• Tentang kami
  • Redaksi
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
aceHTrend.com
  • HOME
  • SYARIAH
    • MESJID
  • BERITA
    • POLITIK
    • HUKUM
    • DUNIA
  • WAJAH ACEH
    • WISATA
  • LIFE STYLE
    • HIBURAN
  • SPESIAL
    • BUDAYA
  • OPINI
    • ARTIKEL
    • RESAM
  • EDITORIAL
  • LIPUTAN KHUSUS
  • BUDAYA
  • SOSOK
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
aceHTrend.com
Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil

Fiqih Sosial, Solusi Damai Menyikapi Keberagaman

Taufik Ar RifaiTaufik Ar Rifai
Jumat, 29/06/2018 - 04:56 WIB
di OPINI
A A
Ilustrasi

Ilustrasi

Share on FacebookShare on Twitter

BACAAN LAINNYA

Munzami HS. [Ist]

Lebih 1,9 Triliun Rupiah Dana Bansos di Dalam APBA 2020 Dikelola Secara Tidak Jelas

18/01/2021 - 01:09 WIB
Dian Saputra. Mahasiswa asal Singkil.

Catatan Kecil tentang Singkil

17/01/2021 - 23:45 WIB
aceHTrend.com

Gas dan Lumpur Menyembur Setinggi 6 Meter, Warga Ranto Peureulak Panik

17/01/2021 - 23:08 WIB
Marzuki Yusuf. Ketua Ikatan Masyarakat Juli (Ikmali) Banda Aceh. Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.

Pengurus Ikatan Masyarakat Juli di Banda Aceh Gelar Maulid

17/01/2021 - 19:46 WIB

Oleh:  Furqan*

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kedamaian. Dalam Alquran digambarkan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin (rahmat bagi sekalian alam). Kehadirannya berdampak positif bagi kebaikan manusia dan alam sekitar. Kesalahan dalam memahami ajaran Islam akan membuat islam hilang dari nilai-nilai kesejatian yang terkandung di dalamnya. Tidak dapat dipungkiri akhirnya Islam yang dipahami dengan cara yang menyimpang apalagi dilengkapi dengan kepentingan individual, kelompok maupun ras akan membuat Islam bukan sebagai inspirasi tetapi berubah menjadi pembenar teradap setiap tindakan negatif. Hal ini karena Islam dipahami fari sudut kepentingan subjektif bukan dari kepentingan ummat yang duharuskan dalam ajaran Islam itu sendiri.

Penulis mengajak pembaca untuk melihat Islam sebagai agama pembawa kedamian tanpa menggunakan cara kekerasan. Tepatnya Islam dengan wajah yang lebih menghargai hak-hak manusia dalam menjalankan keyakinannya dan Islam yang bersifat universal untuk memberi jawaban atas segala permasalahan yang sedang terjadi sehingga islam menjadi rahmatan lil’alamin.

Ada 3 hal yang akan penulis uraikan secara singkat dalam tulisan ini, yaitu: fiqh sosial, manusia dan kebenaran, dan bagaimana menyikapi perbedaan dan intoleransi termasuk langkah apa yang harus dilakukan supaya sikap toleransi menjadi nilai suci yang diyakini oleh setiap sekte dalam Islam.

Fiqh Sosial

Fiqh sosial adalah sebuah jawaban yang dihasilkan oleh para ulama NU dalam menjawab setiap pengembangan zaman. Ulama NU mencoba melahirkan paradigma baru dalam memahami fiqh sebagai penentuan hukum dalam setiap tindakan umat muslim. Di sini NU menawarkan sebuah evolusi dari fiqh bermazhab qauli ke fiqh bermazhab manhaji. Sebelumnya fiqh qauli yang dikembangkan dilakukan dengan melakukan konstektualiasi kitab kuning atau melalui pengembangan contoh-contoh aplikasi kaidah-kaidah  ushul fiqh maupun qawa’id  al-fiqqiyah. Sedangkan secara manhaji, pengembangan fiqh dilakukan dengan cara pengembangan teori masalik al’illat  agar fiqh yang dihasilkan sesuai dengan mashalah al’ammah. (KH.MA.Sahal Mahfudh:xxvi)

Adapun ciri-ciri fiqh sosial,yang dihasilkan dari serangkain halaqah Nu bekerja sama dengan RMI dan P3M,yaitu :(KH.MA.Sahal Mahfudh:xxvi) :

  1. Interpretasi teks-teks fiqih secara kontekstual
  2. Perubahan pola bermazhab dari mazhab secara kontekstual (mazhab qauli) ke mazhab secara metodelogis (mazhab manhaji)
  3. Verifikasi mendasar mana ajaran yang pokok (ushul) dan mana yang cabang (furu’)
  4. Fiqh dihadirkan sebagai etika sosial,bukan hukum positif  negara
  5. Pengenalan metodologi pemikiran filosofis,terutama dalam masalah budaya dan sosial.

Abu Yasid mengutip pendapat  Asy-Syathibi (W.790 H) dalam karyanya al-Muwafaqat mengatakan bahwa “Disyari’atkannya  ajaran agama islam tidak lain hanyalah untuk memelihara ke-mashalahat-an umat manusia di dunia dan akhirat”.

Sehingga dengan fiqh sosial yang bernuansa manhaji, tidak dilihat sebagai alat ukur untuk mengukur kebenaran ortodoksi tetapi juga harus diartikan sebagai alat membaca realitas social untuk kemudian mengambil sikap dan tindakan tertentu atas realitas sosial tersebut ( KH.MA.Sahal Mahfudh:iii). Hukum yang terlahir nantinya diharapkan akan sesuai dengan maqashid syariah (tujuan syariah) yaitu perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan dan harta dan pada akhirnya Islam akan hadir sebagai rahmatan lil’alamin

Manusia dan Kebenaran

Dalam surat Al-hujarat  ayat 13  Allah berfirman :”Hai manusia,sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah oraang yang paling bertakwa.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Keberagaman adalah sunnatullah yang tidak bisa dipungkiri dan harus diimani.Jika kita menolak berarti kita menolak ciptaan-Nya, itu juga berarti Allah SWT telah lupa memberitahukan pada manusia tentang keberagaman yang diciptakannya.Padahal Allah SWT sangat jauh dari sifat lupa dan tentunya kita telah mengetahui bahwa firman Allah bisa dalam bentuk tersurat berupa wahyu dan tersirat berupa hukum alam dan realitas yang sedang terjadi.Ini menjadi tugas kita sebagi khalifatul al’ardhi untuk menggunakan kedua firmannya baik yang tersurat maupun tersirat dalam menformulasikan tatanan kehidupan yang damai,dengan kata lain tatanan sosial yang bersifat rahmatan lil’alamin.

Manusia punya sudut pandang yang berbeda dalam mendeskripsikan kebenaran itu sendiri. Sudut pandang itu selalu terbentuk dari pengalaman hidup, dan kecenderungan hati atau Gus Dur sering menyebutnya dengan keyakinan. Dan pengalaman hidup bisa berbeda karena perbendaan tempat, waktu, dan latar belakang pendidikan.

Dalam perkembangan sejarah pemikiran Islam, kita mengenal dengan ahli hadis yang diwakili oleh Imam Maliki di Madinah dan Ahli Ra’yu diwakili oleh Imam Hanafi di Irak. Kontruks pemikiran beliau memiliki perbedaan yang signifikan karena perbedaan latar pendidikan dan tempat. Begitu juga Imam Syafie melahirkanqaul qadim dan qaul jadid karena perbedaan tempat dan waktu.

Berdasarkan pengalaman, penulis melihat perbedaan pendeksripsian kebenaran oleh setiap manusia. Ada orang yang mendeskripsikan kebenaran jika agama atau sebuah sekte memiliki pemikiran yang cinta damai, sehingga sekte yang mewakili kebenaran yang ia yakini akan menjadi pilihan hidupnya.

Ada yang menggambarkan kebenaran agama atau sekte sebagai jalan hidup yang rasional tanpa berdasarkan dogma,dalam islam ada sekte yang disebut ingkar sunnah (ingkar hadis),dimana setiap ajaran Alquran harus dikonfirmasi terlebih dahulu kepada hukum alam (nature law), sehingga Rasullullah yang bernama Muhammad SAW tidak bisa diterima sebagai nabi dan tidak bisa naik saksi atau syahadat keatas nya, karena bagaimana sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi kita harus meyakininya,begitu juga dengan adanya azab kubur,surga dan neraka. Jadi apapun yang Alquran katakan tentang kebenaran, itu harus hadir dan dapat dikonfirmasi di zaman sekarang (present tense).

Ada juga yang mendeksripsikan kebenaran berdasarkan kemampuan seorang tokoh keagamaan (yang taat melakukan ibadah) dalam melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan manusia atau khariqul ‘adah. Sehingga setiap ajaran yang bisa menyampaikan seseorang kepada hal tersebut dianggap benar.

Oleh karena itu, kebenaran pada dasarnya bukan hanya bergantung pada rasionalitas semata tetapi juga melibatkan unsur pengalaman dan keyakinan yang mempengaruhi pemikiran manusia. Sehingga dalam salah satu qoute yang sering dilontarkan oleh psikolog Dale Carnegie, pengarang buku How to win friends and influence people bahwa “manusia bukanlah makhluk logika tetapi makhluk emosional”.

KH.Abdurrahman Wahid atau yang kerap disapa Gus dur juga menyadari akan kompleksitas manusia.Dalam  sebuah artikel berjudul Islamku Islam Anda dan Islam Kita, Gus Dur menulis urgensinya dalam mendeksripsikan Islam kita karena selama ini kita sibuk dengan pertentangan  antara Islamku dan Islam Anda, sehingga jarang sekali sampai pada titik temu yang melahirkan Islam kita.

Islamku yang dimaksud Gus Dur adalah islam yang berdasarkan pengalaman dan keyakinan pribadi seseorang sehingga tidak bisa dipaksakan kepada orang lain yang mempunyai pengalaman dan keyakinan yang berbeda,selanjutnya disebut dengan Islam anda.Sedangkan Islam kita adalah sebuah bentuk integrasi yang melahirkan sebuah visi dan misi bagi seluruh kaum muslimin. Menurut Gus Dur, Islam kita sulit dicapai karena setiap sekte selalu memaksakan penafsirannya Islam kita versi mereka sendiri.

Menyikapi perbedaan dan Intoleransi

Di atas penulis sudah menguraikan bagaimana setiap manusia menentukan kebenaran sebuah ajaran agama,masing-masing manusia mempunyai deskripsi tersendiri tentang kebenaran yang diyakini.Dengan demikian,untuk menyatukan persepsi tentang sebuah kebenaran sangatlah sulit bahkan mustahil.

Dalam islam perbedaan dalam furu’iyah (cabang) dibenarkan tetapi perbedaan dalam hal ushul (pokok) atau akidah tidak diperbolehkan. Selama masih dalam konteks perbedaan furu’iyah, seyogyanya setiap umat Islam harus saling menghargai.

Sikap intoleran bisa terjadi karena dua hal,pertama karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan perbedaan yang sedang dihadapi. Ini bisa diatasi dengan memperkuat pemahaman masayarakat dengan memberikan akar perbedaan pendapat dan bagaimana pandangan fiqh dalam menyikapi masalah furu’iyah tersebut.Misalnya perbedaan dalam  talaffuz niat,menjaharkan bismillah pada pembacaan al-fatihah,masyarakat harus dijelaskan kenapa sebagian kaum muslimin melakukannya dan sebagian lagi tidak melakukannya.

Jika perbedaan yang terjadi menyangkut dengan ushul (pokok) atau akidah.Ada dua cara yang wajib dilakukan,pertama membuka forum dialog untuk menentukan pendapat mana yang paling benar, kedua jika hal ini tidak membuahkan hasil,langkah selanjutnya yang harus dilakukan, yaitu:

  1. Masing-masing pemuka agama harus bersatu dalam mengembangkan fiqh sosial yang mengatur bagaimana cara menghargai mereka yang berbeda secara ushul.
  2. Pola dakwah seperti apa yang bisa diterapkan sehingga tidak menimbulkan perselisihan yang berujung pada tindakan anarkis termasuk pemilihan kata dan intonasi yang digunakan setiap pendakwah atau pemuka agama.
  3. Menekankan nilai-nilai toleransi dalam setiap ceramah atau pengajian,apalagi saat menyampaikan perbedaan-perbedaan yang tidak mungkin disatukan.

Tindakan intoleran bisa disebabkan oleh pemuka agama yang mempunyai pemikiran intoleran, artinya membolehkan melakukan hal yang ekstrem terhadap pihak yang berlawanan. Untuk penyebab jenis ini setiap pemuka agama yang terindikasi memiliki sikap intoleran harus, dibuka forum dialog dan diskusi ilmiah untuk meluruskan pemahaman yang keliru sehingga kita bisa bersama-sama menciptakan suasana yang kondusif tentunya ini akan mencerminkan islam yang rahmatan lil’alamin. Tetapi jika cara ini juga tidak berhasil,pemerintah selaku pengayom masyarakat dan para ulama yang sudah setuju untuk lebih toleran dalam menyikapi perbedaan baik furu’iyah maupun ushul harus mengambil tindakan tegas dengan pemberian hukuman sesuai dengan ketetapan hukum yang telah disepakati.[]

*Penulis adalah mahasiswa semester 6 IAI Almuslim, Jurusan Perbankan Syariah

ShareTweetPinKirim
Sebelumnya

NasDem Aceh Utara Optimis Peroleh 12 Kursi DPRK di Pileg 2019

Selanjutnya

Sidang Interpelasi DPRA, Dari Hana Fee Hingga Istri Siri Irwandi

BACAAN LAINNYA

Sadri Ondang Jaya. Foto/Ist.

Sadri Ondang Jaya dan Singkel

Sabtu, 16/01/2021 - 23:47 WIB
Ilustrasdi dikutip dari website seni.co.id.
Jambo Muhajir

Kolom: Pelacur

Kamis, 14/01/2021 - 18:47 WIB
Fitriadi.
Artikel

Sekolah Butuh Pemimpin atau Pimpinan?

Rabu, 13/01/2021 - 09:26 WIB
Ilustrasi tewasnya Abrahah dan pasukan gajahnya saat akan menghancurkan Ka'bah / kicknews.today
Pandemi, Sejarah, dan Kebijakan

LMC (75): Era Islam Klasik, Wabah, dan Peradaban

Selasa, 12/01/2021 - 11:16 WIB
Liza Faradilla
OPINI

Kelas Online: Kesenjangan Baru Sosial Ekonomi

Senin, 11/01/2021 - 07:00 WIB
Sayuti.
Celoteh

Reshuffle Kabinet dan Kemenangan Nalar

Sabtu, 09/01/2021 - 11:15 WIB
Zulfadhli Kawom. [Ist]

Lheuh keu Saman Gop

Jumat, 08/01/2021 - 15:46 WIB
Syamsiah Ismail.

Etos Kerja ala Pengawas Sekolah 4.0

Rabu, 06/01/2021 - 13:18 WIB
Tgk Angkasah
OPINI

Membentuk Karakter Siswa Selama Pandemi

Selasa, 05/01/2021 - 10:15 WIB
Lihat Lainnya
Selanjutnya
Wakil Gubernur Aceh NOva Iriansyah, ketika menjawab sejumlah pertanyaan dari anggota DPRA pada sidang Hak Interpelasi DPRA, Kamis (28/6/2018). Foto: Taufik Ar-Rifai.

Sidang Interpelasi DPRA, Dari Hana Fee Hingga Istri Siri Irwandi

Komentar

Kolomnis - Ahmad Humam Hamid
  • aceHTrend.com

    Gas dan Lumpur Menyembur Setinggi 6 Meter, Warga Ranto Peureulak Panik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • GeRAK Aceh: Hibah APBA untuk 100 Organisasi Bertentangan dengan Permendagri 39 Tahun 2020

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wali Nanggroe Kunjungi Kawasan Wisata Ulee Lheue, Ini Komentarnya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ustad Masrul Aidi, Lc: Menikah di Rumah Lebih Berkah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengurus Ikatan Masyarakat Juli di Banda Aceh Gelar Maulid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikatan Guru Indonesia

UPDATE TERBARU

Munzami HS. [Ist]
Politik

Lebih 1,9 Triliun Rupiah Dana Bansos di Dalam APBA 2020 Dikelola Secara Tidak Jelas

Muhajir Juli
18/01/2021

Dian Saputra. Mahasiswa asal Singkil.
MAHASISWA MENULIS

Catatan Kecil tentang Singkil

Redaksi aceHTrend
17/01/2021

aceHTrend.com
Daerah

Gas dan Lumpur Menyembur Setinggi 6 Meter, Warga Ranto Peureulak Panik

Syafrizal
17/01/2021

Marzuki Yusuf. Ketua Ikatan Masyarakat Juli (Ikmali) Banda Aceh. Foto/aceHTrend/Muhajir Juli.

Pengurus Ikatan Masyarakat Juli di Banda Aceh Gelar Maulid

Muhajir Juli
17/01/2021

  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak kami
  • Kebijakan Privasi
  • Sitemap
Aplikasi Android aceHTrend

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.

Tidak Ditemukan Apapun
Lihat Semua Hasil
  • HOME
  • BERITA
  • BUDAYA
  • EDITORIAL
  • LIFE STYLE
  • LIPUTAN KHUSUS
  • MAHASISWA MENULIS
  • OPINI
  • SPECIAL
  • SYARIAH
  • WISATA

© 2015 - 2020 - PT. Aceh Trend Mediana.