ACEHTREND.COM, Lhoksukon – Demi bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga serta membesarkan dua anaknya, Tiaisyah terpaksa menjadi kuli batu bata.
Meski upah yang didapatkan tak sebandingkan dengan tenaga dan kucuran keringatanya, tetapi warga Gampong Bangka Jaya, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara itu tak ada pilihan. Namun semangatnya tak pernah patah, ia terus berdoa kepada Sang Pencipta.
Tiasyiah (41) harus membanting tulang demi bertahan hidup sebagai orang tua tunggal semenjak suaminya menghadap sang illahi tujuh bulan lalu karena menderita penyakit paru-paru. Sat ini Tiaisyah dan kedua buah hatinya menempati sebuah gubuk berukuran 3×4 meter yang terbuat dari tepas.
Dua anaknya masih sangat kecil, yang sulung bernama Muhammad Rafli Sembiring (5) dan sudah sekolah di TK. Sedangkan yang bungsu bernama Novita Sari (4) karena belum sekolah setiap hari turut dibawa ke lokasi tempat dirinya bekerja. Atas pekerjaannya itu, setiap hari Tiaisyah mendapat upah Rp25 ribu.

“Dalam sehari saya dapat menyelesaikan 500 buah batu bata dengan upah Rp25.000,” kata Tiasyiah dengan wajah sedih dan air mata berlinang.
Dengan penghasilan tersebut, setiap batu bata yang berhasil dicetak Tiaisyah dihargai Rp50 per keping.
Tiaisyah mengakui dengan upah yang dia dapatkan tentu tidak mencukupi, tetapi dia tetap tidak akan menyerah untuk membahagiakan anaknya. Dia menambahkan kadang-kadang ada juga warga membantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Satu hal yang pasti, Tiaisyah selalu terus berdoa agar Sang Khalik terus memberi kesehatan dan kekuatan untuk dirinya agar terus mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan dua anaknya.[]
Editor : Ihan Nurdin