ACEHTREND.COM, New Jersey – Indonesian Muslim Society in America (IMSA) kembali mengadakan muktamar tahunan. Acara yang menjadi ajang silaturahim masyarakat Indonesia yang berdomisili di Amerika ini dihadiri tak kurang dari 1.100 peserta dari seluruh Amerika yang dihelat di negara bagian New Jersey pada 24 Desember 2018.
Acara ini dibuka langsung oleh Duta Besar RI untuk Amerika, Budi Bowoleksono. Dalam sambutannya, Budi mengungkapkan rasa bangga atas persatuan muslim asal Indonesia di Amerika.
“IMSA sebagai organisasi telah melakukan banyak hal untuk masyarakat Indonesia. IMSA Care, salah satunya menjadi bukti bahwa IMSA sangat peduli akan tanah air. Saya mewakili Pemerintah Indonesia mengucapkan terima kasih untuk itu,” ujarnya melalui siaran pers yang diterima aceHtrend.
Budi juga berpesan, di tahun politik seperti saat ini kerap terjadi perbedaan pilihan. Hal itu wajar saja, tapi ia berpesan, jangan sampai perbedaan politik ekonomi yang hanya sesaat mengalahkan kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar. Silaturahim di Muktamar IMSA ini salah satunya menjadi ajang persatuan dan kontribusi bagi bangsa dan negara Indonesia.
Selain Duta Besar, beberapa tamu kehormatan juga hadir di Muktamar IMSA 2018. Wakil Ketua Persatuan Ulama Dunia, Habib Salim Assegaf Al Judfri.
“Saya rasa tema yang diangkat dalam muktamar ini sangat tepat, yakni menguatkan identitas dan memberdayakan pemuda. Terutama jika melihat betapa banyak pribadi yang malu untuk mengungkapkan jati diri mereka yang sebenarnya, dalam hal ini identitasnya sebagai seorang muslim. ” ungkapnya.
Habib Salim Segaf lalu mengulas bagaimana seorang muslim dapat menjadi pribadi yang diterima dan dicintai di tengah-tengah bangsa plural seperti Amerika Serikat, sehingga pada gilirannya Islam benar-benar menjadi agama rahmat bagi dunia.
“Islam itu pada akhirnya tercermin dalam akhlak kita. Maka untuk dapat dicintai masyarakat kita harus menampilkan akhlak yang baik. Perbanyak senyum pada orang lain, teruslah berbuat baik kepada tetangga, dan banyak-banyak ucapkan terima kasih. Jangan balas kebencian dengan kebencian. Jangan balas keburukan dengan keburukan. Tapi sebaliknya, balas kebencian dan keburukan dengan kebaikan. Itulah akhlak Islam,” ungkapnya.
Menurut Menteri Sosial RI 2009-2014 ini, dengan menunjukkan akhlak yang baik itu kita dapat mengubah dan membentuk persepsi bahwa Islam adalah agama yang indah, agama yang rahmat. Ia menekankan pentingnya peduli kepada masyarakat sekitar. Bantulah saudara kita, bantulah tetangga kita, apa pun agama dan latar belakangnya. Jangan sekali-kali menyakiti mereka. Inilah sikap kita dalam memposisikan perbedaan di tengah masyarakat.
“Perbedaan itu adalah hal yang niscaya. Tapi dari sekian banyak perbedaaan, pasti kita menemukan lebih banyak persamaan atau titik temu. Di situlah kita bisa bekerja sama dan saling berbuat baik,” katanya.
Terakhir mantan duta besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi ini berpesan agar IMSA terus dapat meningkatkan peran dan kontribusinya, bukan saja untuk Indonesia melainkan untuk masyarakat dan bangsa Amerika Serikat sendiri.
“Di sinilah saudara-saudara hidup, bertetangga, dan berinteraksi dengan masyarakatnya. Jadilah pribadi yang selalu berbuat baik dan gemar membantu serta berperan aktif dalam kemajuan masyarakat Amerika Serikat dengan nilai-nilai ajaran Islam,” pungkas Habib Salim.
Di kesempatan yang sama, Presiden IMSA, Syafrin Murdas menyampaikan bahwa IMSA telah berdiri sejak tahun 1998 dan Muktamar IMSA selalu menjadi ajang silaturahim muslim tahunan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat muslim Indonesia di AS.
Momen ini sekaligus untuk mengokohkan identitas keislaman dan karakter budaya Indonesia. Betapapun jauh dari tanah air tapi diaspora di Amerika tetap cinta terhadap Indonesia. Lebih dari itu, melalui perannya di AS, para diaspora juga aktif berkontribusi bagi masyarakat Amerika terutama dalam menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.[]
Editor : Ihan Nurdin