POLEM: Hai, Dolah. Ka boh kupi ilee saboh. Peu beurita neubaca, Apa Kaoy? Lon kalon serius that.
APA KAOY: Ini beurita tentang dua orang Pemuda Aceh, dari Lhokseumawe, nyakni si Affandi dan
Saipul Bahri. Miris dan menyakitkan hati kita tentang nasib nyang mareka alami.
POLEM: Pakon, ditolak cintanya oleh para gadis?
APA KAOY: Kon nyan masalah hai, Polem. Si Affandi dan Saipul Bahri itu adalah keturunan dan keluarga dari P. Ramlee, Seniman besar legendaris Malaysia asal dari Aceh. Jadi kedua Pemuda tersebut pada tanggal 11 Juli lalu pergi ke Negara Malaysia berniat untuk berziarah ke Makam P. Ramlee.
POLEM: O.., jadi sampai ke Malaysia mareka itu dirampok?
APA KAOY: Bukan dirampok hai, Polem. Maka neu dengo ilee lon jeulaskan. Sesampai di Bandara Kuala Lumpur, Malaysia, mareka berdua diperiksa selama berjam-jam oleh Pihak Imigrasi. Setelah mareka menunjukkan semua dokumen dan menjelaskan maksud-tujuan berkunjung pihak Imigrasi menyatakan hanya memberi izin dua hari dengan syarat harus segera membeli ticket pulang pada saat itu juga. Padahal mareka sudah memiliki ticket pulang-pergi untuk masa berkunjung selama 5 hari.
POLEM: Ya rugilah mareka, harus membeli ticket dua kali untuk sekali pulang. Tapi tak apalah, nyang penting kan mareka sudah terkabul tujuannya untuk berziarah ke Makam keluarganya, P.Ramlee.
APA KAOY: Justeru nyang jadi masalah mareka tidak diizinkan sampai ke tujuan. Setelah mareka membeli, sesuai permintaan pihak Imigrasi, malah pada hari itu juga mareka ditahan di dalam sel selama dua malam. Dua hari kemudian mareka dipulangkan ke Aceh, Indonesia, dan paspornya dicap, di-blacklist oleh pihak Imigrasi Malaysia.
POLEM: O, meunyo meunan hana beutoi Pomeurintah Malaysia nyan. Ke sini HPnya, biar saya telepon. Halo, Tuan Mahathir Mohammad. Mengapa begitu tega Pomeurintahan Anda memperlakukan dua orang Pemuda Aceh, keluarga dari keturunan P.Ramlee untuk berziarah?
APA KAOY: Soe neu telepon nyan, Polem? Ba keunoe HP lon.
POLEM: Saya telepon Mahathir Mohammad, Perdana Menteri Malaysia. Biar dia kasih pelajaran kepada pihak Imigrasinya itu.
APA KAOY: Mana ada nomor Mahathir Mohammad di HP saya. Ini kan nomor Pak Geuchik gampong kita nyang Polem telepon.
POLEM: Bakbudik. Ka salah sasaran ilon. Teros, bagaimana kita haros bersikap? Kita tidak boleh tinggal diam.
APA KAOY: Kita ini hanya rakyat biasa, tak bisa berbuat apa-apa. Cuma bisa berharap kepada pihak Pomerintah Indonesia, dalam hal ini pihak Pomeurintah Propinsi Aceh. Semoga mareka berinisiatif untuk mempertanyakan kepada Pomerintah Malaysia, mengapa bersikap seperti itu terhadap keluarga P. Ramlee nyang ingin berziarah ke Makamnya? []
Banda Aceh, 16 Juli 2018.
Oleh: Muhammad Yusuf (Bombang/Apa Kaoy)
Seniman dan Budayawan Aceh