saat pembukaan Uji kompetensi Wartawan (UKW) ke IX yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, bekerja sama dengan Dinas Infokom Aceh.
“Saya bisa memberikan contoh, bagaimana sekaliber Koran Tempo cetak jarak jauh di Bengkulu dan Strait Time di Singapore harus tutup untuk edisi cetak. Sehingga ada kemungkinan pada masa yang akan datang, media cetak akan menjadi sejarah masa lalu,” ujar Ramadansyah, Senin (4/12/2017) di hotel Grand Aceh, Banda Aceh.
Menurut Ramadansyah, semakin berkembangnya teknologi internet, mendorong semakin banyaknya pengakses media siber. Apalagi, kini mengakses portal tidak hanya menggunakan komputer atau laptop, tetapi juga dengan mudah mengakses berita melalui telpon genggam atau alat komunikasi lainnya.
Wartawan senior Aceh yang sudah mengantongi UKW Utama tersebut mengatakan kehadiran teknologi saat ini dalam melahirkan media siber, sungguh luar biasa dampaknya terhadap percepatan komunikasi di Indonesia.
Namun, Ramadansyah mengingatkan wartawan yang melakukan peliputan tetap berpedoman pada kode etik dan UU No 40 tahun 1999 tentang pers dalam setiap penyajian berita.Untuk perusahaan media siber juga diharapkan mampu memenuhi kriteria perusahaan pers seperti di syaratkan Dewan Pers.
“Lakukan cek and balance, dan tetap berpedoman pada kode etik wartawan, untuk perusahan media diharapkan mempunyai kantor yang jelas, bukan di warung kopi,” kata Ramadansyah didampingi Iranda Novandi dari unsur pengurus PWI Aceh.[]