• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Kala Militer Mengukur Nasionalisme Pesepakbola Profesional

Muhajir JuliMuhajir Juli
Jumat, 08/12/2017 - 11:26 WIB
di Jambo Muhajir
A A
aceHTrend.com
Share on FacebookShare on Twitter

Coba bayangkan bila militer di negara Eropa dan Amerika Latin, ikut campur dalam urusan sepakbola modern. Sungguh kita takkan pernah melihat mega bintang Real Madrid Cristiano Ronaldo bermain di klub itu. Ia bahkan tidak akan pernah beranjak dari negara asalnya Portugal. Kita juga tidak akan pernah melihat gocekan maut Leonel Messi di Barcelona, bersebab militer Argentina memasung kelincahannya atas nama nasionalisme.

Sejarah sepakbola modern adalah bukan saja tentang liga, tapi juga tentang hijrahnya pemain-pemain top ke berbagai negara, dalam hubungan kontrak kerja dengan klub profesional, yang menggaji mereka gila-gilaan. Tiap gelaran tarung antar negara mereka pun kembali ke negara masing-masing, untuk bertarung membela panji negara. Di gelaran piala dunia, Gabriel Batistuta haruslah bertempur dengan punggawa timnas Italia, yang dalam kesehariannya, Gabriel justru bermain untuk klub Italia seperti Fiorentina serta A.S Roma. Tak ada yang canggung, tak ada pula yang saling membelakangi, konon lagi mengkhianati negara asalnya demi pamor di negara tempat ia ikut bermain sepakbola.

Bahkan, bagi para pemain top dunia, kemampuan mereka semakin terasah karena kesempatan bermain di klub luar negeri. Selain itupun, mereka bisa mengumpulkan pundi-pundi dolar untuk mengubah nasip keluarganya dari tiada menjadi sangat kaya raya. Hal itu pula yang membuat Samuel Eto’o pindah ke Liga Cina, sebuah liga semenjana yang tak dikenal dunia, tapi memberikan uang yang sangat banyak untuk sang pemain.

Sudah seharusnya pemain profesional itu kaya dan harus kaya.

BACAAN LAINNYA

Pakar Hukum Tata Negara dari Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dr. M. Gaussyah, S.H., M.H/FOTO/aceHTrend.

Muhammad Gaussyah Terpilih Sebagai Dekan FH USK Periode 2021-2025

18/01/2021 - 12:55 WIB
Wakil Rektor III USK Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC/FOTO/Detak USK.

Universitas Syiah Kuala Minta BEM USK Kembalikan Bantuan Hibah Dari Pemerintah Aceh

18/01/2021 - 10:48 WIB
Munzami HS. [Ist]

Lebih 1,9 Triliun Rupiah Dana Bansos di Dalam APBA 2020 Dikelola Secara Tidak Jelas

18/01/2021 - 01:09 WIB
Ustad Asrul Maidi, Lc. Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.

Ustad Masrul Aidi, Lc: Menikah di Rumah Lebih Berkah

17/01/2021 - 16:38 WIB

Adalah hal yang tidak masuk akal terjadi di Indonesia. Ketua PSSI Letnan Jenderal Edy Rahmayadi, Rabu (6/12/2017) di Kantor Makostrad, mengatakan akan memanggil Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn, karena keduanya memilih hijrah ke Selangor FC, dan meninggalkan Bhayangkara FC, yang mereka bela di Liga 1 tahun 2017

“Kalau mata duitan ya repot juga kita. Gak ada jiwa nasionalisme. Nanti akan saya kumpulin,” kata sang Letnan Jenderal, seperti dikutip dari bolasport.com.

Alasan sang perwira militer itu simpel saja, baginya bila kedua punggawa timnas Indonesia U-23 itu bermain di Malaysia, maka tim lawan akan mampu membaca teknik permainan mereka.

“Siapa mereka seenak saja mengontrak-ngontrak,” kata Edy.

Dua pernyataan konyol itu seharusnya tidak pernah keluar dari mulut seorang ketua PSSI. Bagaimana ia bisa mengatur sejauh itu kehidupan dan masa depan seorang  pemain bola? Ketika ia membenturkan nasionalisme dengan pilihan karir di klub, sungguh ini sebuah pikiran sontoloyo.

Bahasa akan mengumpulkan Evan Dimas dan Ilham Udin Armaiyn, juga kalimat penuh pressure. Khas gaya militer ketika gagal menemukan cara melakukan pendekatan terhadap seseorang. Kalimat penuh makna sangat berkuasa, hingga ke karier dan kehidupan orang lain, yang seharusnya tidak perlu diatur.

Dalam hal kaitannya dengan hijrahnya kedua pilar timnas ke klub Selangor FA, murni tentang nilai kontrak dan pengalaman kerja. Keduanya atau siapapun pemain sepakbola tentu memimpikan akan membela klub yang berani menggaji mereka lebih tinggi. Ini tentang pilihan yang logis dan halal dan tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Tidak mengandung unsur subversif dan tidak berpaham komunis yang dilarang oleh negara. Tidak pun bughah. Memilih membela klub luar negeri bukan sikap melawan negara.

Perihal ketakutan sang jenderal bahwa teknik permainan kedua pemain itu akan mampu dibaca oleh pemain Malaysia, hello! Ini sangat mengada-ngada. Brazil yang mengimpor pemainnya keseluruh dunia, berhasil juara dunia lima kali. Inggris yang memiliki liga terhebat di dunia dengan gaya kick and rush, tak kunjung mampu mengangkat tropi piala Eropa, konon lagi piala dunia. How about with Holland? Sama saja.

Sebaiknya, Edy Rahmayadi fokus saja ke peningkatan kualitas timnas. Jangan sibuk mengurus sesuatu yang tidak penting. Indonesia harus mengeskpor pemain berkelas ke luar negeri. Selain karena pundi uang di luar bisa mengentaskan kemiskinan berketurunan pemain bola di Indonesia, juga mengibarkan Panji Indonesia sebagai pabrik pemain yg berkualitas di Asia Tenggara.

Atau gelar saja Liga Indonesia yang gemah ripah loh jinawi. Gaji pemain dibayar mahal, sehingga pemain bola tak perlu lagi nyambi sebagai tukang semir sepatu untuk memberikan makan keluarga. Kemudian politik tidak masuk ke dalam liga di Indonesia. Serta ciptakan iklim liga yang profesional,pasti serta tidak ada intervensi negara. Juga glamournya, sehingga pemain lokal berbakat tetap tak pindah, dan pemain luar ikut hijrah ke Indonesia.

Kalau banyak melarang tanpa solusi dan selalu membungkam orang lain dengan jampi nasionalisme, maka tak heran, melawan Kyrzistan saja di Piala Lumpur Tsunami Aceh (PLTA) atau Aceh World Solidaritas Cup (AWSC) 2017, timnas Indonesia pun tumbang. Padahal, kiprah timnas negara itu nyaris tak diberitakan oleh media di Indonesia.

Sumber foto: Liputan 6.com

Tag: #HeadlineBhayangkara FCEdy Rahmayadiketua PSSISelangor FATsunami cup
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Prof. Todung Ungkap Kelemahan Risman A Rachman

Selanjutnya

Otto dan Fredrich Mundur dari Penasihat Hukum Setya Novanto

BACAAN LAINNYA

Ilustrasdi dikutip dari website seni.co.id.
Jambo Muhajir

Kolom: Pelacur

Kamis, 14/01/2021 - 18:47 WIB
Muhajir Juli.
Jambo Muhajir

Aceh, Narkoba dan Cinta

Senin, 04/01/2021 - 13:57 WIB
Muhajir Juli. Foto/Ist.
Jambo Muhajir

Mengulur Waktu Supaya Aceh Tak Miliki Wagub Baru

Senin, 21/12/2020 - 13:25 WIB
Muhajir Juli.
Jambo Muhajir

Memborgol HRS Bukan Prestasi Polri!

Minggu, 13/12/2020 - 14:06 WIB
Sumber Foto : Facebook Munawar Liza  Zainal
Jambo Muhajir

Perjuangan Jangan Macet di Bintang Bulan

Jumat, 04/12/2020 - 10:47 WIB
Muhajir Juli. Foto/Ist.
Jambo Muhajir

Mualem Bukan Wenda

Kamis, 03/12/2020 - 09:37 WIB
Buku Paradigma Islam Wasathiyah yang ditulis oleh Dr. Teuku Zulkhairi,MA. Foto/AceHTrend/Muhajir Juli.
Jambo Muhajir

Tu Sop di Dalam Arus Kebaikan & Islam Wasathiyah

Selasa, 24/11/2020 - 10:35 WIB
Muhajir Juli.
Jambo Muhajir

Aceh Selalu Juara Umum MTQ, Tapi Memilih Mengalah

Jumat, 20/11/2020 - 02:20 WIB
aceHTrend.com
Jambo Muhajir

Amir, Marwan dan Muzakkar

Sabtu, 14/11/2020 - 13:33 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Ketua DPR Setya Novanto memberikan kesaksian dalam sidang lanjutan untuk terdakwa Andi Agustinus alias Andi Narogong, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, 3 November 2017. TEMPO

Otto dan Fredrich Mundur dari Penasihat Hukum Setya Novanto

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • aceHTrend.com

    Gas dan Lumpur Menyembur Setinggi 6 Meter, Warga Ranto Peureulak Panik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • GeRAK Aceh: Hibah APBA untuk 100 Organisasi Bertentangan dengan Permendagri 39 Tahun 2020

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lebih 1,9 Triliun Rupiah Dana Bansos di Dalam APBA 2020 Dikelola Secara Tidak Jelas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Universitas Syiah Kuala Minta BEM USK Kembalikan Bantuan Hibah Dari Pemerintah Aceh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wali Nanggroe Kunjungi Kawasan Wisata Ulee Lheue, Ini Komentarnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Pakar Hukum Tata Negara dari Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dr. M. Gaussyah, S.H., M.H/FOTO/aceHTrend.
Banda Aceh

Muhammad Gaussyah Terpilih Sebagai Dekan FH USK Periode 2021-2025

Ahmad Mirza Safwandy
18/01/2021

aceHTrend.com
BERITA

E-Kinerja Berlaku, Pemkab Abdya Wajibkan ASN Ikut Apel Pagi

Masrian Mizani
18/01/2021

Rapid tes untuk santri dan dewan guru di Pesantren Baitul Arqam, Sibreh, Aceh Besar, Senin, 18 Januari 2021.
BERITA

Mulai Sekolah Tatap Muka, Santri dan Guru Dayah Baitul Arqam Diberikan Rapid Test

Redaksi aceHTrend
18/01/2021

aceHTrend.com
OPINI

Digitalisasi di Sekolah, Burukkah?

Redaksi aceHTrend
18/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.