ACEHTREND.COM, Banda Aceh – Memasuki Tahun Baru Masehi 1 Januari 2019 Gubernur Aceh mengeluarkan 4 himbauan.
Pertama, agar dimalam pergantian Tahun Baru 2019 tidak merayakan pesta kembang api, mercon/petasan, meniup terompet, balap-balapan kendaraan dan permainan/kegiatan hura hura lainnya yang tidak bermanfaat, bertentangan dengan Syariat Islam, adat istiadat dan budaya Aceh.
Kedua, tidak memperjualbelikan petasan/mercon, kembang api, terompet dan sebagainya.
Ketiga, memperkokoh kesatuan dan ketertiban di dalam kehidupan masyarakat.
Keempat, meningkatkan kepedulian dalam menegakkan Syariat Islam dengan tidak melakukan berbagai kegiatan yang dilarang agama serta melanggar Peraturan Perundang undangan dan Qanun Syariat Islam.
Keempat himbauan terkait Tahun Baru 2019 itu diedarkan melalui himbauan gubernur nomor 003.2/30781 yang ditandatangani Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah tanggal 27 Desember 2018.
Himbauan larangan perayaan Tahun Baru 2019 juga dikeluarkan oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di berbagai kabupaten/kota di Aceh.
Di luar Aceh, sejumlah daerah juga meniadakan atau mengajak untuk tidak berlebihan dalam merayakan Tahun Baru 2019, salah satunya untuk menunjukkan simpati kepada korban tsunami Selat Sunda, seperti Kabupaten Tulangbawang, Tanggerang Selatan dan Jawa Barat.
Sebagaimana diketahui, di balik kerlap-kerlip pendar cahaya kembang api, ada bahaya mengendap-endap: zat yang terkandung di dalamnya amat berbahaya bagi kesehatan.
Media kumparan, dalam sebuah ulasannya menjelaskan bahwa di berbagai komponennya, terdapat kumpulan logam berat dan zat berbahaya. Dari asap sampai ampasnya, terdapat zat-zat yang dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi manusia.
Zat-zat tersebut antara lain barium, aluminium, arsenik, merkuri, perchlorate, sulfur, potasium nitrat, tembaga, litium, strontium dan hexachlorobenzene (HCB). Masing-masing, dapat menyebabkan masalah kesehatan akut yang berbeda.
Barium adalah zat yang digunakan untuk menciptakan warna hijau ketika kembang api meledak. Meski indah, barium bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan karena sifatnya beracun. Bahkan menurut Steinhauser G dan Musilek A dalam bukunya Do Pyrotechnics Contain Radium? menuliskan bahwa zat tersebut bersifat radioaktif.
Zat pewarna lain, alumunium, juga tak kalah berbahaya. Alumunium yang menyala dalam kembang api dapat menyebabkan dermatitis kontak, yakni peradangan pada kulit, ditandai dengan ruam gatal kemerahan, yang muncul akibat kontak dengan zat tertentu.
Arsenik –salah satu zat paling berbahaya bagi manusia– juga digunakan dalam kembang api. Fungsinya adalah untuk memperkuat warna.
Masih menurut Kumparan, menurut Georg Steinhauser dalam artikelnya “Heavy Metals from Pyrotechnics in New Years Eve Snow” yang dimuat di Atmospheric Environment tahun 2008, zat ini masih cukup marak digunakan di kembang api.
Arsenik dapat menyebabkan kanker paru-paru, iritasi kulit, dan timbulnya kutil pada kulit.
Merkuri pun demikian. Salah satu unsur logam berat yang paling berbahaya ini disebarkan begitu saja di langit malam ketika perayaan malam tahun baru lewat kembang api.
Menurut Kumparan, WHO memasukkan merkuri sebagai 10 daftar bahan kimia yang paling berbahaya bagi tubuh manusia.
Merkuri dianggap sebagai logam berbahaya karena –sebagai ion atau dalam bentuk senyawa tertentu– mudah diserap ke dalam tubuh. Di dalam tubuh, merkuri dapat menghambat fungsi dari berbagai enzim bahkan dapat menimbulkan kerusakan sel.
Zat berbahaya lain yang terkandung dalam kembang api adalah perchlorate. Bahan beracun ini dapat merusak kelenjar tiroid kemudian mengganggu produksi metabolisme tubuh dan perkembangan mental seseorang. Bahkan, jika terakumulasi pada ibu hamil, perchlorate bisa mematikan bagi janin.
Orang-orang yang menonton kembang api dari jarak dekat juga perlu waspada terhadap HCB. Selain bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker, HCB juga dapat menyebabkan mutasi genetik dan berbahaya bagi organ reproduksi.
Menurut Fleischer, dalam tulisannya di Chemosphere pada 1999 mengatakan sesungguhnya penggunaan HCB telah dilarang di seluruh dunia. Namun, sampai tulisannya dibuat, zat beracun tersebut masih marak digunakan di mana-mana.
Mengutip Back Country Attitude, Roberta Vechi dalam artikelnya yang berjudul “The Impact of Fireworks on Airborne Particles” memberikan sebuah temuan yang serius.
Dari hasil studi tersebut, Roberta mendapat kesimpulan bahwa dalam satu jam pertunjukan kembang api, tingkat kandungan strontium meningkat sebanyak 120 kali lipat, magnesium 22 kali lipat, barium 12 kali lipat, potasium 11 kali lipat, dan tembaga 6 kali lipat. Semuanya berbahaya bagi kesehatan.
Kembang api pun juga berujung pada peningkatan konsentrasi nitrik oksida dan sulfur oksida. Zat tersebut kemudian menguap dan dapat terhirup oleh orang-orang dan langsung menimbulkan dampak kepada mereka yang sensitif.
Terlepas dari dampak kesehatannya yang berbeda-beda bagi manusia, semua zat tersebut akan sangat terkonsentrasi dan menambah total emisi tahunan polutan secara signifikan.
Apa artinya bagi manusia? Pesta kembang api sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama jika ditonton dari jarak sangat dekat sampai bau limbahnya tercium.
Studi lain oleh B. Thakur yang dipublikasikan di majalah Atmosfera pada 2010 pun menggarisbawahi, polusi udara yang disebabkan oleh kembang api dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 125 persen.
Dia pun menyimpulkan, kalau studi lebih lanjut diperlukan untuk menimbang bagaimana cara mengurangi risiko kesehatan yang dapat disebabkan oleh kembang api terhadap publik yang menontonnya.