Oleh Aulia Farsi*
Acara yang bertajuk Malam Indonesia ini berlangsung pada Rabu lalu, 28 November 2018 di Gedung Balaikota Hildesheim, Jerman. Sejak 1988, Hildesheim telah menjalin kemitraan dengan Kota Padang di Indonesia. Bertahun-tahun hubungan aktif dan banyaknya kerja sama antar kedua pemerintahan adalah sebagai bentuk ekspresi dari hubungan timbal balik yang saling percaya. Tahun ini, delegasi besar dari Hildesheim di Padang diundang untuk merayakan ulang tahun ke-30 kerja sama administrasi.
Pada kesempatan kali ini, tarian likok pulo yang dibawakan oleh sanggar tari IMAN (Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman) ikut ambil bagian dalam memeriahkan acara tersebut. Acara dibuka pada pukul 19.00 waktu Jerman, dengan dihadiri oleh Wali Kota Hildesheim Dr. Ingo Meyer dan jajaran staf serta tak kalah penting Dr. Bambang Susanto selaku Konsul Jendral RI di Hamburg, perwakilan dari KBRI Berlin, dan delegasi dari Kota Padang juga ikut hadir.
Acara dimulai dengan kata sambutan dari Wali Kota Hildesheim, Konsul Jendral RI di Hamburg, lalu dilanjutkan dengan presentasi dari delegasi Kota Padang dan Hildesheim dengan membahas kerja sama yang selama ini telah terjalin di berbagai bidang, di antaranya dari bidang pendidikan, tunanetra, pemadam kebakaran, perlindungan sipil, perencanaan kota, lingkungan dan pengelolaan limbah.
Pukul 20.00 acara memasuki sesi pertunjukan tarian daerah dari Sumatra seperti, tari payung, tari selayang pandang, dan likok pulo asal Aceh. Kami yang ikut ambil bagian tampil sebagai penutup acara pada pukul 20.30. Saya yang bertugas sebagai Syeh dan penabuh rapa-i bersama tujuh penari lainnya dengan sigap dan cekatan memainkan musik dan menarikan tarian di hadapan para pengunjung yang hadir.
Tarian yang terkenal dinamis dengan pertukaran tempo lambat ke cepat ini, mampu membuat penonton dan Wali Kota Hildesheim yang duduk di bagian paling depan terpukau. Hal itu dibuktikan melalui tepuk tangan yang gemuruh dari setiap gerakan tarian, terlebih pada gerakan dengan tempo yang cepat. Kami pun berhasil menutup tarian pada gerakan terakhir dari sepuluh gerakan tarian dengan lagi-lagi tepuk tangan yang tiada henti yang mengiringi kami keluar panggung sebagai bentuk apresiasi yang sangat tinggi dari penonton.
Selesai penampilan kami pun berkesempatan berfoto bersama Wali Kota, Konsul Jendral, dan beberapa tamu penting. Pada sesi foto saya masih ingat sekali salah seorang ajudan wali kota berbisik kepada saya dengan mengatakan “ihr habt besonders ein Lob vom Bürgermeister bekommen.”
Artinya, kalian mendapatkan pujian khusus dari Bapak Walikota. Bagi saya mendengarnya adalah sungguh perasaan yang sangat bahagia. Bagaimana tidak, jangankan mendengarkan kalimat itu, bisa memperkenalkan tarian ini di depan salah satu orang penting di negara ini adalah suatu kehormatan buat kami. Tentunya sebagai duta Aceh di Jerman, saya sangat bangga bisa terlibat aktif untuk membantu melestarikan kebudayaan ini salah satunya dengan cara memperkenalkan kepada masyarakat di Jerman.
Terima kasih saya yang sangat mendalam kepada para penari dan tim, yaitu Lady, Zia, Via, Mutia, Ade, Fahmi, Arief, dan Eliza yang telah membantu membuat para pengunjung terpesona akan tarian ini. Serta tak lupa terima kasih yang tak terhingga kepada pihak KJRI Hamburg atas dukungannya kepada tim tari IMAN.
Setelah sesi berfoto bersama, kami pun menuju stan makanan, aneka makanan khas Indonesia seperti mi goreng, nasi goreng, risoles, dan lainnya sudah cukup untuk mengobati rasa rindu kami akan kampung halaman. Ini adalah malam yang luar biasa bagi kami. Saya berharap makin banyaknya masyarakat Aceh di luar negeri khususnya yang ikut untuk terlibat aktif dalam melestarikan kebudayaan Aceh.[]
Ketua Pengurus tim tari IMAN (Ikatan Mahasiswa Aceh di Jerman) melaporkan dari Hildesheim, Jerman