ACEHTREND.CO,Lhokseumawe-Elemen sipil yang peduli pada penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) bersama masyarakat korban tragedi pembantaian di Simpang Kertas Kraft Aceh (KKA), menggelar aksi setiap 3 Mei, ini untuk mengenang peristiwa berdarah yang dilakukan oleh tentara Republik Indonesia terhadap rakyat Aceh pada 3 Mei 1999.
Kamis pagi (3/5/2018) puluhan keluarga korban tragedi Simpang KKA hanyut dalam doa dan zikir bersama dalam rangka mengenang Tragedi Simpang KKA ke 19 tahun, yang digelar di Dusun Simpang KKA, Gampong Paloh Lada, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.
Ketua Forum Keluarga Korban Kekerasan Tragedi Simpang KKA (FK3T-SP.KKA) Murtala mengatakan sampai saat ini Kejaksaan Agung juga belum menyelesaikan permasalah pelanggaran HAM yang ada di Aceh. Padahal Komanas HAM sudah menyerahkan berkas tersebut sejak 2016 lalu.
Menurut Murtala, kejahatan aparat negara di Aceh, termasuk di dalamnya tragedi Simpang KKA, merupakan sebuah peristiwa besar tragedi kemanusiaan di Aceh saat perang bersenjata antara RI dan GAM.
“Maka itu, harapan kami laporan itu BAP yang sudah dilakukan pada korban dan kepada keluarga korban sudah diserahkan ke Kejaksaan Agung dan DPR RI. Sebenarnya kasus pelanggar HAM ini sudah selesai, namun sampai saat ini juga belum ada titik terang, kami menilai pemerintah tak peduli dengan nasip pelanggar HAM yang menuntut keadilan,” kata Murtala.
Kegiatan itu dihadiri Wakil Bupati Aceh Utara Fauzi Yusuf, Anggota DPRK Aceh Utara Tgk Junaidi, Ketua PMI Lhokseumawe Junaidi Yahya, para Penggiat LSM, anggota Polri dan TNI, BEM Fakultas Pertanian Unimal dan HMI Cabang Lhokseumawe-Aceh Utara.
Kronologi Tragedi
Dikutip dari Okezone, tragedi tersebut dimulai dari berkembang kabar mengenai hilangnya anggota TNI dari Kesatuan Den Rudal 001/Pulo Rungkom pada tanggal 30 April 1999. Dalsm Miller, Michelle Ann (2008). Rebellion and Reform in Indonesia: Jakarta’s Security and Autonomy Policies in Aceh. Routledge. hlmn. 36–37. ISBN 9781134051212. Diakses tanggal 3 Mei 2014, disebutkan,anggota tersebut diklaim menyusup ke acara peringatan 1 Muharam yang diadakan warga desa Cot Murong. Dalam “Aceh for Beginners” disebutkan, Klaim ini diperkuat oleh kesaksian warga yang sedang mempersiapkan acara ceramah magrib tersebut.
Pasukan militer Detasemen Rudal menanggapi hilangnya anggota tersebut dengan melancarkan operasi pencarian masif yang melibatkan berbagai satuan, termasuk brigadir mobil (Brimob). Saat melakukan penyisiran di desa, aparat melakukan penangkapan terhadap sekitar 20 orang lalu melakukan aksi kekerasan. Para korban mengaku dipukul, ditendang, dan diancam oleh aparat. Warga desa kemudian mengirim utusan ke komandan TNI setempat untuk bernegosiasi. Komandan TNI berjanji aksi ini tidak akan terulang lagi. (Sumber:14 tahun Peristiwa Simpang KKA Aceh”. KontraS Aceh)
Tanggal 3 Mei 1999, satu truk tentara memasuki desa Cot Murong dan Lancang Barat, tetapi diusir oleh masyarakat setempat. Warga desa yang berunjuk rasa bergerak ke markas Korem 011 untuk menuntut janji yang diberikan komandan sehari sebelumnya. Pada siang hari, pengunjuk rasa berhenti di persimpangan Kertas Kraft Aceh, Krueng Geukueh, yang lokasinya dekat dengan markas Korem, kemudian mengirimkan lima orang untuk berdialog dengan komandan. Ketika dialog sedang berlangsung, jumlah tentara yang mengepung warga semakin banyak, dan warga pun melempar batu ke markas Korem 011 dan membakar dua sepeda motor.(Sumber: Aceh for Beginner) Setelah itu, dua truk tentara dari Arhanud yang dijaga Detasemen Rudal 001/Lilawangsa dan Yonif 113/Jaya Sakti datang dari belakang dan mulai menembaki kerumunan pengunjuk rasa. (Sumber: Public Commemoration for Victims of the Aceh Conflict”. Fabian Junge)
Setelah insiden Dewantara, beberapa kantong berisi mayat yang diberi pemberat batu ditemukan di dasar sungai. Pola pembuangan mayat ini diduga mengikuti pola yang diterapkan pada insiden sebelumnya di Idi Cut.(Sumber: Aceh for Beginner)
46 orang tewas dalam pembantaian itu, 20 orang hilang dan 156 orang luka-luka. Hingga kini, keluarga korban terus menuntut keadilan negara, setiap tahun mereka menggelar aksi menolak lupa di Simpang KKA.