Lelaki berbaju putih itu berhenti, melihat ke bawah, seperti mencari tahu sesuatu. Sesekali ia melihat ke samping, yang air sungai mengalir dari celah-celah batu. Sesekali ia melihat ke depan, lalu ke belakang seperti sedang mengukur jarak jembatan gantung.
“Besinya mulai rapuh, papannya juga,” kata salah seorang warga.
Lelaki yang baru saja turun dari lokasi bendung Lhok Naga dan saluran irigasi di Pucok, Geumpang itu adalah Sulaiman Abda. Dengan posisinya sebagai wakil rakyat, apalagi sebagai Wakil Ketua DPRA, warga berharap ia bersedia untuk menyuarakan apa yang menjadi kebutuhan rakyat.
Dasar Bang Leman yang lebih suka melihat fakta sebenarnya, ia sejak tiba di Gampong Pucok sudah langsung mau menuju lokasi-lokasi yang sangat mempengaruhi hajat hidup rakyat.
“Bek bak kanduri blang ile, ta jak kalon bendungan irigasi Lhok Naga, ho ka troh, pu na kendala, dan nyan bandum mesti ta kalon, han keumah ngon sekedar loen deungo laporan,” kata Bang Leman kepada pejabat gampong.
Kondisi Geumpang yang diguyur hujan beberapa waktu tidak menghambat Bang Leman untuk turun ke lokasi. “Kiban cara, mesti troeh keudeh tanyo,” katanya lagi.
Rombonganpun memutar otak, mencari jalur yang aman. “Na Bang, tapi agak jioh jalannya ke lokasi,” kata orang kampung yang sudah jelas tahu jalur jalan menuju lokasi bendung Lhok Naga. “Hana pue, jak mandum, pakai moto double kabin,” katanya.
Beberapa mobil, termasuk dari pihak Dinas Pengairan dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang langsung bergerak. Mobil penunjuk jalan memulai menerobos jalan yang tidak mudah, hingga tiba di lokasi, Senin (17/9).

Di Bendung Lhok Naga, Bang Leman berdiskusi dengan warga dan dua pejabat dari DInas Pengairan yaitu Amri dan Zuardi. Ia berkali-kali menekankan agar air yang mengalir dari Bendungan Irigasi Lhok Naga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan bertani masyarakat di seluruh Geumpang. “Ini harta Allah yang mesti dimanfaatkan, tugas pemerintah memastikan air ini bisa bermanfaat bagi rakyat,” tekan Bang Leman yang berbincang-bincang di atas jembatan.
“Jak ta kalon jaringan saluran irigasi, kiban ka, bek sampe terhenti apalagi terbengkalai,” ajak Bang Leman lagi, dan rombonganpun bergerak menuju titik lokasi.
Di lokasi jaringan saluran irigasi, Bang Leman kembali meminta pihak-pihak yang mengerjakan pekerjaan saluran irigasi untuk memastikan agar bendungan irigasi Lhok Naga dapat segera fungsional. “Kita upayakan, kita musyawarah untuk mendukung semuanya selesai, segera,” tegas Bang Leman.
Di perjalanan kembali, Bang Leman dan rombongan diajak untuk singgah melihat jembatan gantung yang terhubung ke lokasi warga di transmigrasi. Di atas jembatan itulah Sulaiman Abda lama terdiam, ia seperti menarik nafas panjang, entah apa yang dipikirkan.
“Weuh hate ta kalon masyarakat tanyo, harus berjalan melintasi jembatan dengan resiko maut,” sebutnya di dalam mobil tanpa didengar oleh warga seraya berniat untuk mencoba membicarakan dengan berbagai pihak baik di kabupaten, provinsi maupun di pusat agar apa yang menjadi kebutuhan rakyat dapat dipenuhi, jika mungkin sesegera mungkin.
Hasil pelacakan aceHTrend, dalam anggaran 2018 memang tidak ada kegiatan rehab jembatan gantung di Pidie. Pada tahun anggaran 2018 ada empat kegiatan pembangunan jembatan gantung yaitu di Aceh Timur, Aceh Utara dan Aceh Selatan. Ketiganya, sesuai jadwal sudah selesai pekerjaannya pada Agustus 2018. Ada satu lagi pembangunan jembatan gantung Sikundo (Tahap 3) di Pantee Cermen, Aceh Barat.
Sedangkan pekerjaan rehab jembatan gantung ada tiga dan ketiganya ada di Aceh Utara. Begitu pula dengan kegiatan perencanaan, adanya Perencanaan Teknis Jembatan Gantung (3 Unit di Aceh Barat dan 7 Unit di Aceh Tengah) bersumber dari Otsus Aceh. Perencanaan Teknis Jembatan Gantung (3 Unit di Aceh Barat dan 7 Unit di Aceh Tengah) bersumber dari Otsus Aceh.
Dalam perjalanan kembali ke Pidie, Sulaiman Abda diajak tokoh masyarakat untuk singgah di Gampong Pulo Ie, Tangse. Bang Leman mengaku kanget dengan sambutan masyarakat yang ternyata telah menunggunya. “Bit-bit loen hana sangka, meuno sambutan. Dak loen teupu, kon ka awai loen gisa dari Geumpang,” kata Bang Leman dalam dialog singkat di Pulo Ie sambil berkali-kali minta maaf karena tidak menyangka akan diajak bertemu warga tanpa persiapan terlebih dahulu.
Rombongan kembali bergerak, dan setiba di Mesjid Keumala Bang Leman menunaikan shalat magrib. Tapi, usai magrib Bang Leman diajak naik ke atas bale untuk berbincang-bincang dengan warga.
“Bang Leman ka lagee troeh rombongan gubernur, na can telat troeh u Banda Aceh,” celutuk seorang dari rombongan.
Tapi, Bang Leman dengan segenap keramahannya terus berbincang-bincang dengan warga, ia mendengar dengan seksama apa yang disampaikan oleh tokoh setempat. Mereka pun sesekali terlihat tertawa bersama. Sungguh malam yang akrab, dan sebahagian warga rela duduk di teras mesjid menunggu mereka yang di atas bale turun. Sebelum bergerak pulang, wargapun bangkit dan bersamalam. Bang Leman dengan ramah mengulurkan tangannya, bersalam sampai kemudian ia mengangkat tangan mengucap “Assalaimu’alaikum…”
Hujan masih turun hingga rombongan kembali tiba di Banda Aceh. []
Komentar