ACEHTREND.COM, Banda Aceh – Harga sawit di Aceh mengalami penurunan yang sangat drastis, dari sebelumnya Rp 1. 400 per kg menjadi Rp 1.000 per kg. Lebih miris lagi, petani sawit terpaksa harus menjual tandan buah segar (TBS) ke agen dengan harga Rp 700 per kg.
Mengetahui hal tersebut, Anggota DPD RI Perwakilan Aceh, Rafli Kande, mengaku sangat prihatin. Kepada awak media, pria asal Samadua, Aceh Selatan itu meminta pemerintah untuk mencari solusi agar permasalahan ini tidak berlarut-larut.
“Kondisi harga sawit saat ini sungguh sangat memprihatinkan, pemerintah harus segera mengambil langkah konkret agar petani tak berlarut-larut mengalami kerugian,” ujarnya, Sabtu (30/7/2018).
Menurut Rafli, menyikapi anjloknya harga sawit, Pemerintah Aceh harus segera mengambil langkah-langkah strategis dan mencari alternatif yang tepat seperti memikirkan pasar untuk menampung sawit para petani. Namun untuk jangka panjang, pemerintah harus membangun pabrik minyak goreng dan pabrik lainnya yang mampu menampung sawit petani, sehingga harga tidak dipermainkan pihak luar dan petani sawit Aceh selamat dari kebangkrutan.
Atau pun, katanya, Pemerintah Aceh bisa saja membangun pabrik dengan menggandeng pihak pengusaha atau mempersiapkan (Badan Usaha Milik Daerah) BUMD sebagai pengelola.
“Yang jelas harus ada langkah konkret, baik jangka panjang maupun jangka pendek, agar kejadian seperti ini tak berlarut dan terulang lagi, kasihan nasib petani,” imbuhnya.
Dia mencontohkan, pada awal Maret 2018 lalu, permintaan China menurun sehingga menyebabkan ekspor CPO Malaysia pada Februari lalu turun hingga 11 persen menjadi hanya 1,35 juta ton. Ini terjadi lantaran suplai minyak kedelai dan minyak nabati Negeri Tirai Bambu itu cukup tinggi.
“Faktor-faktor global seperti ini harus ditinjau, mana produk pertanian yang harganya relatif stabil harus diprioritaskan,” sebutnya.
Rafli juga menyarankan agar pemerintah dapat mencari komoditas alternatif mengingat stabilitas pasar dunia terhadap komoditas sawit ini sangat fluktuatif.
“Pemerintah bisa saja mengarahkan petani untuk menanam serai wangi, lada, nilam, dan sebagainya. Lalu pemerintah menyiapkan buyer yang siap menampung dengan harga yang stabil,” katanya.
Selain itu kata Rafli, peningkatan peran BUMD untuk menampung hasil produksi pertanian juga penting, selama ini BUMD sangat jarang fokus ke sektor pertanian.
“Namun ke depannya BUMD ini juga diharapkan dapat bergerak di sektor pertanian, misalkan menampung hasil pertanian masyarakat, sehingga harganya stabil. BUMD dapat profit, harga panen masyarakat pun terjamin,” harapnya.
Terakhir, Rafli berharap program-program Pemerintah Aceh di sektor pertanian harus terus ditingkatkan dengan harapan kesejahteraan petani meningkat.
“Sektor agraris hendaknya menjadi perhatian khusus, sehingga meningkatkan kesejahteraan,” pungkasnya.[]
Wartawan : Irwan Saputra