ACEHTREND.COM, Blangpidie – Merosotnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Aceh Barat Daya membuat para petani kecewa. Pasalnya biaya produksi yang dikeluarkan tak sebanding dengan hasil panen.
Muhfit, salah seorang petani sawit di Kecamatan Babahrot, kepada awak media, Selasa (4/12/2018) mengatakan, harga TBS dua minggu lalu di kawasannya masih berkisar Rp730/kg.
“Sekarang harga sudah turun lagi. Hari ini (Selasa) saja harga TBS yang ditampung tengkulak di tingkat petani Rp670/kg. Jika kita potong ongkos panen Rp200/kg, maka yang tersisa untuk pemilik kebun hanya sekitar Rp470/kg,” ujar Mufit.
Muhfit menyebutkan, pengeluaran petani dari produksi TBS yang diperoleh sebesar Rp470/kg itu juga dikeluarkan oleh pemilik kebun untuk biaya makan minum para pemanen TBS, belum lagi untuk pengeluaran uang rokok mereka.
“Itu belum lagi biaya pembelian pupuk, ongkos pembersihan saluran kebun, herbisida, dan biaya perawatan lainnya. Makanya sekarang banyak petani sawit tidak mampu lagi menutup kredit di bank,” sebutnya.
Atas kondisi itu, dirinya mengaku sangat susah sebagai petani sawit, jangankan untuk menutupi kredit di bank, untuk beli baju selembar saja tidak mampu lagi dari hasil penen kelapa sawit.
Sementara itu, Teuku Arifin yang juga berprofesi sebagai petani sawit mengaku kecewa dengan harga TBS sekarang ini. Ia menyebutkan, tidak sedikit para petani kebun sawit yang terletak di wilayah Kecamatan Kuala Batee dan Babahrot yang kebun mereka jauh dari jalan utama, memilih untuk tidak memanen lagi sawit mereka.
Sebab, katanya, pemilik kebun sawit juga harus mengeluarkan lagi ongkos angkutan TBS dari dalam kebun menuju jalan.
“Ada yang sudah 10 bulan tanaman sawit masyarakat di Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee tidak dipanen lagi oleh pemiliknya. Buah sawit dibiarkan rontok sendiri di tanah, karena harga TBS sekarang tidak cukup lagi untuk bayar biaya produksi dan ongkos melangsir dari dalam kebun ke jalan produksi,” katanya.[]
Editor : Ihan Nurdin