ACEHTREND.COM, Blangpidie – Nek Samsiah (64) hanya bisa terbaring lemah di rumahnya di Gampong Gelanggang Gajah, Kecamatan Kuala Batee, Aceh Barat Daya. Ia tak sendiri, di rumah itu ia tinggal bersama anaknya Mawardah (38) dan cucunya Azhilah Fitri (15).
Mereka merupakan potret warga miskin yang belum tersentuh perhatian pemerintah. Hingga saat ini anggota keluarga tiga generasi itu masih menempati rumah reot beratapkan daun rumbia yang sudah bocor di sana-sini.
“Hari pertama lebaran mereka tidak sempat bersilaturahmi dengan tetangga dan saudara, karena anak dan cucunya harus memindahkan Nek Samsiah dari satu tempat ke tempat lain disebabkan atap rumah mereka bocor, sehingga air hujan menembus atap rumah Nek Samsiah,” ujar Ketua Koalisi Rakyat Bersatu (KRB) Abdya, Saharuddin, setelah mengunjungi rumah Nek Samsiah kepada aceHTrend, Sabtu (25/8/2018).
Rumah yang mereka tempati kata Sahar tergolong rumah tidak layak huni. Untuk menutupi atap yang bocor Mawardah terpaksa menggunakan lipatan kardus.
“Nek Samsiah dan anaknya Mawardah, keduanya berstatus janda. Mawardah selain memberikan nafkah dan biaya sekolah anaknya, dia juga harus memberikan makan, merawat, dan mengobati ibunya yang sedang sakit,” sebut Sahar.
Saharuddin mengisahkan, untuk menafkahi keluarganya, Mawardah harus bekerja menjadi buruh cuci pakaian tetangga. Sedangkan untuk bantuan pemerintah, mereka hanya mendapatkan bantuan program kartu kesejahteraan keluarga yang tiap bulannya hanya mendapatkan Rp110.000 yang disalurkan dalam bentuk sembako.
“Kalau dari program bantuan lain, Mawardah mengaku tidak pernah menerima atau diberikan,” kata Sahar meniru pernyataan Mawardah.
Menyangkut dengan kondisi rumah kata Sahar, Mawardah membenarkan jika pemerintah daerah ingin memberikan bantuan untuk renovasi rumah. Namun Mawardah tidak bisa menerima bantuan tersebut lantaran program rehab rumah hanya diberikan dalam bentuk barang bangunan, sementara biaya tukang bangunan harus ditanggunggung pihak keluarga.
“Jangankan untuk biaya tukang, biaya makan pun kami hampir tak punya,” kisah Sahar menyahuti keluhan Mawardah.
Melihat kondisi Nek Samsiah, Saharuddin berharap agar Pemerintah Kabupaten Abdya bisa membantu keluarga Nek Samsiah. Apalagi, katanya, beberapa hari lalu pihak Pemkab dan Baitul Mal Abdya telah merilis 1.070 rumah masyarakat miskin yang telah direnovasi dalam program bantuan dan rehab rumah selama setahun kepemimpinan Akmal Ibrahim-Muslizar.
“Mudah-mudahan pemerintah bisa memprioritaskan bantuan rumah untuk Nek Samsiah. Dan kita dari KRB juga mengajak para dermawan lainnya untuk sama-sama memberikan bantuan untuk keluarga Nek Samsiah, sebab mereka sangat mengharapkan bantuan dan perhatian kita bersama,” ungkapnya.
Sahar juga menegaskan, jika dalam waktu dekat Pemerintah Kabupaten Abdya tidak ada solusi untuk membantu Nek Samsiah, maka KRB akan membuka posko dan melakukan penggalangan dana untuk Nek Samsiah dan keluarganya.
“KRB juga mengharapkan partisipasi masyarakat Abdya, kalau memang ada saudara-saudara kita yang hampir sama dengan nasib Nek Samsiah, agar bisa melaporkan kepihak KRB. Sebab menyejahterakan dan membantu fakir miskin merupakan tanggung jawab kita bersama,” papar Sahar.[]
Editor : Ihan Nurdin