• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Lagee Toh Aceh Uroenyo : Terima Kasih Tan Sri Sanusi Junid (1943-2018)

Redaksi aceHTrendRedaksi aceHTrend
Senin, 26/03/2018 - 19:20 WIB
di Artikel
A A
aceHTrend.com
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Fahmi M. Nasir*

Setiap kali berjumpa dengan Tan Sri Sanusi Junid, pertanyaan pertama yang keluar dari mulut beliau adalah ‘lagee toh Aceh uroenyoe?’ (bagaimana kondisi Aceh hari ini?).

Saya selalu mencoba untuk menjawab pertanyaan beliau dengan sedikit informasi yang saya tahu baik melalui sumber formal ataupun informal.

Saya tahu pasti, informasi yang saya berikan itu sudah lebih dahulu diketahuinya dari kerabat, sahabat, orang biasa ataupun pejabat baik di Aceh ataupun di mana-mana ada diaspora Aceh yang tiada henti berkomunikasi dengannya.

BACAAN LAINNYA

aceHTrend.com

Pria yang Membunuh Ibu Kandung di Aceh Utara Divonis Penjara Seumur Hidup

21/01/2021 - 16:33 WIB
aceHTrend.com

Politik Bendera dan Parlok Bangsamoro di Filipina

20/01/2021 - 07:19 WIB
KIP Aceh menetapkan tahapan Pilkada 2022. Keputusan tersebut dibuat pada Selasa (19/1/2021) di Banda Aceh.

KIP Aceh Tetapkan Tahapan Pilkada 2022

19/01/2021 - 22:08 WIB
Bendera Pemerintah Otonomi Bangsamoro. Foto?ist.

Jalan Tengah untuk Bendera Aceh

19/01/2021 - 16:03 WIB

Namun tetap saja setiap kali bertemu, pertanyaan itu beliau ajukan.

Mungkin saja pertanyaan ini juga selalu beliau tanyakan kepada semua orang Aceh yang beliau jumpai di mana saja.

Setelah sekian lama mengenali Tan Sri Sanusi Junid, saya menyadari ternyata pertanyaan ini didasari pada besarnya kecintaan beliau kepada Aceh karena darah Aceh mengalir dalam dirinya.

Suatu hari, Tan Sri bercerita kepada kami kecintaan kepada Aceh membuat beliau selalu mencoba melakukan yang terbaik dalam apa jua pekerjaan yang beliau tekuni baik ketika menjadi bankir di Chartered Bank, menjadi anggota Parlemen sepanjang tiga dekade, menjadi Timbalan (Wakil) Menteri, Menteri di berbagai portfolio sepanjang 25 tahun, Menteri Besar Kedah ataupun menjadi Presiden International Islamic University Malaysia (IIUM) tahun 2000-2008.

Kisah dan kiprah Tan Sri dalam dunia politik dan pemerintahan di Malaysia sudah banyak ditulis oleh berbagai media. Begitu juga dengan peran sentralnya dalam mendirikan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) serta mengepalai organisasi pemuda MAYC (Malaysian Association of Youths Club), seperti KNPI di Indonesia, selama 30 tahun. Namun yang belum banyak diketahui oleh orang adalah apa rahasia di balik keberhasilannya itu.

Jejak rekam kesuksesan Tan Sri itu beliau raih dengan kerja keras, jatuh bangun dan perjuangan yang penuh warna. Batapa tidak, Tan Sri masih berumur 12 tahun ketika ayahandanya Junid bin Cut Li meninggal dunia.

Untuk meneruskan hidup setelah ayahnya meninggal dunia, Tan Sri pernah melakoni berbagai pekerjaan mulai dari tukang cuci piring di warung kopi, mencuci mobil, anak bola tenis, assisten pramugolf, pramugolf, tukang masak, berjualan di setiap hari pekan di Yan, Kedah.

Tan Sri bercerita bahwa sebelum meninggal, ayahnya berpesan supaya Tan Sri belajar menulis cepat dan ringkas, mengetik, memasak sekurang-kurangnya dua jenis masakan, main tenis dan golf dengan menjadi anak bola tenis dan pramugolf terlebih dahulu.

Ayahnya juga berpesan kalau ingin naik kapal terbang secara gratis maka hendaklah belajar dengan rajin. Ayahnya melanjutkan bahwa manusia itu cenderung suka kepada pangkat dan jabatan tapi tidak suka bekerja, maka jika anakanda Sanusi ingin mempunyai banyak kawan, maka anakanda perlulah memilih kerja dan tidak mengejar pangkat dan jabatan.

Itulah sebabnya saya belajar menulis cepat dan ringkas serta mengetik di Commercial School di depan rumah sakit di Kuala Kangsar, Perak dan sebelumnya menjadi asisten pramugolf di Sungai Petani, Kedah dan menjadi anak bola tenis ketika guru bermain tenis, selain sesekali mencuci mobil guru untuk mendapatkan sedikit uang saku, kata Tan Sri dengan mata berbinar mengingat masa kecilnya itu.

Karena menjadi pramugolf untuk Charles Mc Gregor, Manager Chartered Bank Ipoh, maka saya akhirnya berpeluang magang dan seterusnya bekerja dalam bank di Seremban tahun 1963 dalam usia 20 tahun, Tan Sri melanjutkan kisahnya.

Ketika melanjutkan kuliah di London, Tan Sri mencari penghasilan tambahan dengan menjual catatan isi kuliah kepada mahasiswa-mahasiswa lain. Isi kuliah dari semua dosen, beliau tulis dengan cepat, lalu beliau ketik dan perbanyak. Ini bisa beliau lakukan karena kecepatannya menulis dan mengetik jauh di atas rata-rata.

Ketika kuliah di Hamburg pula, Tan Sri di hujung minggu memasak dan menjualnya kepada orang orang-orang Jerman yang ingin memakan Makanan Eksotik Asia yang dipromosikan oleh Tan Sri melalui pamflet yang beliau sebarkan di sana.

Sekembalinya ke Malaysia setelah menyelesaikan studi di Jerman, Tan Sri melanjutkan pekerjaannya sebagai bankir di Chartered Bank.

Ketika bekerja di Chartered Bank, pada awal tahun 1970an Tan Sri menjalankan skim pinjaman kredit mikro sebesar RM50 juta untuk 25,000 petani padi di Kedah. Skim yang yang sama juga beliau jalankan untuk 3,000 penarik beca di Kota Bharu, Pasir Mas dan Pasir Putih Kelantan. Kredit yang sama beliau berikan untuk 1,000 orang pekebun kelapa di Jenjarom dan Sijangkang yang merupakan wilayah di negeri Selangor. Suatu hal yang menarik untuk disimak adalah sistem kredit mikro ini Tan Sri jalankan bahkan sebelum Grameen Bank diinisiasi oleh Muhammad Yunus di Bangladesh pada tahun 1976.

Dalam berbagai kesempatan Tan Sri juga menarasikan beberapa pengalaman beliau bersama Teungku Muhammad Daud Beureueh. Kebetulan isteri Tan Sri Sanusi adalah cucu Abu Beureueh. Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah ketika Abu Beureueh sedang sakit menjelang akhir-akhir hayatnya.

Ketika itu Abu Beureueh sering jatuh pingsan, begitu ia terjaga terus saja menanyakan, Pat Sanusi? (Di mana Sanusi?), lalu beliau bertanya lagi, Pat Ina? (Di mana Ina? Sanusi yang beliau maksudkan adalah Tan Sri Sanusi Junid, sedangkan Ina adalah cucunya yang bernama Nila Inangda Manyam Keumala yang merupakan isteri Sanusi.

Hal ini terjadi berulang-ulang sehingga akhirnya pihak keluarga mengambil inisiatif untuk segera memberitahukan peristiwa ini pada Tan Sri Sanusi.

Tan Sri Sanusi yang ketika itu sudah menjadi salah seorang Menteri di Malaysia segera berangkat ke Aceh bersama-sama isterinya untuk berjumpa Abu Beureueh.

Begitu Abu Beureueh bertanya Pat Sanusi?, Tan Sri Sanusi terus menggenggam tangan Abu Beureueh seraya berkata, Nyoe Pat Sanusi, Abusyiek (Ini Sanusi, Abusyiek). Lalu Abu Beureueh bertanya lagi, Pat Ina? Lalu Nila Inangda Manyam Keumala pun terus memegang erat tangan kakeknya Abu Beureueh seraya berkata, Nyoe Ina, Abusyiek (Ini Ina, Abusyiek). Abu Beureueh pun terus berpesan pada Tan Sri Sanusi, Sanusi, tulong puwoe Quran u Aceh (Sanusi, tolong bawa pulang Quran ke Aceh).

Pesan ini disebut oleh Abu Beureueh berkali-kali. Tan Sri Sanusi pun mengiyakan pesan tersebut dan berjanji untuk membawa pulang Al-Quran ke Aceh.

Pesan Abu Beureueh, menurut Tan Sri Sanusi Junid, tentunya memiliki makna yang dalam. Di Aceh waktu itu sudah tentu banyak sekali dijumpai Al-Quran hampir di setiap rumah penduduk Aceh. Ulama-ulama di Aceh waktu itu juga sudah banyak sekali dan rata-rata mereka memiliki pondok pesantren tempat mereka mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada murid-murid yang belajar di sana.

Sudah pasti, pesan Abu Beureueh tidak boleh difahami secara tekstual yaitu dengan membawa salinan naskah Al-Quran ke Aceh dalam jumlah yang besar. Akan tetapi pesan Abu Beureueh ini haruslah kita lihat secara kontekstual di mana beliau mengajak orang Aceh untuk belajar dan mengamalkan isi dan pedoman yang sudah diberikan oleh Allah kepada kita di dalam Al-Quran.

Menurut Tan Sri, sepanjang hidupnya beliau mencoba untuk terus mengamalkan pesan yang diberikan oleh ayahnya itu. Kemudian beliau juga terus mencoba untuk mengikuti amanah Abu Beureueh semampu beliau.

Itulah sebabnya sepanjang hidupnya Tan Sri selalu memberikan perhatian yang sangat besar kepada Aceh dan mengulurkan bantuan, sebatas yang beliau mampu, kepada orang Aceh terutama kepada mereka yang tinggal di Malaysia.

Salah satu pesan Tan Sri yang selalu diulang-ulangnya di berbagai kesempatan adalah mengajak kita untuk mengamalkan nilai-nilai murni seperti amanah, berani, disiplin, rajin dan setia dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pada pagi Jumat, 9 Maret 2018, Tan Sri Sanusi Junid yang baru selesai berwudlu dan menanti azan subuh untuk menunaikan shalat telah menghembuskan nafasnya yang terakhir di kediamannya di Bukit Pantai, Bangsar. Tokoh kelahiran Yan, Kedah pada 10 Juli 1943 dari pasangan suami isteri Junid bin Cut Li dan Juairiah binti Nyak Osman itu meninggalkan seorang isteri Puan Sri Nila Inangda Manyam Keumala dan tujuh orang anak mereka.

Meninggalnya Tan Sri adalah sebuah kehilangan besar untuk kita. Bahkan tokoh sekaliber Tun Mahathir Mohamad pun merasa sangat sedih dengan meninggalnya sahabatnya yang setia itu. Tidak heran kalau Tun Mahathir adalah di antara orang yang paling awal datang menziarahi keluarga Tan Sri sesaat setelah Tan Sri berpulang ke rahmatullah.

Kini Tan Sri memang telah tiada, namun semangat dan teladan yang diberikannya masih dapat kita ikuti paling tidak dalam cara mencintai Aceh dengan menjadikan cinta kepada Aceh itu sebagai pemicu untuk kita bekerja dan berkarya untuk mempersembahkan yang terbaik dalam apa jua bidang yang kita tekuni.

Mudah-mudahan kita generasi penerus di Aceh dapat mengikuti jejak Tan Sri Sanusi yang sudah mengharumkan nama Aceh di persada Malaysia khususnya.[]

*Penulis adalah pendiri Pusat Studi dan Konsultasi Wakaf Jeumpa D’Meusara (JDM) & Mahasiswa S3 Konsentrasi Tata Kelola dan Hukum Wakaf pada Fakultas Hukum International Islamic University Malaysia). Email: fahmi78@gmail.com

Tag: #Headline
ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

Akbar Tanjung Tutup Advance Training BADKO HMI Aceh

Selanjutnya

Mualem : Kader Yang Membelot Akan Ditindak Tegas

BACAAN LAINNYA

Mukhlis Puna
OPINI

Asal Mula Siswa Berkarakter Berawal dari Guru

Rabu, 20/01/2021 - 11:46 WIB
aceHTrend.com
OPINI

Digitalisasi di Sekolah, Burukkah?

Senin, 18/01/2021 - 10:52 WIB
Sadri Ondang Jaya. Foto/Ist.

Sadri Ondang Jaya dan Singkel

Sabtu, 16/01/2021 - 23:47 WIB
Fitriadi.
Artikel

Sekolah Butuh Pemimpin atau Pimpinan?

Rabu, 13/01/2021 - 09:26 WIB
Liza Faradilla
OPINI

Kelas Online: Kesenjangan Baru Sosial Ekonomi

Senin, 11/01/2021 - 07:00 WIB
Syamsiah Ismail.

Etos Kerja ala Pengawas Sekolah 4.0

Rabu, 06/01/2021 - 13:18 WIB
Tgk Angkasah
OPINI

Membentuk Karakter Siswa Selama Pandemi

Selasa, 05/01/2021 - 10:15 WIB
Munawir Abdullah
Artikel

Apa yang Harus Dikritisi dari Qanun LKS?

Senin, 04/01/2021 - 11:21 WIB
Mukhsinuddin,  S .Ag., M.M.
OPINI

Refleksi HAB Ke-75: Meneguhkan Indonesia Rukun

Minggu, 03/01/2021 - 07:00 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Muzakir Manaf atau Mualem (Foto: aceHTrend/FCS)

Mualem : Kader Yang Membelot Akan Ditindak Tegas

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • aceHTrend.com

    Siswa dari Pesantren Tradisional yang Tidak Memiliki NISN Terancam Dikeluarkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komisi VI DPRA Minta Anggaran Rp3,5 Triliun di Dinas Pendidikan Aceh Tepat Sasaran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waroeng Melayu Abdya Resmi Dibuka, Pemesanan Bisa Melalui Aplikasi Lapak Baroe

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mantan Menteri Rokhmin Dahuri Dorong USK Menjadi Kampus Berbasis Riset

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pria yang Membunuh Ibu Kandung di Aceh Utara Divonis Penjara Seumur Hidup

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Sekda Abdya, Drs. Thamrin. @aceHTrend/Masrian Mizani
BERITA

Sekda Abdya: Penerapan E-Kinerja Tingkatkan Kesejahteraan Pegawai 

Masrian Mizani
22/01/2021

Ilustrasi
LIFE STYLE

Kenaikan Listrik Selama WFH Bisa Ditekan, Begini Caranya

Redaksi aceHTrend
22/01/2021

Ilustrasi
BERITA

Dinkes Banda Aceh Buka Penerimaan Tenaga Kontrak, Ini Syaratnya

Redaksi aceHTrend
22/01/2021

aceHTrend.com
BERITA

Prajurit TNI Bantu Mantan Kombatan dan Korban Konflik di Aceh Utara

Mulyadi Pasee
21/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.