ACEHTREND.CO, Banda Aceh- Uni Eropa bersama pelaksana program melalui Support to Indonesia’s Climate Change Response-Technical Assistance Component (SICCR-TAC), memberikan kompensasi karbon untuk tanam pohon di Gedung Wali Naggroe.
“Ini bagian dari komitmen proyek SICCR-TAC yang didanai oleh Uni Eropa dalam merespon perubahan iklim, yang menarik adalah pohon yang ditanami itu adalah hasil dari kompensasi dari aktivitas proyek sejak tahun 2016, misalnya hasil dari emisi transportasi yang dilakukan, seperti penerbangan para Staf, Mitra seperti dinas terkait, kementerian, balai dan lain-lain,” kata Fahmi Yunus dari Communication dan Awareness Raising, SICCR-TAC Aceh, saat ditanyai aceHTrend, Rabu (9/5/2018).
Pihaknya saat ini sedang menghitung berapa total emisi yang telah dihasilkan, dan berapa pohon yang harus ditanam, dengan menggunakan rumusnya. Ini pertama kali kegiatan kompensasi emisi melalui penanamam pohon.
“Tapi kalo penanaman pohon yang biasa udah sering secara personal, kalau penanaman terkait kompensasi emisi baru ini,” katanya.
Ditanya soal kompensasi karbon dari negara penghasil karbon dunia, yang di tuju kepada pemilik pohon, “Kalau itu setau saya gak ada, karena program SICCR-TAC lebih kepada meningkatkan kapasitas SDM dinas, Kementrian seperti DLHK,” jelasnya.
Ia menambahkan, SICCR-TAC adalah nama proyek yang didanai oleh Uni Eropa, dalam pelaksanaannya proyek ini bermitra dengan Pemerintah Aceh melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) sementara untuk tingkat pusat, dengan Kementerian LHK, khususnya direktorat perubahan iklim. Program SICCR-TAC adalah peningkatan kapasitas untuk aparatur pemerintahan di lembaga-lembaga tersebut, seperti KPH yang ada di Aceh. Selain itu mereka juga melakukan pelatihan kepada PPNS, pelatihan Dynamic Agroforestry kepada petani.
“Tadi pagi pihak SICCR-TAC yang didukung oleh Uni Eropa bersama DLHK dan Lembaga Wali Nanggroe mengadakan penanaman 64 pohon secara simbolis sebagai bentuk kompensasi dari emisi,” jelasnya.
Ia melanjutkan, berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus carbon footprints, proyek ini diharapkan dapat memberikan kompensasi penanaman pohon sebanyak 6.710 batang. Jumlah tersebut berdasarkan emisi yang dihasilkan yaitu sebesar 147,615 metric ton CO2.
“Perhitungan tersebut mengalkulasi perjalanan tugas atau transportasi yang dilakukan dengan menggunakan jasa penerbangan sejak tahun 2016 hingga 2018 dengan total jarak tempuh 949.272 mil,” katanya. []