AWANG FAROEK, adalah Gubernur Kalimantan Timur yang sempat memimpin Kaltim selama 2 periode, tahun 2008-2013, dilanjutkan dengan periode kedua 2013-2018. Awang akan segera mengkhiri masa jabatannya yang kedua setelah pelantikan Gubernur Kaltim baru, Isran Noor, yang sudah ditetapkan sebagai calon terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat.
Satu catatan dari pertemuan yang tidak kami duga, saya bersama teman-teman dr. Nova Roslita, Sp.Og bersama suaminya Dr. Des dwiyanto Efendi, SpTHT dari Bireun, dr. Fadilla, SpOG dan suaminya dari Makassar, dr. Maya Purwaningtias, SpOG serta suaminya dari Madiun, dr. Aida SpOG dari Malang, dr. Musrah Muzakkar, SpOG dari Blitar dan istri saya dr. Iik Sumarni, SpOG dari Banda Aceh bertemu mahasasiwa Indonesia di Russia, yang semuanya berasal dari Kaltim.
Mereka sedang menempuh pendidikan bidang perkeretaapian di Moskow dan Saint Petersburg. Mereka adalah putra-putri Kaltim yang memperoleh biaya siswa S1 bidang perkeretaapian dari Pemerintah Kaltim yang digagas oleh Awang Faroek.
Jumlah mahasiswa dan mahasiswi Kaltim bidang perkeretaapian di Rusia ada 150 orang. Mereka di berangkatkan dalam tiga tahap. Setiap tahap berjumlah 150 orang. Ade Mansoer, Iqbal Arya dan Jeff Timothi adalah mahasiswa gelombang pertama yang belajar di Rusia, bersama mereka bertiga lah teman kami selama berada di sana. 2014 lalu, merupakan tahun pertama dibuka penerimaan tahap pertama dengan jumlah mahasiswa yang akan menerima beasiswa sebanyak 50 orang. 20 orang perempuan dan 39 orang laki-laki. Semuanya adalah putra-putri asli Kalimantan Timur. Ade, Arya dan Jeff di berangkatkan pada tahun 2014. Gelombang terakhir tahun 2016. Untuk sementara program beasiswa perkeretaapian di Rusia ditutup karena kondisi anggaran daerah. Namun sesuai rencana program ini akan berlanjut sampai 6 angkatan.
Secara statistik, dari 456 mahasiswa Indonesia di Rusia yang tengah menimba ilmu di berbagai perguruan tinggi di Rusia jumlah mahasiswa asal Kaltim sudah lebih dari 30 persen. Mereka para mahasiswa Indonesia tersebar di 35 kota dan yang terbanyak di Moskow dan Saint Pitersburg. Sebuah angka yang fantastik untuk fokus pada satu disiplin ilmu, perkeretaapian. Para mahasiswa asal Kaltim ini mendapatkan biaya hidup dari pemerintahnya sementara untuk biaya pendidikan gratis karena ada kerjasama pemerintah Kaltim dengan perusahaan pemerintah Rusia.
Jeff Timothi, mahasiswa asal Balik Papan, kuliah di Saint Petersburg, ia juga ketua Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Rusia (PEMIRAS). Jeff adalah teman kami selama 5 hari berada di Saint Petersburg, kota dari salah satu kota terindah di dunia dan kota kedua terbesar di Rusia setelah Moskow.
Mahasiwa kedua Iqbal Arya, berasal dari Samarinda, foundrising di PEMIRAS, menempuh pendidikan Moskow. Ade Mansoer sama dengan Iqbal berasal dari Samarinda, ia juga pengurus bidang kemahasiswaan organisasi mahasiswa tadi. Menurut mereka sejauh ini hanya ada saru orang mahasiswa asal Aceh di Rusia yang menimba ilmu bidang humaniora di Khazan, salah satu provinsi atau federasi Rusia menurut informasi dari tiga mahasiswa ini.
Program pendidikan untuk mahasiswa ini untuk pertama sekali dilakukan pada masa Gubernur Awang Faroek periode kedua. Sejak masa kepemimpinan Awang Farouk di Kaltim periode pertama, sebenarnya ia sudah menggagas program kereta api trans kalimantan. Gubernur Awang juga sudah membicarakannya dengan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan menyiapkan masterplan yang ketika itu Kalimantan Utara belum mekar jadi satu provinsi sendiri dan masih bagian dari Provinsi Kaltim
Panjang ruas rencana pembangunan stasiun dan rel kereta api di Kaltim sampai Tengah dan Kalimantan Barat sepanjang 2428 Km dan yang kerjakan oleh perusahaan dari Rusia sepanjang 323 Km. Untuk program raksasa di Kaltim ini pemerintah Kaltim menggusahakn melalui anggaran Provinsi dan pemerintah pusat. Karena itu pula pemerintah melibatkan banyak perusahaan. Salah satunya diambil oleh Russian Railways, salah satu perusahaan perkeretaapian papan atas di Rusia.
Pemerintah Kaltim memilih Russia untuk mengirimkan mahasiswanya karena di sana memiliki sistem perkeretaapian yang bisa dibilang advance jika dibandingkan dengan negara lain. Selain itu, kondisi geografis Rusia yang beragam (membentang dari benua Eropa hingga Asia) juga menjadi pertimbangan dikarenakan kondisi geografis Kaltim yang juga bisa dibilang tidak biasa dan memiliki kesamaan dengan kondisi geografis di Rusia.
Jika dilihat dari kecepatan keretanya, memang kereta Rusia tidak secepat kereta Jepang atau Perancis, tapi kelebihan yang dimilki kereta Rusia adalah masa pemakaian yang lama dan masa angkut yang besar. Kelebihan tersebut sesuai dengan kebutuhan Pemprov Kaltim, yaitu untuk pengangkutan barang, salah satunya batu bara.
Awang Faroek dalam batas tertentu memiliki kemiripan dengan salah satu imperator Rusia, yaitur Peter I. Peter I mengirimkan para seniman dan arsitek keseluruh penjuru Eropa agar mereka bisa membangun Kota Saint Petersburg dengan ilmu yang telah mereka dapatkan selama dikirim ke Eropa. Sama halnya dengan Awang Faroek yang mengirimkan putera puteri daerahnya keluar negeri dengan harapan agar sekembalinya mereka dari luar negeri, mereka dapat membangun Kaltim sesuai dengan ilmu yang mereka dapatkan ketika menempuh pendidikan di perantauan.
Mudah-mudahan program Pemerintah Aceh ke depan juga jadi lebih baik dan fokus membiayai para mahasiswa yang belajar dalam budang ilmu pengetahuan yang dibutuhkan atau dunia keja pada universitas yang terakreditasi baik ke seluruh dunia. Semua itu tidak akan pernah sia-sia, bahkan sangat bermanfaat bagi kemajuan daerah dan bangsa Indonesia.
Laporan : Fadhli Ali dari Rusia. Fadhli Ali adalah tokoh muda Abdya.