ACEHTREND.COM, Lhokseumawe – Sejumlah jurnalis di Lhokseumawe mengaku kecewa pada sikap koordinator panitia lomba inai yang melarang awak media meliput kegiatan boh oen gaca atau memakai inai dalam Lhokseumawe Traditional Culture Festival di Lapangan Kandang, Lhokseumawe, Minggu (14/10/2018).
Kejadiannya bermula ketika koordinator panilia lomba tersebut, Maulidah atau Buk Moi, mencegat wartawan yang ingin memotret aktivitas pemakaian inai dalam event kebudayaan tersebut.
“Tidak boleh seorang pun memotret proses lomba, karena ini sudah sesuai aturan, meskipun kalian wartawan,” kata Rahmad Mirza, salah satu jurnalis menirukan ucapan Maulidah.
Rahmad mengatakan, alasan Maulidah tak mengizinkan jurnalis memotret karena khawatir akan terlihat aurat model yang sedang dihias tangannya dengan inai.
“Kami pun sudah berupaya menjelaskan pada Buk Moi bahwa mereka paham etik fotografi. Namun, tidak menggubris dan tetap melarang pengambilan foto,” ujarnya.
Atas kejadian itu, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga, Zulkifli, menggelar konferensi pers untuk menjelaskan persoalan tersebut.
“Baik nanti saya evaluasi kembali dan mohon maaf atas ketidaknyamanan rekan-rekan media. Ini merupakan kesalahan dalam komunikasi. Saya sebagai penanggung jawab meminta maaf kepada rekan-rekan media atas perilaku Ibu Moi yang kurang menghargai wartawan. Kita akan diskualifikasi keikutsertaannya tahun depan,” kata Zulkifli di hadapan wartawan.
Menanggapi kejadian ini Ketua Advokasi AJI Lhokseumawe, Khaidir mengatakan, larangan tersebut dinilai melanggar Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Pada Pasal 4 UU 40/1999 disebutkan bahwa negara menjamin kemerdekaan pers, dan pers nasional mempunyai hak untuk mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.
“Saya kira reaksi mereka terlalu berlebihan. Kalau memang tidak boleh difoto, jangan buat lomba di arena terbuka, buat saja di ruang tertutup,” ucap Khaidir.
Lhokseumawe Traditional Culture Festival digelar sejak 13-16 Oktober 2018. Berbagai lomba seni budaya Aceh ditampilkan di sini seperti boh oen gaca, kuliner Aceh, peuayon aneuk, tari sedati dan rapai uroeh.[]
Editor : Ihan Nurdin