Danil Akbar Taqwadin*)
2 Juni lalu, Prof. Warul Walidin resmi dilantik oleh Menteri Agama, Lukman Saifuddin, sebagai Rektor UIN Ar-Raniry (UINAR) periode 2018-2022 menggantikan Prof. Farid Wadjdi (2009-2018). Ada harapan baru yang disematkan kepada Prof. Warul untuk meningkatkan dan melanjutkan pembangunan UINAR baik secara infrastruktur maupun pencapaian akademik agar dapat bersaing dengan universitas lainnya baik pada tingkat Aceh, nasional, bahkan internasional.
Yang jadi pertanyaan, bagaimana mengukur ‘meningkatnya pembangunan’ dalam konteks kepemimpinan pada institusi pendidikan seperti UINAR? Nah, objektifnya ialah menjadikan titik capaian pembangunan saat ini sebagai acuan dalam mengukur pembangunan yang akan dilakukan di masa depan atau dalam kepemimpinan yang baru.
Pembangunan UINAR
Terlepas dari berbagai dinamika politik kampus serta warisan kepemimpinan sebelumnya, tidak dapat dinafikan bahwa Prof. Farid telah menghadirkan berbagai perubahan bagi UINAR. Ketika melanjutkan kepemipinan Prof. Yusny Saby di tahun 2009, UINAR yang saat itu masih berstatus sebagai Institut Agama, memperoleh bantuan lunak sebesar Rp. 350 Milliar dari Islamic Development Bank (IDB) yang diperuntukkan untuk merevitalisasi seluruh infrastruktur fisik kampus. Alhasil dalam waktu tiga tahun seluruh civitas akademika dapat merasakan suasana perkuliahan yang berbeda berbanding sebelumnya. Bangunan-bangunan dengan ornamen ala Arabian cukup kentara di seluruh kompleks kampus, meskipun dari sisi perawatan perlu dibenahi di sana-sini.
Dari sisi akademik pun, tanpa menafikan peran seluruh civitas akademika, elemen pemerintahan serta politisi, kepemimpinan Prof. Farid juga punya andil dalam merubah status perguruan tinggi yang dahulunya berupa Institut Agama Islam Negeri menjadi Universitas Islam Negeri. Perubahan status ini begitu banyak melahirkan instrumen dan dampak positif terhadap pembangunan kampus seperti dibentuknya beberapa Fakultas baru yaitu, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Terbentuknya fakultas-fakultas ini juga menghadirkan berbagai program studi yang menarik, serta membuka akses lebih besar bagi pelajar untuk mengecap pendidikan di perguruan tinggi.
Selain itu, pembangunan Ma’had Al Jamiah UIN Ar-raniry secara institutional juga mengasah para mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang untuk lebih memahami konteks Islam dan sosial. Kemudian, upaya untuk men-digitalizing seluruh sistem pendidikan dan kurikulum juga patut diapresiasi. Meskipun dengan tingkat pencapaian sekitar 35 persen, sistem teknologi informasi yang terus berbenah ini memberikan kemudahan bagi para mahasiswa dan dosen untuk meningkatkan kualitas akademiknya. Begitu pula dengan diberikannya status BLU (Badan Layanan Umum) pada tahun 2011 sehingga dapat memberikan konsekuensi lebih bagi para dosen dan stafnya, walaupun terkadang semboyan “ikhlas beramal” sering dikedepankan.
Hematnya, berbagai pembangunan infrastruktur dan akademik ini pada akhirnya tetap ‘menjaga’ status UINAR terakreditasi B sejak 2011.
PR Rektor ke depan
Dari berbagai kontribusi yang dilakukan semasa Prof. Farid, hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam melanjutkan pembangunan oleh Prof. Warul. Upaya pembangunan Kampus B di Cot Lamee, upaya pembangunan rumah sakit sebagai syarat pembentukan Fakultas Kedokteran, kerjasama dengan berbagai institusi pendidikan, pemerintahan maupun lainnya yang telah diinisiasi sebelumnya merupakan hal-hal potensial yang dapat saja dilanjutkan oleh Prof. Warul selaku Rektor terpilih. Tentu apabila benar-benar bergerak dengan orientasi ‘membangun’ dan tidak lalai dengan mempertimbangkan ego personal atau dinamika kepentingan ethno-centric yang semestinya dapat diminimalisasir dengan terbitnya Permenag RI No. 68/2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua pada Perguruan Tinggi Keagamaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat. Artinya, konteks “payah ta peutimang timses” tidak perlu terlalu kentara dalam internal kampus karena pengangkatan rektor hanya melibatkan Komisi Seleksi, Menteri Agama serta para pembisiknya.
Akhir kata, terima kasih kepada Prof. Farid Wadjdi atas kontribusinya membangun UINAR dan selamat kepada Prof. Warul Walidin atas amanah barunya. Semoga dapat bersama membangun UINAR lebih baik ke depannya. Semoga!
Danil Akbar Taqwadin, MSc. Dosen Ilmu Politik, FISIP UINAR.Email: danylabay@gmail.com
Komentar