ACEHTREND.COM, Banda Aceh – Seekor gajah mati tanpa gading kembali ditemukan di Desa Pantan Lah, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah. Gajah jantan berusia 40 tahun itu diperkirakan mati sejak dua pekan lalu. Kedua gadingnya hilang.
Informasi yang diperoleh aceHTrend dari Kepala Balai Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo, gajah tersebut sebelumnya pernah diobati oleh tim BKSDA dan FKH Unsyiah sekitar empat bulan lalu.
“Kami telah berkoordinasi dengan Polres Bener Meriah dan malam ini kami bersama tim dokter hewan BKSDA Aceh akan meluncur ke lokasi,” kata Sapto, Jumat (28/12/2018).
Ia mengatakan, pada Kamis malam (27/12/2018) tim Reskrim Polres Bener Meriah dan Polsek Pintu Rime Gayo, serta tim CRU DAS Peusangan mengecek kebenaran informasi dari warta terkait temuan gajah mati tersebut.
Gajah itu ditemukan warga sudah membusuk di pinggiran Krueng Peusangan tepatnya di Dusun 4, Kampung Pantan Lah, Pintu Rime Gayo pada pukul 20.30 WIB.
“Setelah dilakukan olah TKP dan identifikasi oleh tim Polres Bener Meriah terhadap bangkai gajah tersebut, ditemukan bahwa gajah yang mati tersebut berjenis kelamin jantan diperkirakan berusia 40 tahun. Diperkirakan telah mati sekira 15 hari yang lalu dengan kondisi fisik yang telah membusuk, untuk penyebab matinya gajah liar tersebut masih dalam penyelidikan,” kata Sapto.
Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari tim CRU DAS Pesangan, Yusuf dan Herizal, Sapto menjelaskan bahwa gajah yang mati tersebut merupakan salah satu dari kawanan gajah liar yang berada di wilayah Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah.
“Gajah tersebut dijuluki si Bongkok, dikarenakan postur gajah tersebut bongkok. Gajah liar itu memiliki luka yang telah lama pada pangkal leher bahagian atas,” kata Sapto mengutip keterangan Yusuf.
September 2018 lalu lanjutnya, gajah tersebut pernah mengalami luka di bagian selangkangan belakang dan pangkal ekor yang diduga akibat perkelahian antara sesama kawanan gajah dan pernah diobati oleh tim dokter dari BKSDA dan FKH Unsyiah.
“Lokasi ditemukannya gajah mati tersebut berjarak tiga kilometer dari pemukiman warga, dan hanya dapat dilalui menggunakan sepeda motor, selanjutnya pada jarak 500 meter ke depan harus dilalui dengan berjalan kaki,” sebut Sapto.[]
Editor : Ihan Nurdin