• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Pedihnya Nasib Petani Aceh

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Sabtu, 23/12/2017 - 13:08 WIB
di Artikel, OPINI
A A
ubernur Serahkan Bantuan Petani di Nisam Tiga (Foto: Humas Pemerintah Aceh)

ubernur Serahkan Bantuan Petani di Nisam Tiga (Foto: Humas Pemerintah Aceh)

Share on FacebookShare on Twitter

Prospek taraf hidup petani Aceh sepertinya belum bakal membaik dalam waktu dekat. Sebaliknya, hingga saat ini makin jatuh terpuruk. Mengingat profesi petani digeluti oleh mayoritas rakyat Aceh. Maka indeks kesejahteraan provinsi Aceh, porsi terbesarnya ditentukan oleh petani. Kendati data statistik menunjukkan kabar yang menyedihkan. Petani Aceh menduduki peringkat ke-1 yang termiskin di Sumatera. Serta urutan ke-4 di tingkat nasional. Memilukan.

Di saat yang bersamaan, penerimaan dana otonomi khusus yang diberikan Pemerintah Pusat untuk memacu pembangunan Aceh justru bertambah triliunan rupiah. Dana ini tidak abadi. Namun berakhir di tahun 2027.

Mirisnya, apa yang dialami petani ini hanya “sedikit berbeda” tatkala konflik Aceh masih bergejolak. Dulu tak bebas bertani. Mau menuju kebun dituduh pengecut, jika berjumpa anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Pulang ke kampung disangka pemberontak (bila bertemu pasukan pemerintah). Serba salah. Petani terjepit dari pelbagai sisi. Akibatnya siklus ekonomi jadi terganggu. Pendapatan berkurang. Bahkan tak ada sama sekali. Sekarang tidak. Pulang hingga larut malam pun tak masalah.

Untuk taraf hidup mereka saat ini, masih merupakan kalangan mayoritas yang dibekap kemiskinan. Itu belum termasuk perbandingan antara petani yang memiliki lahan dan yang bekerja di lahan milik orang lain. Juga belum segala biaya persiapan dan alat serta bahan penunjang yang harus dipenuhi petani sebelum memulai aktivitas taninya. Belum termasuk pemasaran hasil panen.

BACAAN LAINNYA

aceHTrend.com

Politik Bendera dan Parlok Bangsamoro di Filipina

20/01/2021 - 07:19 WIB
KIP Aceh menetapkan tahapan Pilkada 2022. Keputusan tersebut dibuat pada Selasa (19/1/2021) di Banda Aceh.

KIP Aceh Tetapkan Tahapan Pilkada 2022

19/01/2021 - 22:08 WIB
Bendera Pemerintah Otonomi Bangsamoro. Foto?ist.

Jalan Tengah untuk Bendera Aceh

19/01/2021 - 16:03 WIB
Usman Lamreung

Diduga Langgar Aturan, Polisi Diminta Usut Proses Hibah APBA untuk 100 Organisasi

19/01/2021 - 12:04 WIB

Kepedihan petani Aceh di bidang tertentu semakin bertambah ketika belum lama ini hasil produksi mereka “dilabel haram” dan tak layak konsumsi. Ini tak sensitif. Waktunya pun tidak tepat. Karena diumumkan tanpa solusi yang berimbang. Usul tanpa “modal” yang memadai untuk memperbaiki kualitas produk petani. Ibarat sekadar cakap, tak bisa bikin. Ada aroma sensasi.

Padahal Islam sejatinya hadir untuk mempermudah kehidupan umat manusia, bukan mempersulit. Memberi solusi, bukan masalah. Mencari jalan keluar, tidak jalan buntu. “Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu” (QS. 2: 185).

Belum lagi secara tak langsung dan mungkin tanpa disadari, malah memihak pada pemodal besar yang kapitalistik. Kelas kapitalis borjuis tentu saja ketiban untung tanpa perlu sibuk mengurus segala hal untuk promosi. Sebab mampu menghasilkan kualitas yang lebih baik melalui mesin-mesin produksi yang mutakhir. Yang petani-petani kecil mustahil memilikinya demi mencari sesuap nasi.

Tidak jadi masalah jika kelas borjuis bertambah. Seperti pengusaha. Karena roda perekonomian pun berputar cepat berkat sumbangsih eksistensi mereka. Lapangan pekerjaan juga bakal bertumbuh. Bahkan untuk memajukan sebuah negara atau pun wilayah, diperlukan sekurang-kurangnya dua persen pengusaha dari keseluruhan jumlah populasi penduduk.

Namun demikian, para petani tetaplah harus diutamakan. Karena ini merupakan profesi dari mayoritas masyarakat Aceh. Jika suatu informasi kemudian menimbulkan ketidakpastian di publik, konsumen pun mulai ragu-ragu membeli produk petani. Indeks kesejahteraan rakyat Aceh ikut serta berada dalam “guncangan”. Implikasinya pun tak main-main dan tentu memusingkan para pejabat pemerintah. Kemiskinan meningkat.

Mengacu pada pernyataan Gerakan Kebangkitan Tani dan Nelayan (Gerbang Tani) provinsi Aceh, yang mengutipnya dari Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh hanya mampu mencapai angka 94,18. Di Sumatera, NTP tertinggi diraih provinsi Lampung. Yang mencapai 105,97. Seharusnya NTP Aceh berada di atas angka 100 agar biaya pengeluaran petani lebih kecil daripada pemasukan. Jika di bawah angka 100, maka petani Aceh masih merugi. Kesejahteraan pun sulit dicapai. (aceh.tribunnews.com, 11/11/2017)

Pendapatan petani pun kadang kala tak menentu. Bisa saja panen gagal akibat cuaca maupun bencana alam. Pemasaran juga tak luput dari masalah. Bisa saja harga jual jauh lebih rendah dibandingkan biaya modal. Memanen pun membutuhkan masa tunggu yang tidak singkat. Dan untuk mengisi pendapatan di masa tunggu, maka para petani ada juga yang beralih profesi. Tukang bangunan, pedagang keliling, buruh lepas, dsb.

Menko Perekonomian Darmin Nasution yang tampil sebagai pembicara di Musyawarah Nasional Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), menyebutkan bahwa petani di Indonesia memiliki tanggungan hidup dan pekerjaan yang lebuh berat dibandingkan menjadi karyawan kantoran. Diperlukan transformasi agar penghasilan petani menjadi lebih baik dan pekerjaannya terfokus. Jika tidak, maka profesi petani bisa-bisa hilang ditelan zaman. Apalagi regenerasi kaum muda terpelajar cenderung menjauhi profesi petani. (finance.detik.com, 16/12/2017)

Khusus di Aceh, kesejahteraan petani sudah menunjukkan “lampu merah”. Bila tidak ada penanganan yang optimal dari pembuat kebijakan, maka pedihnya nasib yang dialami para petani bakal berlanjut seiring waktu berjalan. Untuk itu para pemangku kepentingan (stakeholders) perlu menanganinya secara langsung dan segera, agar petani Aceh mampu hidup lebih sejahtera.

Tag: #Headlineacehnasib petani
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Mahasiswa Nilai Irwandi Yusuf Belum Mampu Bangun Aceh

Selanjutnya

Eks Komisioner KPK Jilid I Sjahruddin Rasul Berpulang

BACAAN LAINNYA

Ahmadi M. Isa.
Celoteh

Generasi Muda Aceh Harus ‘Divaksin’

Kamis, 21/01/2021 - 09:40 WIB
Mukhlis Puna
OPINI

Asal Mula Siswa Berkarakter Berawal dari Guru

Rabu, 20/01/2021 - 11:46 WIB
Ahmad Humam Hamid, Guru Besar Unsyiah.
OPINI

LMC (76): Orang Tua dan Covid-19: Kenapa Harus Serius?

Selasa, 19/01/2021 - 18:48 WIB
aceHTrend.com
OPINI

Digitalisasi di Sekolah, Burukkah?

Senin, 18/01/2021 - 10:52 WIB
Sadri Ondang Jaya. Foto/Ist.

Sadri Ondang Jaya dan Singkel

Sabtu, 16/01/2021 - 23:47 WIB
Ilustrasdi dikutip dari website seni.co.id.
Jambo Muhajir

Kolom: Pelacur

Kamis, 14/01/2021 - 18:47 WIB
Fitriadi.
Artikel

Sekolah Butuh Pemimpin atau Pimpinan?

Rabu, 13/01/2021 - 09:26 WIB
Ilustrasi tewasnya Abrahah dan pasukan gajahnya saat akan menghancurkan Ka'bah / kicknews.today
Pandemi, Sejarah, dan Kebijakan

LMC (75): Era Islam Klasik, Wabah, dan Peradaban

Selasa, 12/01/2021 - 11:16 WIB
Liza Faradilla
OPINI

Kelas Online: Kesenjangan Baru Sosial Ekonomi

Senin, 11/01/2021 - 07:00 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Sjahruddin Rasul (Foto: Dok. www.tokoh.id)

Eks Komisioner KPK Jilid I Sjahruddin Rasul Berpulang

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • Salah satu hasil perundingan damai antara Moro Islamic Liberation Front (MILF) dengan Pemerintah Filipina, adalah lahirnya otonomi. Salah satunya adalah dibenarkannya bendera Bangsamoro berkibar di daerah otonomi tersebut. Foto/Ist kiriman Nur Djuli.

    Rayakan Otonomi, Bendera Bangsamoro Berkibar di Cotabato

    928 shares
    Share 928 Tweet 0
  • KIP Aceh Tetapkan Tahapan Pilkada 2022

    255 shares
    Share 255 Tweet 0
  • Politik Bendera dan Parlok Bangsamoro di Filipina

    16 shares
    Share 16 Tweet 0
  • Asal Mula Siswa Berkarakter Berawal dari Guru

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siswa dari Pesantren Tradisional yang Tidak Memiliki NISN Terancam Dikeluarkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Anggota DPR RI asal Aceh, Nazaruddin Dek Gam
BERITA

Dek Gam Minta KPK Awasi Dana Otsus Aceh

Redaksi aceHTrend
21/01/2021

Wakil Wali Kota Langsa, Dr. H. Marzuki Hamid, MM, saat meninjau lokasi yang terjadi abrasi, Rabu (20/1/2021).
BERITA

Lagi, Pemko Langsa Relokasi 9 KK Warga Gampong Teungoh ke Huntara

Syafrizal
21/01/2021

Ahmadi M. Isa.
Celoteh

Generasi Muda Aceh Harus ‘Divaksin’

Redaksi aceHTrend
21/01/2021

Ketua Pengprov Hapkido Aceh, Amal Hasan berserta Pengurus Hapkido lainnya saat melakukan Audiensi dengan Pengurus Koni Provinsi Aceh pada Rabu 20 Januari 2021 di Gedung Koni Aceh/FOTO/Hapkido.
Olahraga

Hapkido Aceh Bidik PON Papua 2021 dan PON Aceh 2024

Redaksi aceHTrend
20/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.